SAPAAN
“Kusambut
pagi dengan senyummu”
Menjalani hubungan akan
selalu ada suka dan dukanya. Tak pelak itulah kehidupan. Membuat cinta semakin
kuat atau justru tumbang padahal hanya diterpa angina sepoi-sepoi. Ferli dan
Irma percaya, mereka hanya perlu saling pengertian dan kepercayaan satu sama
lain harus mengakar kuat di hati. Jangan pernah mementingkan diri sendiri.
Keduanya
duduk di taman kampus. Melihat-lihat mahasiswa-mahasiswa yang baru berdatangan.
Ada juga dari mereka duduk bersama pasangan, sahabat dan teman sekelas. Ya,
tidak pernah ingin berdua di tempat sepi. Membuat Ferli semakin percaya bahwa
Irma memang pantas diperjuangankan dan cewek yang selama ini dicarinya.
“Ternyata
kamu sudah lama naksir aku ya?” Irma memandang seksama foto dirinya ketika
duduk di bangku sekolah dasar yang diberikan oleh pemuda di sampingnya.
Tak
ada respon. Ferli malu-malu mengakui.
“Ya
udah deh, kalau kamu tidak mau ngaku. Yang penting aku tahu.”
Hanya
senyuman ringan di sampulnya.
Irma
mencari sesuatu di tasnya. Ada yang ingin diperlihatkan juga pada Ferli.
Sesuatu yang selama ini menjadi penawar ketika merindukannya. Album foto
dirinya ketika masih SMA.
“Coba
kamu lihat ini,” menyodorkan album itu.
Album
berwarna biru. Di depannya tertulis my
heart.
Semua
foto-foto tentangnya bahkan ada beberapa yang tanpa disadari pernah
dilakukannya.
“Sepertinya
aku tidak pernah merasa difoto seperti ini. Dari mana kamu mengambilnya?”
mengernyit.
“Dari
group fans facebook kamu.”
Hah. Mata
Ferli melotot. Ternyata ia punya kumpulan fans di dunia maya. Sama sekali ia
tidak pernah menyadari hal itu.
“Dan
aku termasuk di dalamnya. Aku membeli dari teman-teman di sana,” tutur Irma.
“Apa?
Kamu bela-belain membeli fotoku?”
Mata
mereka sekarang saling menantang. Beberapa detik, Irma menunduk pun Ferli juga
melakukannya.
“Maaf,”
ucap Ferli.
“Tidak
apa-apa.”
“Tapi
aku benar tidak halu kan? Kamu benar-benar pernah membeli fotoku?” kembali
mempertanyakan.
Gadis
itu hanya mengangguk pelan.
“Waktu
itu aku sangat mengagumimu. Kamu seperti Phi Singto yang aku kagumi di Drama
Thailand U Princess.”
Mendadak
suasana berubah.
“Jangan
pernah menyamakan aku dengan siapapun. Aku hanya ingin menjadi orang paling
special di hidupmu. Tidak boleh ada kesamaannya dengan siapapun. Termasuk
Sing-sing yang kamu sebut itu,” dua bibirnya menyembul.
Irma
tertawa kecil.
“Apaan
sih? Emang benar koq, kalau kamu punya kemiripan dengan dia.”
“Pokoknya
aku tidak mau dimiripin sama dia.”
Sisi
lain dari diri Ferli. Tidak pernah sebelumnya dilihat oleh Irma. Hanya saja membuatnya
senang, perlahan ia terbuka.
“Kamu
dan dia itu sama-sama ganteng,” Irma lembut.
Suasana
mencair kembali.
“Kalau
itu aku setuju,” Ferli tersenyum tipis.
Gadis
berhijab putih itu hanya geleng-geleng kepala. Akhir-akhir ini, selama mereka
sudah jadian, sikap Ferli selalu manja padanya, memperlihatkan bahwa dirinya
memang membutuhkannya. Hanya saja namun situasi tertentu, Ferli berubah menjadi
sosok iman yang tangguh, cool dan membuat semua gadis semakin klepek-klepek.
“Oh
ini kamar kamu?” Ferli menunjuk salah satu foto yang ada di album.
Foto
itu memotret kamar Irma bercorak pink, namun di salah satu dindingnya banyak
foto Ferli terpampang.
Irma
meraih seketika. Ia lupa, harusnya menyimpannya sebelum memberikan album itu.
“Makasih
ya kamu udah mencintaiku,” tutur Ferli.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar