post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Sabtu, 12 Mei 2018

Baiduri (26)


LAYANG-LAYANG 2
“Semoga kesedihanmu ikut melayang ke langit. Pergi menjauhimu”

Suci nampak begitu khawatir. Membuat Ferdi, kedua sahabatnya dan bahkan bi Ija merasa heran namun sedikit bahagia. Terlihat serasi jika ia bersama Ferdi. Beberapa hari ini mereka selalu bersama dan jelas tergambar kesukacitaan di wajahnya.
Semoga selamanya seperti ini. Pekik mereka dalam batin.

“Makasih ya Suci,” ucap Ferdi.
“Ia. Sama-sama,” Suci merapikan gulungan perban dan menutup botol betadine.
“Kalau begitu aku mau lanjut buat laying-layangnya,” ingin meraih kembali gunting yang tadi membuat luka di tangannya.
“Sini aku bantu ya,” Suci sekonyong-konyongnya mengambil gunting itu.
“Mau dibentuk apa ini?” lanjutnya.
“Hmmm. Maaf ya sebelumnya Suci. Lebih baik aku bikin sendiri, karena aku mau membuat kamu penasaran sama bentuknya. Lagian kamu juga masakkan dengan teman-teman kamu,” alis Ferdi terangkat.
“Tapi….” Ada kekhawatiran tersemat. Bagaimana kalau sampai dia terluka lagi.
“Kamu tidak usah khawatir. Aku akan hati-hati koq buatnya,” tambah Ferdi meyakinkan.
Suci mendengus nafas panjang sebelum mengiyakan kemauan pemuda yang membuatnya khawatir.
“Baiklah kalau begitu.”
Suci mengangkat bahu. Perlahan berbalik dan berjalan kea rah dapur. Namun beberapa kali menoleh dan diberikan senyum manis oleh Ferdi.
Ah, so sweet.
“Ciye yang tadi berduaan sama kak Ferdi,” Ida meledek ketika melihat sahabatnya yang seperti tidak bersemangat memasak seperti sebelumnya.
Suci tidak menggubris. Matanya melihat ke celah-celah jendela kaca di hadapannya.
“Kamu lagi mikirin apa sih kak? Koq kayak lemas gitu?” kali ini Ida coba mempertanyakan.
Balasannya sama dengan yang diterima Ida. Pun mereka berinisiatif mengagetkannya.
“Kak Suci,” suara keduanya lantang bergema di gendang telinga Yuri.
“Apaan si kalian ini? Kalian mau bikin aku tuli ya?” bibir Suci dimanyungkan.
“Kakak sih, ditanya tidak jawab-jawab, pasti lagi mikirin Ferdi. Ia kan?”
Tiba-tiba wajah Suci memerah. Untungnya Ferdi datang dan memberitahukan bahwa laying-layang yang dibuat sudah selesai.
Mereka bertiga pun segera menyelesaikan masakannya. Sesuai kesepakatan, mereka pun berangkat bermain laying-layang setelah asyar dan di lapangan.
***
Suci dan kedua sahabatnya begitu takjub. Baru kali ini mereka melihat laying-layang berbentuk love dan inisial nama – S dan F.
“Aku tahu tuh S dan F,” Ida mengira-ngira.
“Aku juga tahu,” ternyata Ayu juga memikirkan hal yang sama.
“Please, jangan memperjelas semuanya. Aku tidak ingin malu,” untung Ferdi tahu maksud kedua juniornya.
Ida dan Ayu hanya cengengesan. Sementara pipi Suci sekarang seperti udang masak yang memerah.
“Kalau begitu kita main ya Ida di sana,” Ida menunjuk sisi lapangan sebelah kanan.
“Okay,” Ayu setuju.
Keduanya lalu berjalan menjauhi Suci dan Ferdi, namun mereka masih bisa menyaksikan apa yang dilakukan Ferdi dan Suci dari kejauhan.
“Ayo kita naikkan laying-layangnya sekarang,” kata Ferdi lembut.
Suci melihat Ferdi yang memegang laying-layang berbentuk love karena laying-layang lainnya sudah dibawa kedua sahabatnya.
“Tapi aku tidak tahu cara menaikkannya,” mimik wajahnya pasrah.
“Nanti aku ajarin. Kamu pegang aja gulungan benangnya dan tarik-ulur ke atas.”
“Baiklah.”
Hah. Sangat romantis. Bekerja sama agar layang-layang itu bisa naik ke awan. Rasanya sangat bahagia dan bukan hanya mereka, melainkan Ida dan Ayu. Lahir-lahir doa dari batin mereka. Tuhan buat mereka saling jatuh cinta. Mereka baik satu sama lain. Sudah sepatutnya bahagia dalam cinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar