post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Senin, 14 Mei 2018

Special Love (25)


SAPAAN
“Kusambut pagi dengan senyummu”

Menjalani hubungan akan selalu ada suka dan dukanya. Tak pelak itulah kehidupan. Membuat cinta semakin kuat atau justru tumbang padahal hanya diterpa angina sepoi-sepoi. Ferli dan Irma percaya, mereka hanya perlu saling pengertian dan kepercayaan satu sama lain harus mengakar kuat di hati. Jangan pernah mementingkan diri sendiri.

Keduanya duduk di taman kampus. Melihat-lihat mahasiswa-mahasiswa yang baru berdatangan. Ada juga dari mereka duduk bersama pasangan, sahabat dan teman sekelas. Ya, tidak pernah ingin berdua di tempat sepi. Membuat Ferli semakin percaya bahwa Irma memang pantas diperjuangankan dan cewek yang selama ini dicarinya.
“Ternyata kamu sudah lama naksir aku ya?” Irma memandang seksama foto dirinya ketika duduk di bangku sekolah dasar yang diberikan oleh pemuda di sampingnya.
Tak ada respon. Ferli malu-malu mengakui.
“Ya udah deh, kalau kamu tidak mau ngaku. Yang penting aku tahu.”
Hanya senyuman ringan di sampulnya.
Irma mencari sesuatu di tasnya. Ada yang ingin diperlihatkan juga pada Ferli. Sesuatu yang selama ini menjadi penawar ketika merindukannya. Album foto dirinya ketika masih SMA.
“Coba kamu lihat ini,” menyodorkan album itu.
Album berwarna biru. Di depannya tertulis my heart.
Semua foto-foto tentangnya bahkan ada beberapa yang tanpa disadari pernah dilakukannya.
“Sepertinya aku tidak pernah merasa difoto seperti ini. Dari mana kamu mengambilnya?” mengernyit.
“Dari group fans facebook kamu.”
Hah. Mata Ferli melotot. Ternyata ia punya kumpulan fans di dunia maya. Sama sekali ia tidak pernah menyadari hal itu.
“Dan aku termasuk di dalamnya. Aku membeli dari teman-teman di sana,” tutur Irma.
“Apa? Kamu bela-belain membeli fotoku?”
Mata mereka sekarang saling menantang. Beberapa detik, Irma menunduk pun Ferli juga melakukannya.
“Maaf,” ucap Ferli.
“Tidak apa-apa.”
“Tapi aku benar tidak halu kan? Kamu benar-benar pernah membeli fotoku?” kembali mempertanyakan.
Gadis itu hanya mengangguk pelan.
“Waktu itu aku sangat mengagumimu. Kamu seperti Phi Singto yang aku kagumi di Drama Thailand U Princess.”
Mendadak suasana berubah.
“Jangan pernah menyamakan aku dengan siapapun. Aku hanya ingin menjadi orang paling special di hidupmu. Tidak boleh ada kesamaannya dengan siapapun. Termasuk Sing-sing yang kamu sebut itu,” dua bibirnya menyembul.
Irma tertawa kecil.
“Apaan sih? Emang benar koq, kalau kamu punya kemiripan dengan dia.”
“Pokoknya aku tidak mau dimiripin sama dia.”
Sisi lain dari diri Ferli. Tidak pernah sebelumnya dilihat oleh Irma. Hanya saja membuatnya senang, perlahan ia terbuka.
“Kamu dan dia itu sama-sama ganteng,” Irma lembut.
Suasana mencair kembali.
“Kalau itu aku setuju,” Ferli tersenyum tipis.
Gadis berhijab putih itu hanya geleng-geleng kepala. Akhir-akhir ini, selama mereka sudah jadian, sikap Ferli selalu manja padanya, memperlihatkan bahwa dirinya memang membutuhkannya. Hanya saja namun situasi tertentu, Ferli berubah menjadi sosok iman yang tangguh, cool dan membuat semua gadis semakin klepek-klepek.
“Oh ini kamar kamu?” Ferli menunjuk salah satu foto yang ada di album.
Foto itu memotret kamar Irma bercorak pink, namun di salah satu dindingnya banyak foto Ferli terpampang.
Irma meraih seketika. Ia lupa, harusnya menyimpannya sebelum memberikan album itu.
“Makasih ya kamu udah mencintaiku,” tutur Ferli.
Irma berdegup kencang. Harusnya ia jangan mengucapkan kata-kata itu lagi sebelum ia mempersiapkan dirinya. Dibalutnya rasa kikuk dengan sapaan sunggingan menawan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar