“Salah Kelas”
Apa yang dikatakan dalam firman-Nya benar adanya, akan ditambahkan nikmat
bagi yang bersukur. Alhamdulillah, dan bersyukur itu dengan banyak memberi.
Usai membagikan makanan seadanya kue-kue bikinan tangan sendiri, tiba-tiba
Fatimah – ibunya – memanggil. Dan sangat beroman penasaran yang tanpa kaki
beralaskan sandal, berlari mengantarkan amplop cokelat itu sampai-sampai
terengah-engah lantas menyuruh putrinya membuka segera.
Selamat, anda dinyatakan lulus masuk di Banua School.
Alhamdulillah.
Bahagia kembali menyentuh – dua hari sebelumnya karena pengumuman peringkat
satu umum – yang saling mengikatkan peluk antara keduanya.
“Selamat ya, kamu memang anak pandai Nak’.”
Nurmia, tantenya dari atas rumah melambaikan tangan.
***
“Ruangan X Index 1 di mana ya?”
Keheranan. Kemudian gadis bermata sipit itu hanya diam dan acuh.
Pertama kali bicara di sekolah dengan orang aneh tak mampu menyurutkan
kebahagiaan Fitri, bersekolah di tempat elit yang terkenal banyak
mengikutkan siswa-siswinya ikut olimpiade. Lagian, tak lama kemudian
Fitriani menemukan sahabat baru.
Lia, gadis berkulit hitam manis selalu menebar aura bahagia dan Ulfa, gadis
humoris tapi baik hati. Membuat langkah pertama di sekolah bersemangat,
menapaki jalan baru dan bersama lebih baik. Bukan hanya mencari ilmu,
tetapi bersekolah juga menemukan sosok yang bisa menemani langkah
perjuangan karena, satu tujuan. Mata Fitri terbuka, terekah sunggingan
menawan yang tak henti-hentinya disunggingkan dan mungkin membuat
orang-orang bertanya, termasuk dua sahabat barunya.
“Aku hanya ingin menggambarkan rasa bahagiaku.”
Fitri menjawab lembut. Kemudian menarik tangan sahabatnya untuk cepat
mencari kelas, hanya saja terlepas dan akhirnya salah.
“Oh, ini nih. Itukan X Index 1.”
Dia memasuki tanpa bertanya apakah benar ini kelas untuk siswa baru, dan
sedikit yang mengganggu kenapa tidak ada Lia dan Ulfa padahal kan satu
kelas. Tak lama seorang guru datang dengan kacamata menghiasi matanya.
Sempat menoleh tapi segera dialihkan. Kemudian, bertanya.
“Kalian tidak lupa kan, materi kemarin? Jangan sampai kalian kalau bapak
tanya ada yang tidak tahu.”
Respon membisu.
“Ihsan, apa itu Riba?”
Kembali bisu.
“Aslan, apa itu Riba?”
Sama saja, bahkan sampai lima nama disebutkan satupun tak ada yang tahu.
“Aku tahu pak, Riba dalam Islam adalah tumbuh atau membesar, yang secara
umumnya adalah pengambilan tambahan terhadap modal atau harta pokok secara
batil.”
Tegas, gadis berhijab putih itu menjawab.
“Benar, tapi nama kamu siapa? Sepertinya kamu siswi pindahan.”
“Bukan pak, aku siswa baru. Namaku Fitriani Silang. Ini kelas X Index satu
kan?”
HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA............. Riuh tawa menebar.
Bersambung.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar