post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Senin, 27 November 2017

Still Hoping (4)



HUJAN
“Sebenarnya, aku tak ingin menyakitimu.”


“Kak,” mata Cantik berkedi-kedip dan wajah imutnya dinampakkan. Sangat tidak cocok dengan penampilannya membuat Digta sedikit risih.
“Kak....” panggilnya sekali lagi, mencoba mendinginkan suasana dengan pertengkaran yang panas sebelumnya.

Hah. Sementara Digta mendenguskan rasa penasaran. Apa sebenarnya yang ingin dilakukan gadis aneh itu sekarang? Sebelumnya ribut-ribut di jalan  dan ketika datang bertanya entah lewat dari mana? Dan, setelah tahu bahwa dirinya adalam pemilik kos baru sikapnya berubah.
“Gadis aneh, apa yang kau inginkan? Tolong jangan bertingkah konyol di hadapanku.”
Seandainya kalau bukan karena mempertahan kos cantiknya pasti sudah ditonjoknya pemuda yang ingin dirayunya. Pelan-pelan mengembuskan nafas panjang, sebelum mengutarakan kemauannya.
“Kakak yang ganteng, yang sungguh membuatkua terkagum karena bentuk rupamu yang rupawan. Aku ingin meminta sesuatu,” senyumnya yang menyembunyikan ketidaktulusan menguap.
“Apa itu? Katakan!” Digta mendesak.
“Kakak. Dari penampilan kakak, aku tahu kakak pasti orang kaya, punya banyak uang, cari tempat tinggal manapun pasti bisa dan....”
Pembicaraan Cantik terpotong.
“Cepat katakan intinya, tidak usah panjang lebar deh mukaddimahnya. Kayak orang mau pidato aja,” Digta kesal.
“Okay. Aku mau kakak yang ganteng ini mengembalikan kamar kosku. Aku ingin.....”
Dan, kembali terpotong.
“Apa kamu bilang? Kamar kosmu?” wajah pemuda itu terheran-heran.
“Ia, kak,” Cantik sumringah menawan.
“Tidak,” tegas Digta.
“Kenapa tidak? Sebenarnya ini adalah kosku dan aku belum mau pindah dari sini. Aku tertipu oleh kedua temanku, yang pastinya orang membawa kakak ke sini. Ia kan?”
Benarkah apa yang dikatakan gadis aneh ini? Tapi kan, aku sudah membayarnya. Hah. Enak saja, tetap tidak bisa. Aku sudah merasa enak di kos ini. Pemuda jangkung itu meruncingkan pikiran.
“Bagaimana kakak yang baik? Mau kan?”  Cantik penuh harap.
“Tidak. Saya sudah menyewa tempat ini. Saya tidak mau tahu urusanmu,” tegas Digta.
Kesabaran Cantik sudah hilang.
“Huu... Kamu ini ya. Apa kamu tidak punya perasaan? Aku ini sudah ditipu sama teman aku. Kamu mengerti tidak sih? Aku.....” Cantik memegang kerak baju Digta, matanya menyala.
“Lepaskan! Itu bukan urusanku,” Digta dengan keras melepaskan diri, membuat gadis yang menyerangnya mundur terpaksa.
Untung kos yang mereka jadikan pertengkaran kedap suara, sehingga penghuni kos yang lain tidak mendengar pertengkaran yang sedang terjadi.
“Sekarang kamu pergi dari sini!” suruh Digta.
“Tidak. Pokoknya saya tidak akan pergi sebelum kamu mengembalikan kamar kosku,” Cantik mempertahankan hal yang menurutnya masih miliknya.
“Okay. Terserah kamu saja,” kata Digta kemudian meninggalkan Cantik sendirian.
Petir menengadah. Membuat Cantik sedikit ketakutan. Hujan datang setelahnya yang membuatnya basah kuyub. Dari lubang kecil di pintu kamar kos, Digta melihat dengan embusan rasa bersalah. Tetapi, tidak mungkin juga ia harus meninggalkan kamar kos yang baru disewanya. Palingan nanti, kalau sudah capek pasti gadis itu akan pergi juga. Pekiknya menenangkan diri.
Waktu bergerak. Subuh menjelang. Nyatanya Cantik tertidur dalam keadaan dingin di kursi panjang depan kosnya.
Astagfirullah. Terpaksa membawanya ke kamarnya, yang selanjutnya skenario tak pernah terpikirkan terjadi dihidupnya bersama Cantik. Setelah kesalahpahaman penghuni kos lain mengalir yang menemukan keduanya berada dalam satu kamar. Bukan saudara atau tidak ada hubungan keluarga apapun. Meskipun sebisa mungkin menjelaskan, penghuni kos lain tidak bisa menerima malah mendesak agar mereka harus segera di bawa ke KUA.

pict source: www.anakcemerlang.com 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar