post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Sabtu, 02 September 2017

Nyawa Hidupku (Pembalasan) Part 16




Semua perbuatan pasti ada balasannya.
“Dasar cewek tukang fitnah.... hu....”
“Kamu tidak pantas sekolah di sini, dasar tukang fitnah.”
“Tidak akan yang mau sama kamu kalau sikapmu begitu, tukang fitnah.”
Tukang fitnah. Ah. Muak mendengar kata itu. Nyaris saja membalas bualan mereka. Tapi tidak mungkin mereka terlalu banyak. Fitri, semua ini gara-gara kamu.
“Rasain nih, ayo lempar terus dia....”
Beginikah rasanya dibully, dianggap lemah di mata-mata orang. Mungkin ini yang dirasakan Fitri dan semua yang pernah kubully. Nurani terbuka.

“Ayo lempar sampai kalian puas,” teriak gadis berwajah bulat itu.
Tuhan, apakah ini balasan dari semua perbuatan jahatku. Menangis.
“Stop! Atau tidak kami akan lapor sama guru,” ancam Tina.
Sahabat baik tidak akan membiarkan sahabatnya terluka. Ramlah ikut merengkuh Sakinah yang sudah duduk dan melindunginya dari lemparan-lemparan.
“Lapor sana memang kami takut sama kamu, kami juga akan melaporkan semua perbuatanmu terhadap Fitri dan Ihsan,” seseorang siswi yang dulu dibully sama mereka balik mengancam.
“Rasain ini, kamu juga pantas mendapatkannya,” sebuah lemparan kertas, telor dan tepung pun terlempar kepada Ramlah dan Tina.
Merasakan kembali perbuatannya, apakah ini karma.
“Hentikan, hentikan teman-teman, jangan lakukan ini. Saya mohon!” Fitri mengiba.
Apa yang dilakukan Fitri? Kenapa malah menolong, bukankah seharusnya dia tertawa? Senang melihat orang memfitnahnya dibully.
“Kita tidak boleh membalas apa yang mereka lakukan kepada kita, karena itu sama saja kita seperti mereka,” Fitri membela lagi.
“Tolong hentikan ya teman-teman. Aku percaya kalian semua punya hati nurani baik, dan tidak akan dendam,” tambahnya.
“Kalau bukan karena Fitri yang menyadarkan kami, kami tidak akan menghentikan semua ini. Kalian harus minta maaf dan berterima kasih padanya,” ucap salah seorang.
Kemudian meninggalkan mereka berempat.
Tuhan, apakah benar gadis di sampingku ini mempunyai hati seperti malaikat? Apakah dia tulus mengatakannya kepada mereka? Atau hanya ingin mencari muka? Sakinah tertimbun pertanyaan.
“Kamu gak apa-apa kan Sakinah?” tanyanya lembut.
Hah, matanya memancarkan sinar ketulusan. Dia tidak mungkin bohong. Sakinah memegang tangan Fitri. Ramlah dan Tina ikut mencair.
“Maafin aku Fit, maafin aku. Mungkin aku sudah jahat banget sama kamu dan tidak pantas dimaafkan. Tetapi aku benar-benar sadar, bahwa kamu orang baik dan tidak pantas untuk dijahatin.”
“Ia, Fit.... aku juga minta maaf atas semua kesalahan kami.”
“Kami harap kamu tidak membenci kami, kami benar-benar menyesal Fit.”
Sakinah and the genk benarkah tulus minta maaf? Bukankah pura-pura atau belaka?
“Ia, aku dah maafin kalian koq, sebelum kalian minta maaf,” tanpa pikiran mereka pura-pura, Fitri hanya tahu kalau Allah maha pemaaf kenapa dia tidak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar