
Pemuda bermata sayup itu menahan
gemuruh. Sesekali memejam agar gelap mengambil alih perasaan yang sendu dan
entah ingin diapakan. Saat takdir mengambil alih kehidupan indahnya. Gadis yang
sudah menemani hidupnya belakangan. Gadis yang tabah mengiringi langkahnya
dalam keadaan apapun dan gadis yang akan selalu menempati sudut pertama di
hatinya.
Seseungguhnya kalau jalan hidup bisa
digenggam, ingin sekali merubah jalan ini. Masih ingin bersama. Belum ada
kebahagiaan berarti yang dia lakukan untuknya. Belum ada. Memberi seperti dia
yang selalu datang saat dibutuhkan. Seandainya bisa merubah jejak hidup.
Pemuda berkemeja hitam itu menghela
nafas panjang. Tetesan-tetesan batinnya yang menyebar di lekuk wajah meski
ketampanannya tetap menebar seolah
membiarkan yang lain berpikiran seenaknya. Kakinya sangat sulit untuk berdiri,
padahal sebentar lagi kekasihnya akan segera disholatkan, setelah dimandikan.
Hhhh......
***
Dia ingin mendekat. Lubang penasaran
membelenggu yang segera dilonggarkan dengan aksi curi perhatian, sedikit
pura-pura bodoh tapi dengan gaya sok cool,
toh yang dipincut pun termakan.
“Ruly, emang beneran kamu gak tahu
mata kuliah sastra yang diajarin Pak Qadry? Padahal setahu aku kamu jago loh
waktu SMP dulu, bahkan sempat pensi di depan guru dan teman-teman,” Alif
menggumam tak mengerti.
“Itukan beda Lif, andainya ada yang
bisa ajarin aku.”
“Oh, aku tahu Yuri aja ajarin. Entar
aku bilangi, dia kan sepupu aku,” sambil mengerdipkan mata pada gadis yang
dibicarakannya.
“Ah, gak Alif... Takut ganggu, pasti
dia sibuk belajar buat persiapan ujian dua minggu lagi.”
“Ia-ia nanti aku bantuin,” karena
memang mendengar semua percakapan mereka dari tadi, Yuri setuju walau
sebenarnya benar apa yang dikatakan tentang persiapan ujian itu.
Waktu meriang, berayun bahagia dalam
uluran seperti yang dikehendaki. Lalu benih-benih perasaan pemuda itu semakin
terhias, ayu, kelembutan dan senyumnya bak matahari menyenandungkan sinar di
pelepah hidup. Lalu kebersamaan demi kebersamaan bergayut di relung
masing-masing, kini yang diincar pun sama.
Tuhan, inikah yang dinamakan cinta
pada pandangan pertama di saat gemuruh hati tak karuan ketika dekat dengannya?
Perasaan di mana seperti terbang di awan-awan, bahkan mungkin bisa mendekati
surga kenyamanan yang diimpikan oleh semua orang. Atau hanya halusinasi
sementara.
“Li....”
Nadanya begitu lembut. Merdu.
I’m
falling in love, desisnya tanpa sadar. Menaruh penasaran di benak gadis
yang sekarang mengajarinya akting, lantas bertanya kepada siapa hatinya
berlabuh.
Kamu.
Berkesinambungan
di aura bunga-bunga mimpi, nyata atau belakakah? Dengan sendu Ruli menatap
penuh kasih sembari seolah sadar dengan apa yang telah diucapkan. Pelan, seperti
amnesia.
“Aduh, kita sudah sampai di mana? Oh
ya yang ini bagaimana ekspresinya? Sepertinya sedih deh, boleh gak ekspresi
sedih tapi dialognya senang.”
Yuri
tersenyum, menandakan terkesima.
Dan, mata cokelat pemuda itu kembali
terperangkap dalam keindahan duniawi. Begitulah dia, tudung pink bercorak polos
namun cocok dengan kulit putih dan wajah ayunya, di tambah dress muslimah plus
princess kini menjadi gaun Yuri di pensi sekolah, berjalan anggun naik d atas
panggung, menujunya dan bukan cuma Ruly, penonton pun sama – Pertunjukkan drama
sekolah “Cinderella” dengan keduanya menjadi pemeran utama.
Semoga
berlabuh di kedalaman hati yang sama. Percaya, cinta menuntun pada pemiliknya,
cinta tak mungkin salah.
Happy
ending. Sambil berdansa dengan romansa yang
begitu di dalami. Berchemistry. Kebahagaiaan yang tak mungkin tergantikan. Kian
mencucutkan perasaan ingin menyampaikan hasrat? Tapi bukankah sudah? Ah, itu
belum serius.
Esok ingin ditekadkannya untuk
mengungkap satu kata yang selama ini sangat sulit terucap, terpenggal dalam batiniyah
yang selalu menyoraki. Besok atau tidak
sama sekali, jangan menunggu sampai waktu mengambil.
Tapi
sebelum tertuang dalam lontaran kalimat-kalimat lembut, perasaanya
dikesampingkan karena yang dipilih sangat serius mempersiapkan diri mengikuti
seleksi beasiswa. Mungkin bisa saja dikatakan, tapi sekiranya akan menganggu
konsentraisnya nanti. Apalagi kalau baru jadian, bawaannya kan mau berduaan
melulu. Oh, bukan ini yang diinginkan. Mengganggu apalagi sampai membuat
keinginan Yuri meraih beasiswa lululantah hanya sebuah nafsu cinta. Lebih baik
menyemangati dan membantunya belajar, walaupun tahu pasti kali ini dia bisa
mendapatkannya.
Ruli
mendekat, menutup mata Yuri dari belakang.
“Siapa
nih.... Gak tahu apa lagi serius membaca?” tanya gadis berpenutup kepala itu
sambil memegang tangan yang sulit terpelas dari wajahnya.
“Biar
aku bacain ya. Nanti kamu nyimak aja,” jawab pemuda bermata sayup dengan
membiarkan sang pujaan melihat terang.
Oh my God,
Yuri kaget namun senang.
Perlahan,
syarat-syarat dokumen yang harus dipersiapkan bagi calon penerima beasiswa
berperestasi dibaca jelas olehnya. Sementara dengan sigap Yuri mencatat.
Terulur bantuan kembali. Semakin dekat saja. Dari kejauhan Alif memandang
dengan sunggingan menawan Sahabat dan sepupunya sepertinya dalam pendekatan.
Satu
hari itu tiba. Dengan motor ninja biru, diboncengnya Yuri ke sekolah, memecah
jalan dengan raungan keras. Sampulan menawan yang mengiringi perjalanan
keduanya harus terganti dengan kesedihan. Motor mogok di tengah jalan, mencari
tukang ojek, bajaj dan taxi pun sepertinya kompak menghilang.
“Maaafkan
aku ya..... gara-gara aku, kamu kehilangan beasiswa.”
Ruly
menyeka air mata dengan sapu tangan biru di wajah gadis yang ingin menahan
hujan di sampulannya, namun semakin deras.
Setiap air matamu yang
jatuh begitu menyayat batin ini melihatnya, menandakan aku gagal melindungimu. Oh,
Ruli menahan sakit.
Hati
pemuda bermata sayup semakin duka, tatkala hari-hari berlalu dilalui Yuri
dengan diam, begitu menyiksa dirinya sendiri. Seribu cara ditempuh untuk tak
terlihat murung di depannya, tapi ia tahu pasti gadis itu masih belum bisa
menerima kenyataan beasiswa yang kali ini tak berpihak.
Ya,
meski bukan waktu tepat menyatakan isi perasaan yang selama ini terpendam, kali
ini ingin diucapkan dan semoga bisa menjadi penghibur sekaligus jawaban doa-doa
malamnya yang terlantun.
Pertemuan
di taman sekolah dengan pakaian putih abu-abu, kemudian setangkai bunga mawar
kesukaannya tak lupa dibawa pembuka pembicaraan. Bunga cantik untuk orang yang cantik.
“Ruli....
makasih,” suara yang memaksa senang. Oh, persis kemarin-kemarin. “Ri....
maafkan aku, mungkin aku tidak tahu diri, aku yang udah nyebabin kamu gagal
menerima beasiswa kamu. Tapi, aku ingin kamu tahu satu hal aku gak pernah
bermaksud itu,” sebelum lanjut. Ada air mata meleleh terlihat dari gadis pujaan
hati.
“Dan....,”
Yuri menyela, “Stop Li, aku gak pernah nyalahin kamu koq. Aku nyalahin diri aku
sendiri, mestinya aku gak terus-terusan terlarut dalam sedih seperti ini. toh,
pasti kan ada jalan lain.”
Kembali,
sapu tangan biru itu menjadi penyeka kesedihan.
“Kamu
benar, kamu gak boleh terus-terusan sedih. Aku tahu kamu itu cewek hebat, pasti
nanti dapat beasiswa yang lebih besar,” sambil terus menghapus air mata Yuri.
“Dan,
aku ingin kamu tahu satu hal. Sebenarnya aku...... aku.....”
Kusuka dirinya, mungkin
aku sayang
Namun apakah mungkin
kau menjadi milikku
Kau pernah menjadi,
menjadi miliknya
Namun salahkah aku bila
kupendam rasa ini
Nyaris
saja terlontar, hp Yuri berdering. Panggilan dari mamanya yang panik karena
ayahnya masuk rumah sakit.
“Apa?
Ayah meni,,,, nggg.....al.”
Tak!
Ponselnya terjatuh bersama tumbangnya diri. Pingsan.
Ruli
dibuntuti ketakutan, sigap mengangkat Yuri. Ya
Allah, apalagi ini? kenapa hujan lebat tiba-tiba melanda. Sebuah firasat
buruk. Tapi, tak menghalau untuk terus berlari ke rumah sakit membawa Yuri.
Kekahawatiran dan kecemasan masih terus merajam, bahkan sampai di rumah sakit
dan dua jam menunggu di luar ruang rawat, Yuri masih belum sadarkan diri. Shock
berat. Dan, ketakutan itu pun beralasan.
Masa
berat, misteri kehidupan cintanya begitu mendung. Bahkan sebelum dimulai.
Padahal, jika memang tidak bisa mulai, asal masih bisa melihatnya. Tapi, Tuhan
memberi cobaan diluar dugaan.
End
saya ibu irma seorang TKI DI SINGAPURA
BalasHapuspengen pulang ke indo tapi gak ada ongkos
sempat saya putus asah apalagi dengan keadaan susah
gaji suami itupun buat makan sedangkan hutang banyak
kebetulan saya buka-bukan internet mendapatkan
nomor MBAH SERO katanya bisa bantu orang melunasi hutang
melalui jalan TOGEL dengan keadaan susah terpaksa saya
hubungi dan minta angka bocoran SINGAPURA
angka yang kemarin di berikan 4D yaitu 6377 TGL 01-09-2016
ternyata betul-betul tembus 100% alhamdulillah dapat Rp.250.juta dalam bentuk uang indo bagi saudarah-saudarah di indo maupun di luar negeri
apabila punya masalah hutang sudah lama belum lunas
jangan putus asah beliau bisa membantu meringankan masalah
ini nomor hp -> (-082-370-357-999-) MBAH SERO
demikian kisah nyata dari saya tampah rekayasa
atau silahkan buktikan sendiri..