post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Kamis, 23 November 2017

Special Love (9)



BUS
“O, angin menerkam semua perasaanku berhembus kepadamu”

Bukan hanya sekali Ferli membuatnya dag-dig-dug, bisa dibilang hampir setiap detik. Pun sama seperti saat diberi penjelasan hubungannya dengan Intan. Lagi-lagi lidah keluh. Lantas apakah gadis cantik, anggun, sholehah, ramah, pokoknya baik di matanya tidakkah membuat perasaannya bergerak? Astagfirullah. Cinta bukan berdasarkan bentuk rupawan, sikap atau apapun yang dimiliki seseorang, karena cinta tidak bisa memilih siapa yang ingin dicintai ketika hati sudah terpukau.

Sejauh ini, Irma tahu bahwa senior yang menjadikannya pesuruh memang bukan tipe laki-laki mudah tergoda. Banyak cewek-cewek yang selalu ingin menempel, memberikan perhatian dengan memberikan hadiah ketika berjumpa, hanya saja ditolak dengan ketenangan. “Maaf dek, saya sudah punya yang seperti ini di rumah”. “Maaf dek, sarapan untuk teman kamu saja. Saya sudah kenyang.” Dan, masih banyak kalimat penolakan lain secara halus.
Lantas apa yang harus dilakukan Irma sekarang? Pikirannya melayang masih tentang pemuda yang menerbangkannya ke mimpi segala rupa.
“Sekarang ayo kita pulang,” Ferli menarik tas ransel yang dijinjit gadis yang entah sedang memikirkan apa.
Terlihat seperti sepasang mahasiswa dimabuk asmara yang tak perduli dengan pandangan orang lain.
***
Acara “Terima Kasih Senior” telah tiba. Semua departemen di kampus Kampus Hasan memberikan kesempatan kepada setiap junior untuk membawa seniornya berlibur. Termasuk Departemen Pendidikan Biologi, Yuri dan teman-temannya yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Pendidikan Biologi telah mempersiapkan segala sesuatunya untuk membawa seniornya berlibur ke pantai.
Kegiatan yang dilakukan sebagai bentuk terima kasih, karena selama kurang lebih dua minggu para seniornya sudah mengorbankan waktu, tenaga, pikiran untuk mengospek mahasiswa baru. Hanya saja apakah Ferli akan pergi? Toh dia tidak menjadi panitia ospek.
“Semua senior baik yang menjadi panitia ospek atau tidak, tetap dibolehkan ikut,” terang ka Disma.
“Ye.......  Makasih kak,” Irma sumringah dan tidak bisa membohongi perasaannya.
Karin mencbitnya, “ Jangan terlalu terlihat agresif dong,” diiringi senyuman. Dibalas dengan bibir manyung Irma dan seniornya hanya geleng-geleng kepala.
Waktu bergerak. Entah kenapa gadis yang masih dipusingkan dan disibukkan dengan persiapan diri mengikuti pentas muslimah kampus merasa takdir selalu membawanya dekat dengan pujaan hati, seperti saat tahu ternyata satu bis lagi meskipun tidak satu tempat duduk. Sampai-sampai lupa pada hal-hal sepele yang membuatnya malah pusing sepanjang perjalanan. Irma lupa meminm anti mabuk perjalanan.
Sahabat yang baik. Karin mencoba membantu sahabatnya, memberitahu kepada sopir untuk tidak berlebihan melaju dan perhatian datang dari orang yang ditunggu.
“Irma... Irma, kamu ini bikin khawatir saja. Minum obat ini, nanti kamu akan tertidur,” kata Ferli sambil memberikan sebutir antimo.
“Boleh aku duduk di sini?” tanyanya kepada Karin.
“Tentu saja,” secepat kilat Karin mengangkat bahu.
“Jangan!” Irma melarang, tatapan matanya teduh dan tangannya menahan lengan sahabatnya.
“Nanti kak Ferli yang jagain kamu,” Karin melepaskan dekapan Irma lalu beranjak ke jok belakang, tempat duduk milik Ferli sebelumnya.
Roman wajah seolah tak ikhla tapi tetap melakukannya. Ferli duduk tepat di sampingnya, membuatnya tak lagi memikirkan penyakit yang kambuh ketika naik bis. Diam-diam bersorak dalam hati. Beberapa kali melirik dan pemuda itu terlihat sibuk mengambil beberapa snack dari tasnya, kemudian diberikan padanya.
“Ini ambil, nanti kalau lapar kamu makan ya! Sekarang lebih baik kamu tutup mata saja supaya tertidur,” katanya penuh perhatian.

Pict source: gambarzoom.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar