post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Jumat, 10 November 2017

Kematian





Assalamualaikum wr. wb.
Udah tiga hari gak ngepost catatan hati, kangen juga sama readers. (emangnya ada? Lol)

Kali ini  Muhdar Silang yang ganteng ini, yang super duper mirip Lee Jong-suk (jika dilihat dari Gunung Tie-tie) akan sharing masalah kematian.
Kematian adalah sebuah hal yang misterius. Tak ada satupun manusia yang tahu kapan ia akan meninggal. Dan sebuah kepastian bahwa setiap yang bernyawa pasti menemui ajalnya.
Dalam firman QS Al-Ankabut ayat 27 yang arinya “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan” [al-‘AnkabĂ»t/29:57]
Di tanggal, 9 November 2017 aku pergi mengantar jenazah anggota keluargaku, kata mamaku, beliau juga termasuk kakekku karena saudara ayahku.
Ada pertanyaan-pertanyaan membuntuti ketika berada dalam rombongan mengantar. Apakah nanti akan banyak pula yang mengantar saat aku meninggal?Akankah ada yang menangisiku atau justru senang dengan kematian? Lantas bagaimana dengan amalku, apakah cukup akan menolongku nanti di alam kubur? Apakah dosaku setinggi gunung dan seluas samudera?
Allah, kuserahkan hidup dan matiku kepadamu. Aku mohon berilah rahmatmu kepadaku? Hatiku terngiang teringat dosa-dosa sekarang dan masa lalu yang begitu banyak. Astagfirullah al-adzim.
Kulihat sanak saudara yang lain bergegas, memasukkan mayit ke dalam lihat. Allah, benar-benar akan kembali ke asalnya. Tanah. Pekikku dalam batin.
Akankah amalku mampu memberikan cahaya di pekat gelapnya kubur? Akankah bisa menolong menjawab pertanyaan-pertanyaan dari malaikat Mungkar dan Nakir? Allah, tolong hamba.
Dan, akupun perlahan menyadari tentang waktu yang masih diberikan-Nya kepadaku. Tentang nafas yang masih berembus di dada. Allah menginginkanu selalu menyembah kepada-Nya, berserah kepada-Nya. Allah. Allah. Allah.
Hatiku semakin menciut, setelah dipasang nisan di atas kuburannya. Hah. Benar-benar akan sendiri mempertanggungjawabkan segalanya, tak ada keluarga, sahabat atau pendamping sekalipun yang bisa membantu. Hanya doa yang bisa mereka ulurkan.
Aku berpikir sendiri dalam batin, sambil menyusuri jalan pulang. Berharap waktu yang masih diberikan oleh-Nya, aku gunakan sebaik-baiknya. Kesempatan hidup hanya sekali. Buat apa hidup seribu tahun kalau tak menyembah-Nya. 

pict source: gohijrah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar