post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Kamis, 16 November 2017

Special Love (7)



SAKIT
“Senang bukan hanya berbanding terbalik dengan sakit, begitupula dengan memendam perasaan”


Sebenarnya bukan baru kali ini membawa buku banyak di antara rak-rak buku yang berjejer, bisa dibilang hampir setiap hari. Tetapi berbeda perasaan ketika menjadi pesuruh, ada ketidakikhlasan, apalagi mengingat waktu yang sebenarnya bisa digunakan untuk tidur malah harus mengerjakan tugas pangeran. Hah. Andai bukan karena gitar, pasti sudah ditinggalkannya.

Pikiran Irma meracau. Bisakah selesai lima makalah dalam sehari? Pertanyaan itu berdenyut-denyut sampai-sampai buku yang bertingkat di tangannya hampir terjatuh, untungya dengan sigap Ferli menolong. Dan, suasana romantis sekarang. Tetapi tak berlangsung sama. Tidak baik bersentuhan mata terlalu lama antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya, apalagi sampai menimbulkan nafsu.
“Kalau bawa sesuatu itu yang fokus dong! Aku jadi ragu kamu bisa ngerjain tugasku,” diikuti bibirnya yang manyung.
“Aku bisa koq,” Irma berjalan menuju meja bundar, tempat menyimpan tas dan laptop Ferli sebelum mencari buku-buku atau referensi membuat makalah.
Alhamdulillah. Sudah dua makalah selesai dalam waktu empat jam. Ferli melemparkan senyuman maut membuat gadis berhijab kuning disampingnya tak karuan. Apalagi saat mengucapkan terima kasih.
“Makasih ya. Tapi masih ada tiga makalah loh.”
“Ia, aku akan kerjain. Tapi kita tetap seperti tadi, ganti-gantian mengetik dan mendikte,” Irma mencoba mengontrol dirinya dengan mengetuskan nada bicaranya.
“Sekarang lebih baik kita sholat dulu,” Ferli berdiri.
Allah. Pemuda ini tidak hanya ganteng, pintar, pun ibadahnya kuat sekali. Wanita mana yang tidak akan klepek-klepek saat dekat dengannya? Tanpa sadar Irma menatap teduh pemuda yang berdiri di sampingnya.
“Wei, kamu dengar aku tidak sih?” Ferli mengerutkan dahi.
“Eh, sorry-sorry,” Fitri berdiri dan mempercepat langkah.
Ferli hanya tersenyum melihat tingkah aneh gadis yang sedang bersamanya.
***
Alhamdulillah. Selesai sholat keduanya berjalan berisian di antara pohon-pohon rindang di belakang gedung Depaertemen Biologi, jurusan mereka.
Sungguh siang yang melaharkan panas berubah menjadi kesejukkan ketika berjalan dengan orang yang disukai, meskipun hanya memendam. Dekat seperti ini saja sudah cukup membuatnya bahagia, apalagi kalau sampai pacaran. Ah.... Pasti bahagianya selangit. Irma senyum-senyum sendiri, membuat Ferli kebingungan namun tetap membiarkannya.
“Fer.... Fer....” tiba-tiba terdengar suara yang memanggil dari belakang.
Ferli dan Yuri menengok. Seorang gadis bergamis kuning senada dengan hijab yang menutup kepalanya, menambah wajah ayunya memesona. Perlahan dekat dan nampak Ferli silau, matanya tanpa sadar tak berkedip sedikitpun.
“Intan. Kamu ngapain di sini?” Ferli terheran-heran.
“Ia, aku pindah ke kampus ini” Intan tersungging manis.
“Jangan bilang karena aku ya.”
“Apaan sih?” nampak senyuman gadis itu malu-malu.
Hah. Nafas kian berat memburu Irma. Sesaat seolah tak menghirup oksigen. Tubuhnya lemas dan ingin secepatnya mencari tempat duduk. Apalagi percakapan berikutnya....
“Ini siapa kamu? Pacar ya?” ada kesedihan nampak.
“Bukan. Dia ini hanya junior aku,” tanpa melihat ke arah Irma.
Hanya junior. Kenapa baru sekarang ada perasaan sedih melepuh saat mendengar kata Junior. Andai saja punya kekuatan ingin langsung menghilang dan mencari tempat paling tinggi, entah itu di atap atau bukit, ingin berteriak sekencang-kencangnya.
“Sebenarnya aku ingin ke kantin tetapi aku tidak lihat di mana tempatnya.”
“Ah kebetulan kami mau ke kantin, kamu ikut aja. Ia kan Irma?” pandangan Ferli baru berpaling kepadanya yang direspon dengan bungkam seribu bahasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar