BUS
“O,
angin menerkam semua perasaanku berhembus kepadamu”

Sejauh ini, Irma tahu bahwa senior yang
menjadikannya pesuruh memang bukan tipe laki-laki mudah tergoda. Banyak
cewek-cewek yang selalu ingin menempel, memberikan perhatian dengan memberikan
hadiah ketika berjumpa, hanya saja ditolak dengan ketenangan. “Maaf dek, saya
sudah punya yang seperti ini di rumah”. “Maaf dek, sarapan untuk teman kamu
saja. Saya sudah kenyang.” Dan, masih banyak kalimat penolakan lain secara
halus.
Lantas apa yang harus dilakukan Irma sekarang?
Pikirannya melayang masih tentang pemuda yang menerbangkannya ke mimpi segala
rupa.
“Sekarang ayo kita pulang,” Ferli menarik tas ransel
yang dijinjit gadis yang entah sedang memikirkan apa.
Terlihat seperti sepasang mahasiswa dimabuk asmara
yang tak perduli dengan pandangan orang lain.
***
Acara “Terima Kasih Senior” telah tiba. Semua
departemen di kampus Kampus Hasan memberikan kesempatan kepada setiap junior
untuk membawa seniornya berlibur. Termasuk Departemen Pendidikan Biologi, Yuri
dan teman-temannya yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Pendidikan Biologi
telah mempersiapkan segala sesuatunya untuk membawa seniornya berlibur ke
pantai.
Kegiatan yang dilakukan sebagai bentuk terima kasih,
karena selama kurang lebih dua minggu para seniornya sudah mengorbankan waktu,
tenaga, pikiran untuk mengospek mahasiswa baru. Hanya saja apakah Ferli akan
pergi? Toh dia tidak menjadi panitia ospek.
“Semua senior baik yang menjadi panitia ospek atau
tidak, tetap dibolehkan ikut,” terang ka Disma.
“Ye.......
Makasih kak,” Irma sumringah dan tidak bisa membohongi perasaannya.
Karin mencbitnya, “ Jangan terlalu terlihat agresif
dong,” diiringi senyuman. Dibalas dengan bibir manyung Irma dan seniornya hanya
geleng-geleng kepala.
Waktu bergerak. Entah kenapa gadis yang masih
dipusingkan dan disibukkan dengan persiapan diri mengikuti pentas muslimah
kampus merasa takdir selalu membawanya dekat dengan pujaan hati, seperti saat
tahu ternyata satu bis lagi meskipun tidak satu tempat duduk. Sampai-sampai
lupa pada hal-hal sepele yang membuatnya malah pusing sepanjang perjalanan.
Irma lupa meminm anti mabuk perjalanan.
Sahabat yang baik. Karin mencoba membantu
sahabatnya, memberitahu kepada sopir untuk tidak berlebihan melaju dan perhatian
datang dari orang yang ditunggu.
“Irma... Irma, kamu ini bikin khawatir saja. Minum
obat ini, nanti kamu akan tertidur,” kata Ferli sambil memberikan sebutir
antimo.
“Boleh aku duduk di sini?” tanyanya kepada Karin.
“Tentu saja,” secepat kilat Karin mengangkat bahu.
“Jangan!” Irma melarang, tatapan matanya teduh dan
tangannya menahan lengan sahabatnya.
“Nanti kak Ferli yang jagain kamu,” Karin melepaskan
dekapan Irma lalu beranjak ke jok belakang, tempat duduk milik Ferli
sebelumnya.
Roman wajah seolah tak ikhla tapi tetap
melakukannya. Ferli duduk tepat di sampingnya, membuatnya tak lagi memikirkan
penyakit yang kambuh ketika naik bis. Diam-diam bersorak dalam hati. Beberapa
kali melirik dan pemuda itu terlihat sibuk mengambil beberapa snack dari tasnya, kemudian diberikan
padanya.
“Ini ambil, nanti kalau lapar kamu makan ya!
Sekarang lebih baik kamu tutup mata saja supaya tertidur,” katanya penuh
perhatian.
Pict source: gambarzoom.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar