TERUNTUK ALIF

Rekahannya menggelegar di pelupuk

Baju muslim coklat yang dikenakan serasi

Tersungging manis dan manis

Aku jatuh cinta

Tersentuh tangan mungil

Di antara beban-beban yang tak pernah bisa diutarakan

Hangat dan menenangkan

Aku jatuh cinta

Malam indah kala itu, anak kecil yang berumur 7 tahun duduk di antara teman-temannya yang telah melaksanakan sholat maghrib bejamaah. Baju muslim yang berwarna cokelat dipasangkan dengan celana dan kopya hitam nampak serasi, anak manis yang bernama Alif itu tersenyum merekah kepadaku.  “Ya Allah…. Anak ini begitu lucu.”

Perlahan dengan anak-anak yang lain memanggilku “KKN… KKN…. Dan KKN….” Seraya duduk di sampingku. Tak akan pernah kulupa. Aku meraih tangan-tangan mereka, lantas menanyakan nama-nama mereka satu persatu. Dan, Alif nampak sangat senang.

Selama mengajar mengaji di mesjid Al-Istiqomah selama KKN, kehadirannya selalu kurindukan seperti ada yang kurang jikalau dia tidak hadir. Dia begitu pandai, penurur dan cepat menetralisir hati-hati sedih selama KKN.  Begitupun juga di sekolah SDN 22 Sirenja, selama mengajar di sana, tak ada haripun yang ingin kulalui tanpa melihat wajah lugunya yang menenangkan itu.

Teringat, sangat teringat. Usai tergopoh-gopoh menjelaskan dengan keringat menjalar. Aku duduk di selasar kantor. Merenungkan masalah-masalah agar anak-anak yang kuajari bisa mengerti dengan materi yang diajarkan, tiba-tiba dia muncul entah dari mana, seraya tersungging manis dan sekali lagi menenangkan. Tak perlu menunggu waktu lama, aku merangkulnya dan mata ini berlinang. “ Ya Allah, terima kasih telah mengirimkan malaikat kecil ini. Selama KKN, dia begitu menghibur dan menenangkan di setiap keadaan. Apakah aku akan sanggup meninggalkannya.”

Dan, sangat teringat ketika dia membawakanku sebiji jambu dari kebunnya, padahal permintaanku dua minggu yang lalu. Saat duduk mengajar mengaji di waktu antara Maghrib-Isya, sambil tersunggin manis dia memberikanku. “Ya Allah, anak masih ingat ternyata.” Aku terharu dan salut, anak sekecil ini begitu perhatian kepadaku. Sangat bersyukur diturunkan di Lende Tovea dan bertemu dengannya. Aku telah jatuh cinta padanya.

Perpisahan…… hingga akhirnya perpisahan itu pun terjadi. Tak bisa terelakkan jarak akan membentang. Tanggal 14 April 2015,  Hujan masih mengguyur ria, membasahi tubuh dan hatiku. Turun dari motor sahabat saya Sandi, yang mau mengantarkan saya singgah sebentar ke SDN 22 Sirenja, sebelum ke Kantor Kecamatan Sirenja.

Anak-anak berkerumunan memelukku, menangis, dan mengatakan untuk kembali walau hanya sekedar menengok saja. Kucoba beri pengertian. “ Insya Allah, kakak akan sering-sering datang.” Dan, hatiku merengek mencari Alif.

Terlihat wajah sedih dan murungnya mendekat ke arahku, dekat dan sampai berdiri di depanku. Aku menangis, seraya menurunkan badan lantas memeluknya segera. “Kakak pergi ya Lif, baik-baik di sini. Rajin sholat ya di Mesjid, meski tidak ada kakak. Insya Allah, kakak akan sering datang.” Aku memeluknya, terus dan terus menangisi perpisahan termanis ini.

Waktu memuncak, memaksaku untu beranjak. Meninggalkannya, meninggalkan adik-adikku yang lain. “Selamat tinggal Alif, selamat tinggal adik-adikku. Tak akan pernah terlupakan semua kenangan saat mengajar kalian. I will always miss you all.”

Rasa yang memaksaku

Pergi, pergi di keramaian merah putih

Anak-anak yang menderaskan bening-bening kesedihan

Aku akan merindu

Kehilangan keteduhan matanya

Terasa sesak mendadak

Penyemangat dan kehidupan

Aku akan merindu