post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Senin, 31 Maret 2014

MAKALAH PMDI



IBN MISKAWAIH


Description: C:\My Documents\Downloads\220px-Logo_STAIN_Datokarama_Palu.jpg
DI SUSUN OLEH
MUHDAR
12.2.11.0617
MATA KULIAH
FILSAFAT ISLAM






FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PALU

Baca Selengkapnya..........................


KATA  PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kepada Allah Swt. Karena atas rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul MISKAWAIHtepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan salah satu tugas dari mata kuliah FILSAFAT ISLAM. Pembahasan makalah ini khusus membahas bagaimana masa hidup, kepribadian, karya dan filsafat Miskawaih.
Kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan, oleh karena itu kami mengharap saran, kritik petunjuk dari berbagai pihak untuk pembuatan makalah ini menjadi lebih baik dikemudian hari.
Semogah makalah yang kami buat ini dapat menjadi bahan informasi pada masa yang akan datang.
Terimakasih, walahul musta’an wassalam alaikum War. Wab.





                                                                                                Palu,  26 Maret 2014
                                                                                               
                                                                                                Penulis









i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A.    Latar belakang....................................................................................................1
B.     Rumusan masalah………………………………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................2
A.    Masa Hidup Miskawaih………………………………………………………..2
B.     Masa Hidup Miskawaih…………….................................................................2
C.     Karya-karya Miskawaih.....................................................................................3
D.    Filsafat Miskawaih.............................................................................................4
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………8
A.    Kesimpulan…………………………………………………………………….8

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................9.





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Filsafat Muslim, yang sebagaimana sejarah Muslim umumnya, telah melewati lima tahap yang berlainan. Tahap pertama berlangsung dari abad ke I hingga jatuhnya Baghdad. Tahap kedua adalah keguncangan-keguncangan selama setengah abad. Tahap ketiga merentang dari awal abad ke-4/14 hingga awal abad ke-12/18. Tahap keempat merupakan tahap paling menyedihkan, berlangsung setengah abad. Inilah zaman kegelapan Islam. Tahap kelima bermula pada abad ke-13/19, yang merupakan periode renaisans modern. Makalah ini akan menguraikan salah satu filosof Muslim yang terkemuka di dalam Islam, yakni Ibn Miskawaih, secara eksplisit akan membahas tentang masa hidup, kepribadian, karya dan paling penting filsafatnya. 

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana masa hidup Miskawaih ?
2.      Bagaimana kepribadian Miskawaih ?
3.      Apa saja karya-karya Miskawaih ?
4.      Bagaimana filsafat yang dikemukakan Miskawaih ?












BAB II
PEMBAHASAN

A.    Masa Hidup Miskawaih
Ahmad ibn Muhammad ibn Ya’qub, yang nama keluarganya  Miskawaih, disebut pula Abu Ali al-Khazin. Yaqut berkata bahwa ia mula-mula beragama Majusi, kemudian memeluk Islam. Tetapi, hal ini barangkali benar bagi ayahnya, karena Miskawaih sendiri, sebagaimana tercermin pada namanya, adalah putra seorang Muslim, yang bernama Muhammad.
Ia belajar sejarah kepada Abu Bakr Ahmad ibn  Kamil al-Qadhi. Ibn al-Khammar, mufassir kenamaaan karya-karya Aristoteles, adalah gurunya dalam ilmu-ilmu filsafat. Miskawaih mengkaji alkimia bersama abu al-Thayyib al-Razi, seorang ahli kimia.
Miskawaih tinggal selama tujuh tahun bersama abu-Fadhl ibn al-A’mid (360 H-970 M) sebagai pustakawannya. Setelah wafatnya abu  Fadhl, ia mengabdi kepada putranya abu aql-Fath Ali ibn Muhammad ibn al-A’mid. Ia juga mengabdi kepada Adud al-Daulah, salah seorang Buwaihiah.
Miskawaih meninggal 9 Safar 421/16 Februari 1030. Tanggal kelahirannya tidak jelas. Menurut Margilouth tahun 330 H/940 M, tetapi ada yang mengira tahun 320 H/932 M, bila bukan pada tahun-tahun sebelumnya, karena ia biasa bersama al-Mahallabi, yang menjabat sebagai wazir pada 352 H/950 M, dan meninggal pada 352 H/963 M, yang pada masa itu paling tidak ia telah Sembilan belas tahun.


B.     Kepribadian Miskawaih
Miskawaih pada dasarnya adalah ahli sejarah dan moralis. Ia juga seorang penyair, Yuhidi mencela Miskawaih karena kekikiran dan kemunafikannya. Ia tertarik pada alkimia bukan demi ilmu, tapi demi emas dan harta., dan ia sangat mengabdi kepada guru-gurunya. Tetapi Yaqut menyebutkan bahwa pada tahun-tahun kemudian dia berupaya mengikuti lima belas pokok petunjuk moral.[1] Kesederhanaannya dalam melayani nafsu, ketegaran dalam menundukkan diri yang serakah dan kebijakan dalam mengatur dorongan-dorongan yang tak rasional merupakan pokok-pokok petunjuk ini. Dia sendiri berbicara tentang perubahan moral dalam bukunya Tahdzib al-Akhlaq,[2] yang menunjukkan bahwa ia melaksanakan dengan baik apa yang telah ditulisnya tentang etika.

C.    Karya-karya Miskawaih
Yaqut memberikan daftar 13 buah karya Miskawaih :
1.      Al-Faus al-akbar
2.      Al-Faus al-Asghar
3.      Tajarib al-Umam (sebuah sejarah tentang Banjir yang ditulis pada tahun 369 H/979 M).
4.      Uns al-Farid (kumpulan anekdot, syair, peribahasa,  dan kata-kata mutiara).
5.      Tartib al-Sa’adah (tentang akhlak dan politik).
6.      Al-Musthafa (syair-syair pilihan).
7.      Jawidan Khirad (kumpulan ungkapan bijak).
8.      Al-Jami’.
9.      Al-siyar (tentang aturan hidup).
10.  Tentang pengobatan sederhana (mengenai kedokteran).
11.  Tentang komposisi Bajat (mengenai seni memasak).
12.  Kitab al-Syribah (mengenai minuman).
13.  Tahdzib al-Akhlaq (mengenai akhlak).
14.  Risalah fi al-Ladzdzat wal-Alam fi Jauhar al-Nafs.
15.  Ajwibah wa As’ilah fi al-Nafs wa al-Aql.
16.  Al-Jawab fi al-Masa’il al-Tsalats.     
17.  Risalah fi Jawab fi Su’al Ali bin Muhammad Abu Hayyan al- Shufi fi haqiqat al-Aql
18.  Thaharat al-Nafs.
Muhammad Baqir ibn Zain al-Abidin al-Hawanshari mengatakan bahwa ia juga menulis beberapa risalah pendek dalam bahasa Parsi (Raudhat al-Jannah, Teheran, 1287 H/1870 M, hal. 70).

D.    Filsafat Miskawaih
·   Filsafat pertama
Bagian terpenting kegiatan filosofis. Miskawaih ditujukan kepada etika. Tiga bukunya yang penting tentang etika telah sampai kepada kita, yaitu : 1) Tartib al-Sa’adah, 2) Tahdzib al-Akhlaq dan 3) Jawidan Khirad.
              Buku Miskawaih al-Fauz al-Asghar merupakan sebuah risalah umum yang mempunyai konsepsi yang sama dengan bagian pertama buku al-Farabi; Ara’ Ahl al-Madinah al-Fadhilah. Buku ini menjadi tiga bagian. Bagian pertama berkenaan dengan pembuktian akan adanya Tuhan; bagian kedua tentang ruh  dan ragamnya, dan bagian tentang kenabian. Mengenai filsafatnya ia banyak berutang kepada al-Farabi, terutama dalam mempertemukan ajaran-ajaran Plato, Aristoteles dan Plotinus. Peralihannya kepada pemikiran-pemikiran sejarah telah memberinya manfaat yang besar karena pada umumnya ia dapat mengutip sumber-sumbernya secara tepat. Misal, pada akhir Bab V bagian pertama dari al-Fauz al-Asghar[3] ia terus terang mengakui berutang kepada Prophyry. Ia juga mengutip komentar-komentar Plato[4] dan Aristoteles.
Sebagai pemikir religious sejati, Miskawaih mencoba membuktikan bahwa ciptaan bermula dari ketidakadaan. Alasan Miskawaih sebagai berikut: Pertama, bentuk-bentuk saling menggantikan, tetapi dasarnya tetap konstan. Dalam perubahan ini, dari satu bentuk kebentuk lain, ke manakah perginya bentuk yang pertama itu? Dua bentuk tidak dapat bersatu, sebab mereka itu berbeda. Kedua, bentuk tidak dapat ke tempat lain, karena gerak di tempat berlaku bagi tubuh dan kemajuan tak dapat berpindah dari satu ke tempat lain. Hanya ada satu kemungkinan, yaitu bahwa bentuk pertama menjadi tiada. Bila terbukti bahwa bentuk pertama menjadi Tiada, maka bentuk kedua mewujud. Demikian pula bentuk ketiga, keempat dan seterusnya, dari ketiadaan. Karena itu, segala kemaujudan berasal dari ketiadaan.
Teori Miskawaih tentang teori evolusi secara mendasar sama dengan teori Ikhwan al-Shafa. Teori itu terdiri atas empat tahapan evolusi; evolusi mineral, tetumbuhan, binatang dan manusia. Karang (marjan, kurma dan kera (qird) menunjukkan secara berurutan peralihan dari mineral ke tumbuhan., dari tumbuhan ke binatang, dan dari binatang ke manusia.

·   Filsafat Moral
Filsafat moral sangat berkaitan dengan psikologi, sehingga Miskawaih memulai risalah besarnya itu dengan akhlak, Tahdzib al-Akhlaq, dengan menyatakan doktrinnya tentang ruh.
Masalah peralihan dari psikologi ke akhlak disajikan pada halaman 18 hingga 21, dengan mengikuti Plato, ia mempersamakan pembawaan-pembawaan ruh dengan kebajikan-kebajikan.[5] Roh mempunyai tiga pembawaan : rasional, keberanian, hasrat dan tiga kebajikan yang saling berkaitan: bijaksana, berani dan sederhana. Dengan keterkaitan tiga hal itu, kita dapat memperoleh yang empat, yaitu : keadilan. Dengan memakai aturan-pribadi moral, Miskawaih membagi kebijaksanaan menjadi tujuh ketajaman intelegensi, kesigapan akal, kejelasan pemahaman, fasilitas perolehan, ketetapan dalam membedakan, penyimpanan dan pengungkapan kembali; sebelas bagian dalam keberanian, yaitu: kemurah-hatian, kebersamaan, ketinggian pengharapan, keteguhan, kesejukan, keterarahan, keberanian, kesabaran, kerendahdirian, semangat dan kepengampunan; dua belas dalam kesederhanaan, yaitu; malu, ramah, benar, damai, menahan diri, sabar, berarti, tenang, salleh, keteraturan, menyeluruh dan kebebasan yang dibagi lagi menjadi enam ); dan Sembilan belas bagian dalam dalam keadilan, yaitu; persahabatan, persatuan, kepercayaan, kasih-sayang, persaudaraan, pengajaran, keserasian, hubungan yang terbuka, ramah-tamah, taat, penyerahdirian, pengabdian kepada Tuhan, meninggalakan permusuhan, tidak membicarakan sesuatu yang menyakiti orang lain, membahas sifat keadilan, tak mengenal ketidakadilan dan tak lepas dari mempercayai yang hina, pedagang yang jahat dan penipu.[6]
Pada bab kedua, Miskawaih mulai membahas masalah fitrah manusia dan asal-usulnya, baik yang lahir dalam keadaan baik maupun jahat. Dan masalah kebahagiaan, tetapi menambahnya secara lebih terperinci, yang mungkin diambil dari komentar Phrphyry. Pengelompokkan terdiri atas 1). Kesehatan, 2) kekayaan, 3) kemahsyuran dan kehormatan, 4) keberhasilan dan 5) pemikiran yang baik.
Setelah memaparkan ajaran Aristoteles tentang kebahagiaan, Miskawaih menyodorkan pendapat-pendapat Hypocrates, Phytagoras, Plato, kaum stoa dan beberapa dokter yang percaya bahwa tubuh adalah bagian dari manusia dan bukan alat bagi manusia; karena itu kebahagiaan ruh tidak akan lengkap bila tidak disertai kebahagiaan tubuh.
·      Pengobatan Ruhani
Dua bab terakhir dari Tahdzib al-akhlaq memuat apa yang disebut  pengobatan Rohani, sebuah kalimat yang kita temukan pertama kali dalam buku terkenal Muhammad ibn Zakaria al-Razi: Al-Tibb al-Ruhani. Miskawaih menggunakan ungkapan Tibb al-Nufus.(hal. 205), tetapi kesamaan dalam perlakuan secara umum terhadap masalah itu mencolok. Hal ini menunjukkan bahwa tak diragukan lagi bahwa Miskawaih mengenal tulisan-tulisan al-Razi meskipun ia tidak menyebut namanya. Keduanya dibuka dengan mengatakan bahwa penguasaan nafsu merupakan dasar hakikat kesehatan Ruhani.keduanya mengutip karya Galen Tentang cacat diri.
Akhirnya, Miskawaih membahas penyembuhan penyakit jiwa. Ia menyebutkan penyakit-penyakit yang paling penting marah, bangga diri, suka bertengkar,khianat, penakut, sombong, takut dan susah dan dikaitkan dengan cara-cara penyembuhannya. Beberapa yang ditulisnya sesuai dengan beberapa bab yang ditulis oleh al-Razi dalam Tibb, terutama yang berkaitan dengan bangga diri, susah dan takut mati. Ia juga menulis kembali beberapa halaman dari uraian al-Kindi, Tentang menolak kesedihan (hal. 256).
·      Filsafat Sejarah
Mengenai sejarah, pandangan-pandangannya bersifat filosofis, ilmiah dan kritis. Ia menggariskan fungsi sejarah dan tugas-tugas ahli sejarah sebagai berikut:
Sejarah bukanlah cerita hiburan tentang diri raja, tetapi suatu pencerminan struktur politik ekonomi masyarakat pada masa-masa tertentu. Ia merupakan rekaman naik turunnya peradaban, bangsa-bangsa dan Negara-negara.[7]
Untuk itu, ahli sejarah harus menjaga diri terhadap kecenderungan umum mencampuradukan kenyataan dan rekaan atau kejadian-kajadian palsu. Ia bukan saja harus factual, tetapi juga harus kritis dalam mengumpulkan data.[8]









BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
·   Miskawaih dalam masa hidpunya, ia banyak belajar sejarah. Dan ia berguru kepada para ilmuan yang dijadikannya pustakawannya seperti Abu Bakr Ahmad ibn  Kamil al-Qadhi.
·   Miskawaih pada dasarnya adalah ahli sejarah dan moralis. Ia juga seorang penyair.
·   Miskawaih punya banyak karya dintaranya :
1.      Al-Faus al-akbar
2.      Al-Faus al-Asghar
3.      Tajarib al-Umam (sebuah sejarah tentang Banjir yang ditulis pada tahun 369 H/979 M), dan sebagainya.
·      Diantara filsafat Miskawaih yakni tentang flsafat pertamanya, filsafat moral, pengobatan rohani dan filsafat sejarahnya. Miskawaih banyak berutang kepada al-Farabi, Aristoteles, Plato dan Plotinus. Ia banyak mengutip karya-karya mereka namun terus terang mengakui.







DAFTAR PUSTAKA
            M.M. Syarif, M.A., 1996. Filosof Muslim, Mizan, Bandung.




[1] D.M. Donaldson, Studies in Muslim Ethics, London, 1953, h. 123.
[2] Tahdzib al-Akhlaq, Mesir, 1329/1911, h. 42.
[3] Al-Faus al-Asghar, h. 120.
[4] Yaitu Proclus dan Galen ; ibid., h. 54.
[5] Republic,  Buku IV.
[6] Tahdzib al-Akhlaq, h. 15-19.
[7] A.S. Nadawi. Hukama-I Islam, Azamgarh, 1953, Vol.     I, h. 271.
[8] Ibid., h. 272.
 









ii

Tidak ada komentar:

Posting Komentar