KALENG
MINUMAN
“Ranuman
benci yang akan berubah”
Cantika tidak mengeluarkan sepatah katapun,
mengumpat tidak akan menyelesaikan masalah dan mencari mereka yang entah
keberadaannya di mana malah akan tambah merugi. Lebih baik memikirkan jalan
keluar. Uang di kantong menipis gara-gara perjalanan ke jogja, yang ternyata
gratisnya hanya perjalanan pergi. Hah. Kesal sekali, ingin dipukul Merry dan
Cika kalau ketemu. Ia menendang sebuah kaleng minuman yang tepat berada di
depannya.
Bum.... Bunyi kaleng yang terlempar jauh dan
mengenai kepala seorang pengendara motor besar.
Ah. Sial. Andai punya kekuatan super, pasti sudah menghilang. Sekarang masalah harus
tertambah di saat masalah kosnya belum terselesaikan.
“Maaf.... Aku tidak sengaja.”
“Tidak sengaja? Memang kamu buta ya lantas tak
sengaja?” ternyata seorang pemuda yang mengendarai besar berwarna merah itu.
“Maaf. Aku benar-benar minta maaf.”
“Kalau kamu meminta maaf harus tulus dong! Dari
wajah kamu nampak seperti terpaksa.”
Amarah Cantik memuncak.
“Apa kamu bilang? Aku tidak tulus. Kamu yang buta
ternyata.”
“Buta? Kamu bilang aku buta?”
“Ia. Kamu buta.”
Mata mereka saling menantang, menyalakan api dan adu
mulut tak terelakkan. Berada di pinggir jalan, tak perduli banyak mata-mata
yang melihat.
“Mas, mba, jangan berkelahi di jalan dong!” seorang
bapak parubaya datang menghampiri mencoba meleraikan keadaan sengit.
“Hari ini kamu selamat,” pemuda berbalik menuju
motornya.
“Hello. Kamu tuh yang selamat,” Cantik berteriak.
“Sudah-sudah. Mas, mba, sekarang kalian lanjutkan
saja hidup kalian masing-masing. Kalau memang sudah tidsak saling suka, sudah
jangan berkelahi dan tidak usah dilanjutkan hubungannya lagi,” bapak bersuara
itu lagi.
“Kami tidak pacaran pak,” tegas Cantik dan pemuda
pengendara motor besar itu.
Keduanya langsung berjalan meninggalkan bapak itu dengan
alur jalan masing-masing. Di dalam benak berharap jangan sampai kembali.
***
Waktu bergerak. Cantika sudah sampai di kosnya. Di
pikirannya fokus bagaimana caranya mendapatkan kembali kamar kosnya. Apa yang
harus dilakukannya agar pemilik kos baru itu mau mengembalikannya, sama sekali
ia tak memperhatikan motor besar terparkir di halaman depan jejejaran kamar kos
yang dikenal dengan “Kos Kawanku.”
“Hah. Pintu kamar kosnya terbuka, pasti pemiliknya
sudah datang,” pekiknya dalam batin.
Ia mendenguskan nafas panjang. Kemudian mengambil
cermin kecil di dalam tasnya yang selalu ia bawa ke mana-mana. Mungkin saja
wajah mungil dan cantiknya akan membuat penumpang baru kos itu mau
mengembalikan kamarnya.
“Assalamualaikum.....” ucapnya lembut.
“Waalaikumsalam.”
Suara pemuda terdengar, hanya saja muncul keanehan
seolah pernah bergetar nyaring di telinga. Dan benar saja......
“Kaleng minuman....” ucap Cantik dengan bibirnya
menganga.
“Kamu.....” begitupun dengan Digta
“Kenapa kamu di sini?” Cantik melihat dengan tatapan
tajam.
“Apa hakmu bertanya seperti itu? Mau aku di mana
kek, mau ke mana aku, itu kan terserah aku.”
“Bukan begitu. Aku cuma mau tahu kenapa kamu di
sini?” nadanya memaksa.
“Aku pemilik kos ini.”
Terciduk. Jawaban itu melemaskan semua sel-sel dalam
tubuh cantik. Ia mengepal erat tangannya. Hah. Skenarionya hidupnya bertambah
rumit.
“Sekarang aku tanya. Kenapa kamu ke sini? Jangan
bilang kalau kamu mengikuti aku,” sekarang giliran Digta yang bertanya dan
harus dijawab.
Hanya saja sebelum mengeluarkan sepatah katapun ia
harus menetralisir keadaan. Jangan sampai bertambah runyam, malah harus
sebaliknya atau tidak akan lagi mendapatkan kamar kosnya kembali.
pict source: www.anakcemerlang.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar