JAWARA
Berdegup
kencang. Tapi tidak sama saat melihat senyum di wajah Ferli, melainkan debaran
dahsyat menunggu-nunggu hasil kompetisi Muslim dan Muslimah kampus.
“Baiklah sekarang kita akan melihat hasil voting di
twitter. Siapa diantara mereka yang berhasil menjadi peserta terfavorit. Mari
kita lihat hasilnya bersama-sama sekarang. Satu.... Dua.... Tiga....” MC
memberi petujuk dengan mengarahkan tangan kirinya di layar besar.
Irma :
2.999.000 likes
Firman: 2.598.000 likes
“Congratulation to Irma dan Firman.....” suara MC
menggema di setiap sudut ruangan.
Ah... Dan, semua penonton ikut berteriak.
Alhamdulillah.
Irma
menangis terharu dan matanya melihat Ferdi dari jauh, Karin dan semua yang
mendukung.
MC kemudian mempersilahkan dewan juri memakaikan
selempang dan dua trofi pada dua peserta yang mendapatkan voting tertinggi.
Tepuk tangan bergemuruh.
Dan, detik berikutnya semakin mencenangkan. Setelah
MC kembali mengumumkan peserta terbaik dari semua perwakilan program studi.
Didapatkan dari hasil keputusan dewan juri.
“Peserta muslim terbaik Kampus Hasan tahun 2018 adalah......,”
berhenti sejenak dan kemudian melanjutkan, “Digta dari Program Studi Tekhnik Sipil.”
Pendukung Digta yang juga banyak di antara semua
penonton bergemuruh berteriak dan memberikan tepukan.
“Peserta muslimah terbaik Kampus Hasan tahun 2018
jatuh pada.....,” kembali terhenti dan membuat semua penonton melongo, “ Irma
dari Program Studi Pendidikan Biologi.”
Ah..... Auditorium Kampus Hasan kembali riuh. Baru
terjadi tahun ini, satu peserta memenangkan dua katergori sekaligus. Pun tak
henti-hentinya MC mengucapkan selamat kepada kedua peserta yang berhasil
memenangkan kategori terbaik. Peserta yang lainpun diharapkan agar tak berkecil
hati, sebab menang dan kalah dalam sebuah kompetisi adalah soal biasa.
Kontes Pemilihan Muslim dan Muslimah Terbaik Kampus
Hasan Tahun 2018 berlangsung sukses.
***
Karin
berlari ke atas panggung, langsung erat mendekap sahabatnya yang sangat hebat
dan memang pantas mendapatkan penghargaan muslimah terbaik. Selama ini dia
tidak hanya mengenalnya sebagai gadis cerdas, aktif bergelut di organisasi
tetapi juga sangat piawai membaca puisi dan menyanyi. Hanya bisa mengucapkan
selamat yang tiada henti.
“Makasih ya Karin,” kata Irma lembut dan tak henti
tersenyum.
“Kamu benar-benar hebat tahu tidak?” Kata Karin
kembali memegang tangan sahabatnya.
“Tapi ini juga tidak akan terjadi kalau tanpa
dukunganmu.”
Irma mencari seseorang. Matanya celingak-celinguk.
Di mana dia? Apa dia tidak ingin memberiku selamat? Hah. Pekiknya dalam batin.
“Kamu cari Ferli ya?” rupanya Karin tahu.
Irma hanya mengangguk sambil tersenyum.
“Aku juga heran sih, koq dia tiba-tiba menghilang,”
gumam Karin.
Gadis yang memakai dua selempang itu mengenduskan
nafas berat.
“Mba Irma, boleh wawancara sebentar,” seorang
wartawan tiba-tiba datang menawarkan untuk diwawancarai.
“Boleh,” Irma mengiyakan.
Wawancara berlangsung kurang lebih tiga puluh menit.
Selama itu pula tidak ada tanda-tanda kemunculan Ferli. Semua peserta dan
penonton sudah meninggalkan auditorium, yang tertinggal hanyalah dirinya,
Karin, reporter dan beberapa panitia acara yang masih sibuk mengemasi
perlangkapan.
“Makasih ya mba, kalau gitu aku mau balik dulu.
Nanti mba bisa lihat besok di majalah gaul edisi 21,” kata reporter itu kemudian pergi.
Dan, ke mana Ferli? Batinnya terus-terus merengek
ingin menyentuh mata dirinya. Dia ingin mengucapkan banyak sekali terima kasih.
Sudah memberikan dukungan, semangat, waktu dan bahkan apa saja yang dia
butuhkan selama persiapan dan bahkan saat mengikuti. Aku ingin kamu di sini Fer... batinnya.
Pict source: gambarzoom.com
Pict source: gambarzoom.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar