post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Minggu, 10 Desember 2017

Still Hoping (7)

PELULUSAN
“Saat terindah bagiku adalah ketika melihat senyum yang terlukis di wajahmu”

“Wei... Bangun wei.. Udah jam 8. Nanti kamu telat ke kampusnya.”
     Sebenarnya ia sudah terbangun sejak adzan subuh berkumandang, namun ia tertidur lagi untuk menunggu pagi. Beda dengan Cantik, setelah sholat subuh ia akan menggunakan jari-jari cantiknya untuk menulis cerita bersambung yang di post di blog pribadinya. Sudah kelima kalinya ia membangunkan pemuda yang sudah dua minggu hidup dengannya dalam kos, namun ia tidak bangun-bangun juga padahal jadwal masuk kampusnya tepat pukul delapan pagi.

“Kalau mau tidak mau bangun, aku siram air nih,” ya kemudian mengancam lagi dan mau tidak mau pun dilakukannya.
“Astagfirullah. Kamu ini benar-benar ya. Tidak tahu sekali jadi istri yang baik.”
“Aku atau kamu sih? Lagian kita juga nikahnya terpaksa dan dalam hubungan kontrak. Asal kamu tahu aja kalau aku tidak baik hati, mana mau aku bangunkan kamu. Mending aku langsung aja pergi sekolah, hari ini kan pelulusanku,” bibir Cantik dimanyungkan.
“Bukannya kamu itu masuknya jam delapan? Coba lihat sekarang jam berapa?”
Digta menengok jam dinding yang diatasnya ada boneka burung yang bisa bergerak mematuk dan mengeluarkan bunyi alarm.
“Hah. Kenapa tidak bilang dari tadi sih?” Digta bangkit kemudian keliling mencari handuknya.
“Astagfirullah. Itu handuk kamu, aku udah sediain di meja belajarmu,” Cantik menunjuk benda pengering badan itu.
Digta mengambil cepat tanpa berucap apa-apa. Sekitar lima menit di dalam kamar mandi, kemudian ia keluar dan sudah tersaji makanan di meja makan. Alhamdulillah, padahal biasanya kalau kesiangan tidak akan sarapan malah langsung ke kampus. Hanya saja ke mana gadis itu? Gadis yang sudah menyiapkan sarapan untuknya. Nasi goreng plus ayam kecap yang dibuat dengan tangannya sendiri.
“Cantik.... Cantuk....” ia keluar ke halaman depan kosnya, pun tidak ada tanda-tanda keberadaannya sepertinya dia sudah pergi ke sekolahnya. Andai saja ia lebih mengerti untuk cepat bangun, pasti ia bisa mengantarnya.
“Kan aku bisa menjemputnya nanti,” gumamnya dalam hati, lalu bergegas kembali ke kosnya, memakain baju yang juga sudah diseterika Cantik dan setelahnya melahap sarapannya. Ada sebuah kertas yang terselip di gelas minumannya.
“Tidak usah cuci piring, nanti aku aja kalau datang.”
Allah. Apa yang sebenarnya terjadi kepada gadis itu? Kenapa tiba-tiba ia baik sekali? Jangan-jangan..... hah..... Tidak-tidak, pasti ia hanya ingin berterima kasih saja karena resepsi dua hari yang lalu. Batinnya bicara.
***
“Kamu di mana? Masih di sekolah kan?”
“Ia, memangnya kenapa?”
Digta tidak membalas lagi pesan singkat dari Cantik, malah langsung memakai helmnya dan menggas motornya dengan laju di atas rata-rata. Ia juga sudah membeli bucket bunga untuknya. Pasti ia akan senang sekali.
“Aku sekarang ada di depan kantor sekolahmu. Kamu di mana?”
Tidak ada jawaban, karena Cantik tengah sibuk membuka amplop untuk menjawab teka-teki tentang usahanya belajar selama tiga tahun di SMA.
“Ye, Alhamdulillah. Makasih ya Allah,” katanya nyaring.
Tiba-tiba, bunga melati datang entah dari mana dan tepat berada di depannya sekarang.
“Selamat ya. Ini hadiah pertama dari aku,” kata Digta.
Otomatis memeluk suaminya dan muncul tawa riuh dari teman-temannya.
“Ah, sweet banget.”
“Pengen juga kayak gitu.”
“Daebak. Mereka benar-benar couple.”
Dan, masih banyak lagi pembicaraan, membuat Digta dan Cantik terjaga.

pict source: www.anakcemerlang.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar