post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Kamis, 10 Mei 2018

Baiduri (24)


SAKSI BISU
“Bukan cuma hujan yang aku suka, tetapi aku juga suma sama kamu”


Senyum. Salah satu hal yang paling membahagiakan di dunia ini adalah melihat ukiran menawan itu di wajah orang yang disayangi. Dan, paling membahagiakan takkala senyum yang tersampul itu karenanya. Hah. Sungguh bahagia.
Suci mendengus nafas panjang. Benar saja setelahnya matanya menyipit dan kedua bibirnya membentuk garis tipis. Aura kecantikannya begitu terlihat.

“Aku sudah memaafkanmu Fer,” katanya lembut.
“Benarkah? Sungguh?” Ferdi berdiri, matanya berbinar dan ingin memperjelas apa yang baru saja dikatakan oleh gadis yang dicintainya.
Suci mengangguk dengan semangat.
Ah, ingin digengganya atau bahkan dipeluknya. Namun tidak mungkin, Suci ataupun Kirana adalah gadis sholehah yang sangat menjaga pergaulannya, apalagi dengan lawan jenis. Pasti dibenci kalau sampai menyentuhnya. Ia hanya berterima kasih sebesar-besarnya dan berjanji akan menjadi seseorang yang selalu menjaganya, selamanya.
“Terima kasih Suci. Terima kasih. Aku berjanji akan menjadi orang yang selalu menjagamu. Dalam keadaan apapun, sesenang apapun dan sesulit apapun, selamanya,” Ferdi ikut bersemangat.
“Fer. Aku tidak meminta itu. Aku memaafkanmu dengan tulus. Tidak minta imbalan apapun karena aku benar-benar sudah memaafkanmu,” Suci tetap menjaga pandangannya.
“Kali ini aku tidak perduli, kamu setuju atau tidak. Aku tetap akan menjagamu. Yang penting kamu sudah memaafkan aku,” memalingkan pandangan ke langit.
“Terserah kamu.”
Ya, Suci hanya membiarkannya. Toh ia tahu bagaimana kalau Ferdi sudah memutuskan sesuatu pasti mati-matian ia akan berusaha, pun sama seperti ketika bersih keras berjuang untuk dimaafkan hingga akhirnya tiba juga detik di mana hujan menjadi saksi bisu.
Keduanya menatap langit menurunkan airnya. Sungguh Besar Maha Kuasa Allah Swt.
“Kamu suka hujan ya? Koq dari tadi kamu senyum melihat hujan?” kali ini Cantik yang memulai pembicaraan.
Sebenarnya bukan hanya hujan yang aku suka, tetapi aku juga suka sama kamu. Katanya sambil senyam-senyum sendiri.
“Koq diam sih?” Suci merasa aneh pada Ferdi, walaupun sebenarnya dia juga merasakan hal yang sama pada dirinya.
“Ia, aku suka dengan hujan dan…..” kembali berhenti beberapa detik.
“Dan apa?” Suci penasaran.
“Dan aku suka sama kamu,” sambil tersungging manis.
Suasana romantis sekarang. Beberapa detik kembali diam yang mengelabuhi dan hanya hujan menjadi saksi bisu. Perasaan yang perlahan membentangkan pelangi. Perhalan menghilankan kesamarannya.
Sebelum semuanya berlanjut, ia buru-buru masuk ke dalam rumah.
“Aku masuk dulu ya,” sambil bergegas kabur.
Padahal masih banyak yang ingin dibicarakan padanya pun masalah hatinya. Walaupun saat berada di depannya, semua enyah karena pesonanya. Jujur dari hati terdalam, Suci adalah cinta pertamanya. Memang dia pernah menjalin hubungan dengan Rini sebelumnya, hanya dengan alasan dia cantik dan cukup popular di sekolah. Tidak ada perasaan istimewa apapun padanya.
Dan, ketika bersama Suci semakin lama perasaan itu menetes semakin parah bahkan melaut. Cinta memang tidak bisa ditebak, kepada siapa ia berlabuh dan kepada siapa ia akan merasakan kebahagiaan. Cinta.
Ia datang sebelum angin menusuk tulang, meremukkan badan bahkan membentuk warna putih dibibir. Setelahnya datang kesejukkan, bukan hanya di luar tubuh melainkan di dalam hati kecil.
Hadirnya hujan bagaikan cinta, di mana keadaan menusuk terjadi, nyaris memilukan bahkan merenggut. Semoga hadirnya cinta membawa kebahagiaan, yang bahkan belum pernah didapatkan sebelumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar