Assalamualaikum
wr. wb.
Udah
tiga hari gak ngepost catatan hati, kangen juga sama readers. (emangnya ada? Lol)
Kali
ini Muhdar Silang yang ganteng ini, yang
super duper mirip Lee Jong-suk (jika dilihat dari Gunung Tie-tie) akan sharing
masalah kematian.
Kematian
adalah sebuah hal yang misterius. Tak ada satupun manusia yang tahu kapan ia
akan meninggal. Dan sebuah kepastian bahwa setiap yang bernyawa pasti menemui
ajalnya.
Dalam
firman QS Al-Ankabut ayat 27 yang arinya “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian
hanya kepada Kami kamu dikembalikan” [al-‘AnkabĂ»t/29:57]
Di
tanggal, 9 November 2017 aku pergi mengantar jenazah anggota keluargaku, kata
mamaku, beliau juga termasuk kakekku karena saudara ayahku.
Ada
pertanyaan-pertanyaan membuntuti ketika berada dalam rombongan mengantar. Apakah nanti akan banyak pula yang mengantar
saat aku meninggal?Akankah ada yang menangisiku atau justru senang dengan
kematian? Lantas bagaimana dengan amalku, apakah cukup akan menolongku nanti di
alam kubur? Apakah dosaku setinggi gunung dan seluas samudera?
Allah, kuserahkan hidup dan matiku
kepadamu. Aku mohon berilah rahmatmu kepadaku? Hatiku
terngiang teringat dosa-dosa sekarang dan masa lalu yang begitu banyak.
Astagfirullah al-adzim.
Kulihat
sanak saudara yang lain bergegas, memasukkan mayit ke dalam lihat. Allah, benar-benar akan kembali ke asalnya. Tanah.
Pekikku dalam batin.
Akankah amalku mampu memberikan
cahaya di pekat gelapnya kubur? Akankah bisa menolong menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari malaikat Mungkar dan Nakir? Allah,
tolong hamba.
Dan,
akupun perlahan menyadari tentang waktu yang masih diberikan-Nya kepadaku. Tentang
nafas yang masih berembus di dada. Allah menginginkanu selalu menyembah
kepada-Nya, berserah kepada-Nya. Allah. Allah. Allah.
Hatiku
semakin menciut, setelah dipasang nisan di atas kuburannya. Hah. Benar-benar akan sendiri
mempertanggungjawabkan segalanya, tak ada keluarga, sahabat atau pendamping
sekalipun yang bisa membantu. Hanya doa yang bisa mereka ulurkan.
Aku
berpikir sendiri dalam batin, sambil menyusuri jalan pulang. Berharap waktu
yang masih diberikan oleh-Nya, aku gunakan sebaik-baiknya. Kesempatan hidup
hanya sekali. Buat apa hidup seribu tahun kalau tak menyembah-Nya.
pict source: gohijrah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar