DAMAI
“Karena
dia, duniaku teralihkan”
“Apakah
perasaanmu selama ini terhadapku? Tidak adakah yang berarti. Sudah lama kita
saling kenal. Tak ada cacat di antara kita, aku dan kamu. Tidak bisakah kita
saling menyukai? Tidak bisakah kamu membalas perasaanku?”
Kesenyapan yang memenuhi salah satu ruang istirahat
kesehatan kampus Hasan buyar dengan pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi rongga
telinga Ferli. Dan, butuh waktu untuk menjawab. Tidak mudah baginya, ini
tentang cinta, tentang perasaan yang sangat emosional dan bisa mengundang
peluh.
“Jawab aku Fer. Please, jawab aku?”
“Baiklah. Aku sudah menganggapmu saudara perempuan
Lun. Tidak lebih,” wajah yang mendung.
Satu tetesan air bening lagi terjatuh di pipi Luna,
yang sudah terduduk di pembaringannya.
“Dan, aku sudah menyukai gadis yang lain.”
Allah.
Benar-benar
luka saat mendengar kalimat yang terlontar di bibir pemuda yang dicintainya.
Bagi Luna, bagaikan diiris sembilu, hatinya hancur berkeping-keping.
“Maafkan aku......” Ferli menunduk.
“Sekarang kamu keluar saja dari sini,” ucap Luna
kemudian membaringkan tubuhnya dan membelakangi Ferli.
Beberapa kali meminta maaf namun tidak ada jawaban. Mungkin butuh waktu.
Ferli keluar dan pikirannya terfokus pada satu
titik. Irma. Di mana dia? Dia harus memperjuangkannya,
mengungkapkan perasaan padanya yang selama ini terbelenggu yang sebenarnya
ketika mereka duduk di bangku SMA. Selama ini menjadi pecundang tentang
cinta, kali ini harus benar-benar berjuang.
Dia berlari di trotoar jalan di dalam kampus, segera
lari ke gedung Departemen Biologi. Biasanya berada di dasar lantai bersama
Karin. Benar saja, retina menyentuh mereka di sana dan bukan hanya berdua,
melainkan juga bersama si wajah baru. Ingin melangkah namun terhenti.
“Bukankah aku harus meminta maaf,” pikirnya cepat
kemudia berbalik dan berlari ke siaran radio kampus.
Beberapa menit berlalu, suara mengudara di alun-alun
kampus. Semua mahasiswa rupanya tahu pun termasuk Irma.
“Assalamualaikum. Maaf saya meminta waktu kalian
sebentar dengan mendengarkan suara hati saya. Saya ingin meminta maaf kepada
seorang gadis yang sudah membuat hati saya beberapa hari ini peluh, sebenarnya
bukan kesalahannya namun karena kesalahanku sendiri. Irma, please forgive me.
Waktu itu kamu salah paham. Aku hanya ingin belajar padanya untuk menyatakan
cinta padamu. Kamu satu-satunya gadis yang telah mencuri hatiku.”
Keributan terjadi di dalam kampus. Keributan tentang
kekaguman, keberanian Ferli memperjuangkan cinta.
“Dan, aku ingin mempersembahkan sebuah lagu
untuknya. Lagu yang dari hati.”
Musik mengalun lembut kemudian diikuti kemerduan
suaranya tentang lagu D’masiv “Rindu Setengah Mati.”
Aku
ingin engkau ada di sini
Menemaniku
saat sepi
Menemaniku
saat gundah
Berat
hidup ini tanpa dirimu
Kuhanya
mencintai kamu
Kuhanya
memiliki kamu
Aku
rindu setengah mati kepadamu.....
Sungguh
kuingin kau tahu aku rindu setengah mati......
Meski
telah lama kita tak bertemu
Kuselalu
memimpikan kamu
Kutak
bisa hidup tanpamu
Aku
rindu setengah mati kepadamu.....
Sungguh
kuingin kau tahu aku rindu setengah mati......
Aku
rindu..... Setengah mati...........
Dan, kembali lagi ke reff....
Bulir air mata Irma meneteskan air bening. Karin
mengusap bahunya lembut, sementara Hasbi tiba-tiba pergi meninggalkanya dengan
wajah roman buruk. Apa yang terjadi
padanya?
“Irma.....”
Dan, sekarang Ferli sudah berada di depannya.
Irma bangkit, lantas berlari kepadanya. Mata
keduanya saling bersentuhan namun buru-buru menunduk.
“Maafkan aku,” ucap Ferli lembut.
“Maafkan aku juga,” sambil menahan isakan.
Gemuruh tepuk tangan menyaksikan perdamaian mereka.
Pict source: gambarzoom.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar