post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Sabtu, 30 September 2017

Nyawa Hidupku Part 17 (Bersama)




Hangat? Kenapa itu terasa. Rangkulan gadis yang begitu dibenci kencang menancap suhu kebencian perlahan meleleh, benarkah? Pantasan Ihsan menyukainya. Pantaskah cemburu? Benar saja levelnya lebih di atas. Beberapa hari kemarin amarah membakar tak kala melihat, kini begitu bersyukur setelah ditolong.
“Makasih Fit, aku tidak tahu kalau kamu tidak tolong aku, mungkin masih dibully sama teman-teman,” reflek memegang tangannya.
Mata saling menyentuh. Terjaga. Lantas ingin melepaskan pegangannya.

“Sakinah, jangan makasih terus. Kita kan sudah jadi teman,” cepat-cepat memegang kembali tangan gadis berwajah bulat itu.
Teman? Bisakah atau pantaskah?
Terheran. Bagaimana mungkin Fitri sudah akrab dengan Sakinah and the genk. Lia dan Ulfa memandang dari kejauhan. Tidak bisa dibiarkan. Bisa bahaya. Memberitahu Ihsan dan teman-temannya adalah yang terbaik atau tidak Fitri mungkin akan terjebak lagi dengan cewek-cewek jahat itu.
“Apa? Apa yang sebenarnya ingin dilakukan Sakinah lagi?” Ihsan terkejut.
“Tidak mungkin Sakinah bisa berubah secepat ini, ini pasti akal-akalannya saja,” bahkan kakaknya pun sama saja.
“Ia kak, makanya aku kasih tahu kalian mengenai hal ini,” Ulfa mengangguk kepala.
Bertanya langsung. Haruskah? Tapi tidak mungkin dia mau jujur. Dan, yang dibicarakan pun muncul.
“Kak Ihsan, Ka Irwan, Ka Yudha, Ulfa dan Lia, aku juga minta maaf sama kalian, aku benar-benar menyesal atas apa yang aku lakukan sama kalian,” tutur Sakinah bernada lembut.
Mata menyeruak? Kalau-kalau ada kebohongan di celah sana. Benarkan menyesal.
“Aku akan lakukan apa saja asal kalian percaya,” pintanya.
Kepercayaan memang sangat mahal, sekali roboh akan susah sekali dibangun lagi.
Sakinah berlutut.
“Jangan Sakinah! Jangan merendahkan dirimu seperti ini,” Fitri mencoba membangunkan.
“Tidak, biarkan saja Fit,” bertahan.
Kedua sahabatnya mengikut.
“Kami juga minta maaf atas apa yang pernah kami lakuin bersama,” kata Tina.
Suasana ganjil. Apa yang harus dikatakan? Perlu beberapa waktu berpikir. Tidak segampang itu. Mereka terlalu jahat. Perlakuan mereka kemarin sudah melampaui batas. Maaf terlalu gampang.
“Ok, kami akan percaya, kalau kamu mau minta maaf sama semua anak-anak di sekolah ini,” Ihsan menguji.
“Saya setuju,” Irwan berkutik.
Sementara Yudha entah kenapa sudah diam dari kemarin-kemarin. Ada sesuatu tersembunyi di benak pemuda bermata sipit itu. Benar saja, tidak lagi menggoda Sakinah. Apakah sadar bahwa dia bukan cewek yang pantas untuknya.
“Apa kamu bisa lakukan itu Sakinah?” kata Lia ikut menguji.
Tanpa berpikir panjang. Gadis berwajah bulat itu mengangguk.
“Baik, aku akan lakukan apa yang kalian suruh. Tapi setelah itu aku mohon maafkan aku. Walaupun kalian tidak bisa berteman dengan kami, yang penting kalian memaafkan kami,” jelas Sakinah. Air matanya meleleh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar