GITAR
Lagu adalah melodi
hati,
Jika suatu hari nanti
aku merindukanmu
Dan hanya bisa aku
mendengarkan nyanyianmu

Ini bukan pertama kali, makanya ibu dan ayahnya
kalau menelepon selalu mengingatkan tentang makan. Paling tahu gadis
sholehahnya tidak memperhatikan kebutuhan, padahal kesehatan amatlah mahal.
Sudah tidak ada apa-apa di kulkas, bahkan air minum
sekalipun. Irma mengambil ponselnya yang sudah dicas dari tadi malam, kemudian
menekan pelan tombol onnya. Beberapa menit mencoba menghugungi pak Irwan, yang
biasa mengantarkan air galon ke asramanya. Hmmmm. Hasilnya nihil.
Irma beranjak ke lemari pakaian, mengambil sweater
pinknya dan mulai mengenakannya di depan cermin. Memeriksa dari atas sampai
bawah. Apakah orang-orang akan tahu kalau dia belum mandi? Ya, Irma hanya akan
cepat mandi kalau masuk pagi dan kalau masuk siang, otomatis pun mandi siang
juga. Mencium aroma tubuhnya, sama sekali tidak bau masam tetapi tidak masalah
jika ditaburi dengan parfum. Diambilnya di meja rias, parfum zee ungu, kemudian
menyemprotkan ke bagian badannya. Sekali lagi melihat dirinya di cermin sebelum
keluar. Cantik. Pujinya sendiri.
***
Alhamdulillah.
Perut
sudah kenyang. Untung masih ada nasi uduk yang dijual mba Sri di depan padahal
biasanya jam 8 keatas sudah habis diborong.
Dan, pemandangan indah ketika detik mendengarkan
lantunan lirik yang mengalir di telinganya. Sambil memainkan dawai gitarnya.
Tuhan
berikan aku kekasih yang terbaik untuk hidupku
Yang
bisa menerima aku apa adanya
Tunjukkan
aku kisah cinta yang lama Kau tunda
Jadi
sebuah anugerah, anugerah terindah dalam hidupku......
Langkah seribu, sebelum kehabisan kesempatan. Di
lobi asrama itu, di samping pemuda itu memainkan gitarnya. Irma berdiri
dibelakang tembok besar menjulang. Mengambil ponsel di saku swaternya, mencari
ikon merekam dan mulai beraksi.
Dengarlah
oh dengarlah pinta hati kecilku
Agar
aku raih bahagia.....
Dan, tanpa sadar menjawab di baliknya suaranya
nyaring membuat Ferdi hanya diam.
Tuhan
berikan aku kekasih yang terbaik untuk hidupku
Yang
bisa menerima aku apa adanya
Tunjukkan
aku kisah cinta yang lama Kau tunda
Jadi
sebuah anugerah, anugerah terindah dalam hidupku......
Keduanya saling menyentuhkan mata. Terjaga, dan
saling menunduk kemudian mengumbarkan senyum.
“Suaramu keren juga.”
Pernyataan Ferdi, menambah salah tingkah yang coba
dikemas dengan membalas sunggingan manis. Andai punya kekuatan luar biasa,
ingin segera menghilang dari sana. Hah. Lancang sekali membalas nyanyiannya. Di mana urat maluku? Gusar kepada diri
sendiri. Kemudian ingin pergi, mengambil langkah mundur dan hasilnya menabrak
tembok tempat persembunyiannya merekam.
Irma terluntai ke lantai. Darah mengalir dari
hidungnya. Ferdi secepat cahaya beranjam menolong. Wajah panik tersampul,
perlahan membuat gadis itu mengikutinya agar duduk di sofa lobi asrama.
Dan, suasana kikuk sekarang bagi Irma.
Pemuda itu tiba-tiba terlihat seperti dokter.
Setelah lima menit berlari mengambil kapas di kamarnya, ia kemudian menyeka
darah di hidung Irma. Seperti dokter cinta.
“Lain kali kalau mau jalan lihat keadaan dulu. Tuhan
memberikan kita mata supaya kita bisa menggunakan dengan sebaik-baiknya.”
Mendadak kemarahan yang menguap dari bibirnya
seperti kalimat mutiara. Ah, pagi keduanya di asrama melukiskan kebersamaan
dengan pemuda yang diimpikan.
Pict source: bonikids.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar