post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Jumat, 24 November 2017

Special Love (10)



BERSAMA
“Jangan tanyakan tentang bahagia, yang seribu kali lipat terlukis di langit ketika bersamamu.”


Rasanya, sebagai gadis yang selama mencintai diam-diam ketika mendapatkan perhatian dari pangeran impian pasti seperti terbang ke langit ke tujuh, menatap bumi dari kejauhan, menatap indanya ciptaan Tuhan, laut biru, hutan hijau, gunung megah yang menambah keindahannya persis perasaannya. Hanya saja Irma sebisa mungkin mengontrol perasaan. Jangan sampai seperti dulu, bertingkah konyol.

“Kamu masuk gih, istirahat dulu!” perintah Ferli.
“Tapi kan ada pertemuan untuk pembagian kamar kak,” Irma tidak mengerti.
Dirinya adalah panitia, mengurus segala sesuatnya untuk keberhasilan acara Terima kasih Senior.
“Tidak apa-apa. Aku sudah izinkan kamu.”
Irma menengadah tertahan. Pemuda di depannya benar-benar perhatian padanya bahkan mengantarnya ke kamar, tentunya Karin ikut di antara mereka dan merasa dirinya adalah obat nyamuk.
“Awas ya, kalian jangan romantisan di depanku,” diikuti senyum ledekan.
“Apaan sih,” Irma dan Ferli berucap bersamaan.
Kikuk. Membuat Karin lebih leluasa mengendalikan keadaan.
“Menurutku kalian itu jodoh loh.”
“Ada-ada saja kamu. Tidak usah kamu bicara,” Irma membisik, kemudian mencubit perutnya.
Dan, kenapa dengan Ferli? Kenapa tidak mengeluarkan suara protes lagi? Apakah setuju dengan pendapat sahabat cerewet tentang masalah jodoh? Ah, pertanyaan itu berdentum membuatnya tak sadar hampir menabrak pintu lift.
“Awaa....,” seulur tangan menariknya dengan cekatan, namun buru-buru pula di lepas.
“Maaf ya!” ucap Ferli, was-was sudah berani memegangnya.
“Tidak apa-apa kak. Kan dalam keadaan mendesak.” Irma tersenyum manis.
“Hmmmm. Tadi udah dibilang jangan romantisan, sekarang romantisan,” Karin kembali meledek aksinya.
Irma mencubit perutnya. Raungan tipis pun menguap dari mulutnya bersama maaf. Ketiganya langsung memasuki pintu lift yang mengantarkan ke lantai kamar mereka.
“Kalau ada apa-apa, kamu telepon aku ya!” mata Ferli menyala.
“Ia-ia....”
“Koq kamu kayak tidak ikhlas gitu?”
“Kakak sih merintah banget.”
“Aku hanya tidak mau kalau kamu sakit.”
Dan, suasan canggung sekarang. Karin tidak mau meledek lagi, atau perutnya akan memerah.
“Maksudnya, aku tidak mau pesuruhku sakit,” pandangan Ferli kemudian berpaling ke arah lain.
“Ok... Ok... Aku mengerti,” Irma memanyungkan mulut.
Karin tertawa tipis. Sahabat dan seniornya saling menyimpan perasaan diam-diam, menurutnya.
***
Perhatian. Beberapa jam berikutnya Irma merasa sangat diperhatikan oleh sosok pangerannya, mulai membelikan obat di apotik agar pengaruh maboknya hilang, mengantarkan makan siang, makan malam dan sarapan, selalu bersama-sama selama kegiatan, termasuk saat bermain games di pantai. Keduanya dihukum bersama, disemburkan air dan Ferli siap menghalanginya terkena cipratan.
Oh my to the God, siapa saja pasti merasa kalau keduanya memiliki hubungan special.
Dan, malam pun menjelma. Setelah menikmati panorama sun set, segera semuanya melaksanakan sholat maghrib berjamaah.
Betapa berterima kasihnya Irma. Setelah menjadi mahasiswa, impiannya tentang cinta seolah mendekat padahal dulu sempat memudar kepercayaan akan kebahagiaan cinta. Semua memang butuh waktu. Meskipun semuanya belum tentu, toh jodoh tidak akan ke mana.
***
Pemberian kado kepada senior-senior mulai dari cokelat, kaos, sepatu, atau sesuatu romantis lain. Irma pun malu-malu memberikan kado berupa jam tangan yang di dalamnya terselip surat terima kasihnya kepada Ferli, sosok senior yang special, dulu dan sekarang. Untungya Ferli yang merasa kado terakhir yang ada di tangan pesuruhnya pasti untuknya, pun langsung diambil dan mengucapkan terima kasih.

Pict source: gambarzoom.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar