SECARIK
KERTAS
“Kada
terindah untukku adalah ketika bersamamu.”
“Ini
untukku kan?” sekonyong-konyongnya langsung meraih kado berbentuk love di
tangan Irma.
Bungkam. Tidak tahu harus jawab apa sekarang. Aliran
darah yang kembali berdesir cepat. Padahal sebelumnya ingin meyakinkan diri,
mempersiapkan kata-kata agar lidah tidak keluh menjawab pertanyaannya.
Hah. Sebelum semuanya siap malah buyar dengan kekonyolan Ferli yang menjadi tuan mudanya beberapa hari ini.Tambah tidak tahu apa yang harus dilukan, ketika pemuda itu perlahan membuka kado yang sudah ditangannya. Ada sebuah kertas cantik terselip saat kado special itu terbuka. Pelan namun pasti dibukan dan dibaca.
Hah. Sebelum semuanya siap malah buyar dengan kekonyolan Ferli yang menjadi tuan mudanya beberapa hari ini.Tambah tidak tahu apa yang harus dilukan, ketika pemuda itu perlahan membuka kado yang sudah ditangannya. Ada sebuah kertas cantik terselip saat kado special itu terbuka. Pelan namun pasti dibukan dan dibaca.
Dear
Ferli.
Lewat
secarik kertas ini, aku ingin menggambarkan rasa terima kasihku kepada kakak,
yang selama ini sudah menjadi penolong begitupun dengan masa akan datang, aku
yakin kakak akan menjadi penolongku.
Meskipun
terkadang aku keras kepala, nyolot dan bahkan membuat kakak kesal, sebenarnya
semua itu bukan dari hati. Aku hanya ingin diperhatikan, sekedar itu. Tak
pernah ada maksud lain apalagi membuat kakak marah.
Semoga
dengan jam tangan ini, memgingatkan kepada kakak tentang waktu, tentang saya,
yang disetiap waktu merasa senang dan berterima kasih kepada kakak. Sekali
lagi, thanks for everything my hero.
Senyam-senyum sendiri saat dan setelah membacanya,
sementara gadis di sampingnya menenangkan diri agar jangan bertingkah konyol,
meskipun jelas salah tingkah.
“Makasih ya,” Ferli tersenyum
“Sama-sama kak,” tatapannya entah ke mana.
Ferli kemudian mengambil sesuatu dari kantong
celananya.
“Aku juga punya sesuatu untukmu,” sambil
memperlihatkan gelang couple.
“Apa ini kak?”
“Kamu tidak lihat, kalau ini gelang?” matanya
menyipit, menyidik.
“Tahu kak. Tapi semuanya untuk saya?”
“Tidak lah, satu untuk saya dan satunya lagi
untukku.”
Senyap. Suasana kafe yang mereka tempati sekarang
seolah tanpa suara, padahal junior-junior lain juga sibuk memberikan kado
kepada senior pilihan mereka.
Beberapa detik berlangsung tanpa ada kalimat yang
menguap di bibir keduanya. Pun Irma heran, kenapa Ferli ikut tenggelam? Adakah hatinya merasakah kesamaan? Hmmmm
semoga saja. Harapanya dalam batin.
“Sini aku pasangin,” sekarang mata pemuda di
hadapannya yang penuh dengan harapan.
Ada keraguan. Ferli sangat tahu kalau gadis
dihadapannya sangat menjaga hubungan pergaulan antara laki-laki dan perempuan,
agar jangan sampai bersentuhan.
“Aku akan hati-hati memasangnya, lagian kan ada hijabnya,
lengan bajumu yang panjang.”
Irma dalam-dalam menetralisir, hingga akhirnya
memutuskan untuk setuju.
Romantis, keduanya bergantian saling memakaikan
gelang yang bertuliskan nama mereka. Irma memakai gelang nama Ferli, begitupula
sebaliknya.
Semua senior dan junior lain sekarang menjadi
keduanya bahan ketakjuban. Kepala mereka dipenuhi pertanyaan, apakah mereka
sudah menjalin hubungan diam-diam dan sekarang ingin go public sampai salah satu dari mereka bertanya dengan suara
lantang.
“Apakah kalian sudah pacaran?”
Kembali sunyi. Keduanya tak tahu menjawab apa
sementara yang lain memfokuskan telingan mendengar jawaban.
“Belum,” tegasnya Ferli diiringi sunggingan menawan.
Ah..... Ingin berteriak rasanya. Irma semakin merasa
kikuk, tiba-tiba keringat mengalir di wajah imutnya. Nampak malu-malu apalagi
gemuruh teman-teman dan juniornya menjadi-jadi.
“Kami doakan kalian cepat jadian.”
“Cepat ya jadiannya.”
“Jangan terlalu lama membuatnya menunggu Fer.”
Dan, masih banyak kalimat yang mereka uapkan dalam
lontaran kalimat yang ditanggapi Ferli dengan tawa tipis, seolah Irma sendiri
menikmati rona wajah yang kemerahan. Hah.
perasaan bercampur aduk, bahagia, malu dan berharap.
Pict source: gambarzoom.com
Pict source: gambarzoom.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar