post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Jumat, 08 Desember 2017

Special Love (14)



WAJAH BARU
“Aku butuh hati terlatih, ketika memasuki dunia cinta”


Dalam isakan berlari dan nyaris jatuh dari anak tangga paling atas sampai ke dasar lantai, untungnya ada pemuda yang memiki tai lalat besar di bagian pipinya secepat kilat menolong, kedua matanya bulat, kepanikan yang muncul wajahnya memperjelas bahwa dia pemuda yang suka menolong.

“Hati-hati. Kamu bisa celaka,” katanya lembut.
“Makasih,” kata Irma kemudian melepaskan pegangan tangan pemuda itu.
“Aku Hasbi, mahasiswa transfer dari Surabaya,” sambil mendekapkan tangannya.
“Aku Irma. Sekali lagi terima kasih ya udah nolong aku.. Aku mau,” dan sebelum menyatakan keinginannya untuk pergi, Hasbi meminta tolong padanya.
“Sorry-sorry sebelumnya, aku boleh minta tolong tidak.”
Irma membalik badan dan sejenak melupakan apa yang baru dialaminya – tentang hati yang sakit dan kecelakaan yang nyaris menghampiri.
“Katakan saja! Kalau memang aku bisa, aku pasti bantuin kamu koq,” tersenyum ringan.
Tiba-tiba pemuda itu tergagap. Menundukkan kepala, seperti ada kekuatan sentrum merasuk dalam tubuhnya. Butuh-butuh beberapa detik sampai ia kembali berbicara.
“Aku kan mahasiswa baru, boleh tidak kamu temani aku lihat-lihat area kampus?”
“Oh. Itu. Okay.....” Irma mengangguk setuju.
“Satu lagi?”
Irma penasaran namun tidak bertanya lewat ucapan melainkan mata yang melotot.
“Panggil teman kamu satu ya, supaya kita lihat-lihat kampusnya bertiga bukan berdua. Takut muncul gosip.”
Allah. Seketika gadis berhijab kuning itu terkesima. Baru kali ini bertemu pemuda yang begitu menjaga adab berhubungan dengan lawan jenis ataupun dengan teman sebaya.
“Baik. Tapi nanti istirahat ya.”
Hasbi mengangguk.
Dan seperti takdir, Hasbi ternyata satu kelas dengannya lagi.
Mahasisa baru yang rupawan, senyuman tipisnya yang indah hampir membuat semua gadis-gadis di kelas Irma terbius apalagi Karin matanya seolah tak berkedip melihat kegagahan pemuda alim seperti Hasbi.
“Serius dia mau ngajak aku juga?”
Dia bertanya kegirangan saat dibisik Irma tentang Hasbi yang ingin ditemani keliling kampus.
“Ia, duarius malah.”
“Ah.... Irma thank u.” Kemudian memeluk erat sahabatnya dan semua mata di kelasnya menerkamnya. Meskipun terpukau dan senang luar biasa, tetap saja tidak boleh ribut di dalam kelas.
“Maaf pak, maaf teman-teman,” kata Karin kemudian pura-pura fokus pada pembelajaran mata kuliah anatomi.
***
“Makasih ya udah mau temanin aku dan sebagai rasa terimakasihku aku mau traktir kalian di kantin,” tawar Hasbi.
“Maaf bi. Tidak usah.”
Bi. Kata itu tiba-tiba membuat Hasbi menunduk lagi. Kekikukannya muncul. Ada keringat dingin menjalar di tubuhnya. Karin dan Irma mencoba membaca keadaan. Butuh beberapa menit lagi untuk berani berbicara.
“Kalian mau kan? Kalau tidak mau, aku pasti kecewa berat sama kalian,” bibirnya dimanyungkan.
“Kalau aku tentu mau. Hanya si....” buru-buru Irma mencubit pinggir perut sahabatnya.
“Aku juga mau koq,” kata Irma diiringi senyuman ringan.
Sebenarnya di benak Irma tidak ingin menerima ajakan teman barunya, toh ia menemani bukan meminta imbalan tetapi tulus apalagi sebagai balas budi berkatnya ia tidak mengelami kecelakaan.
Hah. Skenario yang dialami Irma kini sedang merasuk Ferli. Ada kesakitan merasuk di dalam hatinya yang belum tertatih tentang sakit dan patah hati. Begitu banyak pertanyaan timbur, siapa pemuda yang berani melukiskan senyuman indah di wajah Irma selain dirinya? Apakah ia bisa mencuri hati Irma? Apakah ia bisa membuatnya bahagia? Dan semua itu melemahkannya.

Pict source: gambarzoom.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar