Assalamualaikum....
Hi... Hi.... Hi....
Kali ini saya akan membagikan testimoni kedua Novel ane yang
berjudul Penyambung Nyawa, dari sahabat saya Evi Lebrianti......
Berikut.........
REVIEW NOVEL “PENYAMBUNG NYAWA”
Oleh Evi Lebrianti
Hai hai, disini saya diminta untuk menuliskan tentang
review novel teman saya Yudha yang berjudul “Penyambung Nyawa”. Awalnya takut
juga, takut subjektif karena ini novel teman sendiri. Tapi tak mengapalah,
dicoba saja dulu ya.
Penyambung Nyawa mengisahkan tentang suka duka seorang Ibu
tunggal yang baru saja ditinggal meninggal oleh suaminya. Ia hidup bersama
sembilan anaknya baik tiri maupun kandung. Banyak cobaan yang dialami oleh sang
ibu terutama pada persoalan finansial keluarga sampai lingkungan tetangga yang
skeptis pada seorang janda. Di novel ini kita ditunjukkan kebesaran hati serta
tawakal sang Ibu atas berbagai cobaan yang menimpa. Dukungan dari anak anaknya
menjadi energi bagi Ibu untuk tetap bertahan.
Penyambung Nyawa adalah novel yang sederhana. Sangat
“kehidupan sehari-hari” sekali, artinya konflik yng ditawarkan sudah bukan
konflik yang asing lagi. Saya paling suka momen dimana ibu harus merelakan
anaknya ke perantauan, bagi saya itu adalah momen terbaik Yudha dalam
menggambarkan emosi sang tokoh utama, bagaimana perempuan yang baru saja
kehilangan suaminya kembali harus merelakan tiga anak lelaki tirinya pergi
merantau ke Malaysia demi kebutuhan ekonomi keluarga. Ini adalah fase yang
memberatkan, Ibu semakin rapuh atas beban tanggung jawab keluarga yang dirasakannya,
kepergian tiga anaknya pertanda bagi Ibu belum bisa memberikan yang terbaik
pada anak-anaknya, sampai tetangga yang masih sempatnya bergunjing tentang Ibu
yang “mengusir” tiga anak tirinya. Ibu digambarkan memiliki wajah paling sedih
saat Ibu sedang menangis. Dan novel yang mellow ini, bagaimana Ibu kerap
menangis atas berbagai cobaannya, hingga akhirnya tak sanggup lagi, akan kita
rasakan semua itu saat membaca novelnya langsung.
Novel yang kaya akan konflik ini tentu akan membuat jengah
dipertengahan kita membacanya. Apalagi pemilihan kata maupun pengolahan bahasa
yang menjadi kunci utama dalam menarik minat baca pembaca masih tergolong
lemah. Tapi lagi-lagi, tantangan membaca novel semacam itu pun berlalu juga.
Oiya, novel ini juga ditambahkan dengan berbagai terjemahan Quran dan Hadist,
unik sekali rasanya hehehe. Ya jadi bacalah sebagai pengisi waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar