post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Kamis, 30 November 2017

Special Love (11)

SECARIK KERTAS
“Kada terindah untukku adalah ketika bersamamu.”


“Ini untukku kan?” sekonyong-konyongnya langsung meraih kado berbentuk love di tangan Irma.
Bungkam. Tidak tahu harus jawab apa sekarang. Aliran darah yang kembali berdesir cepat. Padahal sebelumnya ingin meyakinkan diri, mempersiapkan kata-kata agar lidah tidak keluh menjawab pertanyaannya.
Hah. Sebelum semuanya siap malah buyar dengan kekonyolan Ferli yang menjadi tuan mudanya beberapa hari ini.Tambah tidak tahu apa yang harus dilukan, ketika pemuda itu perlahan membuka kado yang sudah ditangannya. Ada sebuah kertas cantik terselip saat kado special itu terbuka. Pelan namun pasti dibukan dan dibaca.
Dear Ferli.
Lewat secarik kertas ini, aku ingin menggambarkan rasa terima kasihku kepada kakak, yang selama ini sudah menjadi penolong begitupun dengan masa akan datang, aku yakin kakak akan menjadi penolongku.
Meskipun terkadang aku keras kepala, nyolot dan bahkan membuat kakak kesal, sebenarnya semua itu bukan dari hati. Aku hanya ingin diperhatikan, sekedar itu. Tak pernah ada maksud lain apalagi membuat kakak marah.
Semoga dengan jam tangan ini, memgingatkan kepada kakak tentang waktu, tentang saya, yang disetiap waktu merasa senang dan berterima kasih kepada kakak. Sekali lagi, thanks for everything my hero.
Senyam-senyum sendiri saat dan setelah membacanya, sementara gadis di sampingnya menenangkan diri agar jangan bertingkah konyol, meskipun jelas salah tingkah.
“Makasih ya,” Ferli tersenyum
“Sama-sama kak,” tatapannya entah ke mana.
Ferli kemudian mengambil sesuatu dari kantong celananya.
“Aku juga punya sesuatu untukmu,” sambil memperlihatkan gelang couple.
“Apa ini kak?”
“Kamu tidak lihat, kalau ini gelang?” matanya menyipit, menyidik.
“Tahu kak. Tapi semuanya untuk saya?”
“Tidak lah, satu untuk saya dan satunya lagi untukku.”
Senyap. Suasana kafe yang mereka tempati sekarang seolah tanpa suara, padahal junior-junior lain juga sibuk memberikan kado kepada senior pilihan mereka.
Beberapa detik berlangsung tanpa ada kalimat yang menguap di bibir keduanya. Pun Irma heran, kenapa Ferli ikut tenggelam? Adakah hatinya merasakah kesamaan? Hmmmm semoga saja. Harapanya dalam batin.
“Sini aku pasangin,” sekarang mata pemuda di hadapannya yang penuh dengan harapan.
Ada keraguan. Ferli sangat tahu kalau gadis dihadapannya sangat menjaga hubungan pergaulan antara laki-laki dan perempuan, agar jangan sampai bersentuhan.
“Aku akan hati-hati memasangnya, lagian kan ada hijabnya, lengan bajumu yang panjang.”
Irma dalam-dalam menetralisir, hingga akhirnya memutuskan untuk setuju.
Romantis, keduanya bergantian saling memakaikan gelang yang bertuliskan nama mereka. Irma memakai gelang nama Ferli, begitupula sebaliknya.
Semua senior dan junior lain sekarang menjadi keduanya bahan ketakjuban. Kepala mereka dipenuhi pertanyaan, apakah mereka sudah menjalin hubungan diam-diam dan sekarang ingin go public sampai salah satu dari mereka bertanya dengan suara lantang.
“Apakah kalian sudah pacaran?”
Kembali sunyi. Keduanya tak tahu menjawab apa sementara yang lain memfokuskan telingan mendengar jawaban.
“Belum,” tegasnya Ferli diiringi sunggingan menawan.
Ah..... Ingin berteriak rasanya. Irma semakin merasa kikuk, tiba-tiba keringat mengalir di wajah imutnya. Nampak malu-malu apalagi gemuruh teman-teman dan juniornya menjadi-jadi.
“Kami doakan kalian cepat jadian.”
“Cepat ya jadiannya.”
“Jangan terlalu lama membuatnya menunggu Fer.”
Dan, masih banyak kalimat yang mereka uapkan dalam lontaran kalimat yang ditanggapi Ferli dengan tawa tipis, seolah Irma sendiri menikmati rona wajah yang kemerahan. Hah. perasaan bercampur aduk, bahagia, malu dan berharap.

Pict source: gambarzoom.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar