post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Sabtu, 16 Desember 2017

Special Love (16)



DAMAI
“Karena dia, duniaku teralihkan”

“Apakah perasaanmu selama ini terhadapku? Tidak adakah yang berarti. Sudah lama kita saling kenal. Tak ada cacat di antara kita, aku dan kamu. Tidak bisakah kita saling menyukai? Tidak bisakah kamu membalas perasaanku?”

Kesenyapan yang memenuhi salah satu ruang istirahat kesehatan kampus Hasan buyar dengan pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi rongga telinga Ferli. Dan, butuh waktu untuk menjawab. Tidak mudah baginya, ini tentang cinta, tentang perasaan yang sangat emosional dan bisa mengundang peluh.
“Jawab aku Fer. Please, jawab aku?”
“Baiklah. Aku sudah menganggapmu saudara perempuan Lun. Tidak lebih,” wajah yang mendung.
Satu tetesan air bening lagi terjatuh di pipi Luna, yang sudah terduduk di pembaringannya.
“Dan, aku sudah menyukai gadis yang lain.”
Allah. Benar-benar luka saat mendengar kalimat yang terlontar di bibir pemuda yang dicintainya. Bagi Luna, bagaikan diiris sembilu, hatinya hancur berkeping-keping.
“Maafkan aku......” Ferli menunduk.
“Sekarang kamu keluar saja dari sini,” ucap Luna kemudian membaringkan tubuhnya dan membelakangi Ferli.
Beberapa kali meminta maaf namun tidak ada jawaban. Mungkin butuh waktu.
Ferli keluar dan pikirannya terfokus pada satu titik. Irma. Di mana dia? Dia harus memperjuangkannya, mengungkapkan perasaan padanya yang selama ini terbelenggu yang sebenarnya ketika mereka duduk di bangku SMA. Selama ini menjadi pecundang tentang cinta, kali ini harus benar-benar berjuang.
Dia berlari di trotoar jalan di dalam kampus, segera lari ke gedung Departemen Biologi. Biasanya berada di dasar lantai bersama Karin. Benar saja, retina menyentuh mereka di sana dan bukan hanya berdua, melainkan juga bersama si wajah baru. Ingin melangkah namun terhenti.
“Bukankah aku harus meminta maaf,” pikirnya cepat kemudia berbalik dan berlari ke siaran radio kampus.
Beberapa menit berlalu, suara mengudara di alun-alun kampus. Semua mahasiswa rupanya tahu pun termasuk Irma.
“Assalamualaikum. Maaf saya meminta waktu kalian sebentar dengan mendengarkan suara hati saya. Saya ingin meminta maaf kepada seorang gadis yang sudah membuat hati saya beberapa hari ini peluh, sebenarnya bukan kesalahannya namun karena kesalahanku sendiri. Irma, please forgive me. Waktu itu kamu salah paham. Aku hanya ingin belajar padanya untuk menyatakan cinta padamu. Kamu satu-satunya gadis yang telah mencuri hatiku.”
Keributan terjadi di dalam kampus. Keributan tentang kekaguman, keberanian Ferli memperjuangkan cinta.
“Dan, aku ingin mempersembahkan sebuah lagu untuknya. Lagu yang dari hati.”
Musik mengalun lembut kemudian diikuti kemerduan suaranya tentang lagu D’masiv “Rindu Setengah Mati.”
Aku ingin engkau ada di sini
Menemaniku saat sepi
Menemaniku saat gundah
Berat hidup ini tanpa dirimu
Kuhanya mencintai kamu
Kuhanya memiliki kamu
Aku rindu setengah mati kepadamu.....
Sungguh kuingin kau tahu aku rindu setengah mati......
Meski telah lama kita tak bertemu
Kuselalu memimpikan kamu
Kutak bisa hidup tanpamu
Aku rindu setengah mati kepadamu.....
Sungguh kuingin kau tahu aku rindu setengah mati......
Aku rindu..... Setengah mati...........
Dan, kembali lagi ke reff....
Bulir air mata Irma meneteskan air bening. Karin mengusap bahunya lembut, sementara Hasbi tiba-tiba pergi meninggalkanya dengan wajah roman buruk. Apa yang terjadi padanya?
“Irma.....”
Dan, sekarang Ferli sudah berada di depannya.
Irma bangkit, lantas berlari kepadanya. Mata keduanya saling bersentuhan namun buru-buru menunduk.
“Maafkan aku,” ucap Ferli lembut.
“Maafkan aku juga,” sambil menahan isakan.
Gemuruh tepuk tangan menyaksikan perdamaian mereka.

Pict source: gambarzoom.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar