post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Selasa, 05 Desember 2017

Baiduri (13)



JANJI
“Aku kembali terpukau untuk kesekian kalinya dan semakin ingin memiliki”


Ingin menghindar. Pikiran Suci persis tahu ada gadis yang iri hati semenjak dekat dengan Ferdi. Teman-teman kelasnya, pun juga Ida dan Ayu memgatakan dia adalah mantan yang belum bisa move on.
“Aku lebih baik menghindar kan teman-teman?” meminta saran.

Ayu mendekat. Kemudian meraih tangan sahabatnya.
“Koq kamu gitu? Bukannya kamu juga sayang sama dia.”
Gadis bercadar itu menyipitkan mata. Dari mana Ayu tahu bahwa ada perasaan yang tertimbun semenjak beberapa hari terakhir selalu bersama.
“Ia, kami tahu kalau sebenarnya juga suka sama dia kan?”
Pun Ida, juga mengatakan hal yang sama. Detik berikutnya hanya kediaman yang bernuansa. Tidak berani mengeluarkan sepatah kata pun. Tidak ingin berbohong.
“Kalau memang kamu belum mau cerita sama kami. Kami tidak apa-apa koq, kami itu sahabat yang pengertian,” Ida tersenyum.
“Nanti kalau kamu sudah siap, tentunya juga kami lebih siap mendengarnya,” Ayu juga tersungging menawan.
Hah. Lega. Kedua sahabatnya sangat pengertian.
Bersyukur? Tentu melekat di pikirannya, mendapatkan kedua sahabat yang selama ini diimpikan, tahu membuat hati sahabatnya tenang bukan malah menambah masalah. Suci memeluk keduanya.
“Makasih ya. Aku sayang banget sama kalian.”
“Ia, tapi jangan nangis gitu dong. Nanti kami nangis juga loh?” Ida menyeka tetesan air bening di pipinya.
“Tapi kamu harus tahu satu hal,” Ayu membuat penasaran.
“Apa itu?”
“Bahwa peraaan itu tidak bisa dibohongi. Jangan menjauhi orang yang kamu sayang hanya karena orang lain. Kamu juga berhak bahagia Suci. Berhak mendapatkan apa yang kamu mau?”
Terciduk. Benar selama ini hanya memikirkan orang lain, melupakan apa yang menjadi keinginannya sendiri.
“Bukankah itu namanya egois, kalau hanya berpikir diri sendiri?” matanya menantang.
“Egois? Tentu bukan, toh selama kamu tidak mengambil kebahagiaan orang lain, melainkan kamu meraih sendiri kebahagiaanmu dengan cara Tuhan memberi kejutan termasuk tentang cinta,” ada nada tegas yang menguap di bibir Ayu.
“Kamu pasti mengerti maksud kami. Karena kami hanya ingin kamu bahagia Suci,” kata Ida masih menggenggam tangan Suci.
Gadis bercadar itu hanya mengangguk. Ada pelita menggiring ke permadani, sejenak merehatkan pikiran untuk kebahagiaan orang lain dan membuat diri sendiri menerbangkan lampion impian.
“Ayo, kalian sedang membicarakan aku ya? Koq serius banget.”
Kehadiran Ferdi membuat tercekam.
Hah. Bagaimana kalau ia sampai mendengar pembicaraannya, apalagi tentang Rini sebelumnya. Pasti sangat malu. Batin Suci, bangkit dan ingin pergi. Sayangnya, ujung jilbabnya tersangkut.
“Kamu ingin menghindari aku lagi?” roman Ferdi murung menunduk, “Apa kamu tidak mau berteman lagi denganku, padahal hatiku senang kali kalau dekat denganmu.”
Senang? Kata-kata seketika membuat Ida dan Ayu menahan girang. Tahu apa maksud hati cowok tampan yang dinaksir hampir semua cewek se-sekolahan kepada gadis sholehah, sahabat mereka.
Ingin pergi dan berlari bersembunyi, tetapi masih tertahan.
“Kalau memang kamu tidak mau berteman lagi denganku. Aku lebih baik pindah sekolah saja.”
Ferdi membalikkan badan dan ingin melangkah pergi. Beberapa meter berjalan, gadis yang sudah merelakan hijab penutup kepalanya sedikit menahan cowok yang ingin pindah sekolah karenanya.
“Maaf. Aku janji aku tidak akan menghindarimu lagi.”
“Janji?” Ferdi merasa perlu.
“Janji,” kata yang mantap terlontar.
Gemuruh tepukan dari kedua sahabatnya memenuhi rongga telinga. 

Pict source: imgrug.org  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar