PELULUSAN
“Saat
terindah bagiku adalah ketika melihat senyum yang terlukis di wajahmu”
“Wei... Bangun wei.. Udah jam 8. Nanti kamu telat ke kampusnya.”
“Wei... Bangun wei.. Udah jam 8. Nanti kamu telat ke kampusnya.”
Sebenarnya ia sudah terbangun sejak
adzan subuh berkumandang, namun ia tertidur lagi untuk menunggu pagi. Beda
dengan Cantik, setelah sholat subuh ia akan menggunakan jari-jari cantiknya
untuk menulis cerita bersambung yang di post di blog pribadinya. Sudah kelima
kalinya ia membangunkan pemuda yang sudah dua minggu hidup dengannya dalam kos,
namun ia tidak bangun-bangun juga padahal jadwal masuk kampusnya tepat pukul
delapan pagi.
“Kalau mau tidak mau bangun, aku siram air nih,” ya
kemudian mengancam lagi dan mau tidak mau pun dilakukannya.
“Astagfirullah. Kamu ini benar-benar ya. Tidak tahu
sekali jadi istri yang baik.”
“Aku atau kamu sih? Lagian kita juga nikahnya
terpaksa dan dalam hubungan kontrak. Asal kamu tahu aja kalau aku tidak baik
hati, mana mau aku bangunkan kamu. Mending aku langsung aja pergi sekolah, hari
ini kan pelulusanku,” bibir Cantik dimanyungkan.
“Bukannya kamu itu masuknya jam delapan? Coba lihat
sekarang jam berapa?”
Digta menengok jam dinding yang diatasnya ada boneka
burung yang bisa bergerak mematuk dan mengeluarkan bunyi alarm.
“Hah. Kenapa tidak bilang dari tadi sih?” Digta bangkit
kemudian keliling mencari handuknya.
“Astagfirullah. Itu handuk kamu, aku udah sediain di
meja belajarmu,” Cantik menunjuk benda pengering badan itu.
Digta mengambil cepat tanpa berucap apa-apa. Sekitar
lima menit di dalam kamar mandi, kemudian ia keluar dan sudah tersaji makanan
di meja makan. Alhamdulillah, padahal
biasanya kalau kesiangan tidak akan sarapan malah langsung ke kampus. Hanya
saja ke mana gadis itu? Gadis yang sudah menyiapkan sarapan untuknya. Nasi
goreng plus ayam kecap yang dibuat dengan tangannya sendiri.
“Cantik.... Cantuk....” ia keluar ke halaman depan
kosnya, pun tidak ada tanda-tanda keberadaannya sepertinya dia sudah pergi ke
sekolahnya. Andai saja ia lebih mengerti untuk cepat bangun, pasti ia bisa
mengantarnya.
“Kan aku bisa menjemputnya nanti,” gumamnya dalam
hati, lalu bergegas kembali ke kosnya, memakain baju yang juga sudah diseterika
Cantik dan setelahnya melahap sarapannya. Ada sebuah kertas yang terselip di
gelas minumannya.
“Tidak usah cuci piring, nanti aku aja kalau
datang.”
Allah.
Apa yang sebenarnya terjadi kepada gadis itu? Kenapa tiba-tiba ia baik sekali? Jangan-jangan.....
hah..... Tidak-tidak, pasti ia hanya ingin berterima kasih saja karena resepsi
dua hari yang lalu. Batinnya bicara.
***
“Kamu di mana? Masih di sekolah kan?”
“Ia, memangnya kenapa?”
Digta tidak membalas lagi pesan singkat dari Cantik,
malah langsung memakai helmnya dan menggas motornya dengan laju di atas
rata-rata. Ia juga sudah membeli bucket bunga untuknya. Pasti ia akan senang
sekali.
“Aku sekarang ada di depan kantor sekolahmu. Kamu di
mana?”
Tidak ada jawaban, karena Cantik tengah sibuk
membuka amplop untuk menjawab teka-teki tentang usahanya belajar selama tiga
tahun di SMA.
“Ye, Alhamdulillah. Makasih ya Allah,” katanya
nyaring.
Tiba-tiba, bunga melati datang entah dari mana dan
tepat berada di depannya sekarang.
“Selamat ya. Ini hadiah pertama dari aku,” kata
Digta.
Otomatis memeluk suaminya dan muncul tawa riuh dari
teman-temannya.
“Ah, sweet banget.”
“Pengen juga kayak gitu.”
“Daebak. Mereka benar-benar couple.”
Dan, masih banyak lagi pembicaraan, membuat Digta
dan Cantik terjaga.
pict source: www.anakcemerlang.com
pict source: www.anakcemerlang.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar