INTAN
“Sekeras
batu hati ini membeku karenamu”
Cinta. Siapa yang
sangka lama berteman justru membuat perasaan kesekawanan lambat laun berubah menjadi
sesuatu yang menyesakkan di dada. Awalnya begitu percaya diri, pasti akan bertaut
dengan perasaan sama. Hanya saja, nyatanya tak sama dengan kenyataan. Membuang kebencian
membunbung tinggi, bukan saja kepadanya, melainkan gadis yang sudah berhasil menjadikannya
menjauh.
Cinta.
Bisa saja membuat seseorang berubah. Entah itu menjadi lebih baik atau malah sebaliknya.
Perasaan cinta terganti dengan kebekuan hati bergandengan benci. Agar orang
yang menyakiti merasakan apa yang dirasakan selama ini. Tekadnya sudah bulat.Tidak
ada seorang pun yang bisa merubahnya. Suatu hari……..
Namun,
tidak mungkin sendiri. Dia harus mencari seseorang yang lain, pun merasakan kecemburan
ketika melihat Ferli dan Irma saling melempar senyum bahagia. Dia harus mencaritahu,
siapa orang itu.
Ya,
dia menemukan orang yang ada di pikirannya. Seseorang yang diam-diam menaruh hati
pada Irma. Hanya saja sekarang Cuma bisa
melihatnya dari jauh. Hasbi.
“Assalamualaikum,”
kata Intankepada pemuda yang memiliki tai lalat di pipinya.
Sekali
tidak ada respon. Retinanya terus berfokus pada Irma yang sedang tersenyum.
“Assalamualaikum,”
kali ini dengan suara lantang dan akhirnya membuat Hasbi sadar ada seseorang di
sampingnya.
“Waalaikumsalam.Ada
apa?” matanya menunduk.
“Aku
tahu kamu sedang melakukan apa?” Intan sekonyong-konyongnya menerka.
Hasbi
mengangkat dagu. Apa yang dimaksud gadis yang tiba-tiba datang menghampirinya?
Sama sekali ia tidak mengerti.
“Aku
tahu kalau ada cinta di matamu untuk Irma.”
Astagfirullah. Hasbi
tercengang. Apakah gadis yang menghampirinya adalah seorang peramal? Hah.
“Aku
bisa membantu kamu untuk mendapatkannya,” Intan memberi senyuman yang tak tulus.
“Aku
tidak mengerti apa maksud kamu ya. Please, jangan ganggu aku,” Hasbi berlalu.
“Baiklah,
kalau kamu belum mau jujur sama perasaanmu. Aku akan menunggu, sampai kita bisa
bekerja sama menghancurkan hubungan mereka,” batin Intan melihat Hasbi mengecil
di retinanya hingga menghilang di antarama hasiswa-mahasiswa Program Studi Pendidikan
Biologi.
Minggu
demi minggu. Hari demi hari berganti. Intan terus berusaha mendekati Hasbi. Mencoba
membuatnya sadar bahwa cinta harus diperjuangkan bukan malah ditinggalkan begitu
saja saat keadaan tak memungkinkan.
“Cinta
itu bisa tumbuh dengan kebersamaan. Aku yakin kalau Irma terus bersama kamu dan
berada jauh dari Ferli. Lambat laun ia akan mencintaimu dan melupakan Ferli,”
tegas Intan.
Hasbi
menetralisir dalam-dalam perkataan Intan. Apa yang baru saja dilontarkan gadis itu
memang ada benarnya? Cinta bisa tumbuh dengan kebersamaan.
“Lalu,
apa yang harus aku lakukan?”
Okay. You are opening in my games. Pekik
Intan sambil memainkan bola matanya. Perlu beberapa detik memikirkan jawaban dari
pertanyaan partnernya memperjuangkan cinta.
“Kita
hanya harus membuat keadaan Irma danFerli terpisah.”
Intan
dan Hasbi saling melempar senyum. Sekarang, mereka sudah sepaham untuk menghancurkan
hubungan indah Irma danFerli.
Keduanya
berjalan mendekati Irma danFerli yang sedang belajar di perpustakaan.
“Fer,
bisa bicara sebentar?” Tanya Intan lembut.
Ferli
melihat kearah gadisnya, yang kemudian member anggukan dan senyuman.
“Irma,
boleh tidak aku Tanya sesuatu tentang masalah mata kuliah? Ada beberapa yang
tidal aku mengerti,” Hasbi mencoba meminta waktu.
“Baiklah,”
Irma tanpa berpikir panjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar