post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Kamis, 17 Mei 2018

Special Love (27)


TERLALU CINTA
“Kejujuran satu sama lain adalah pohon rindang yang meneduhkan dalam setiap hubungan”

Ah. Kenapa begitu sulit mencuri perhatian Irma. Meskipun beberapa kali ditanya masalah pelajaran dan akan dijelaskannya dengan lembut secepatnya, setelah itu ia akan kembali tersenyum ke arah pemudanya, melambaikan tangan dan aura kecantikannya begitu terlihat dan diberikan pada Ferli seorang.
Pun Intan sama kesalnya, Ferdi yang dicoba didekatinya malah terus-terusan memperhatikan gadisnya yang sedang bersama Hasbi. Ah. Apakah cinta mereka terlalu kuat?
Mungkinkah bisa ditumbangkan, seperti pohon yang dulunya rindang di depan rumahnya. Waktu membuatnya harus ditumbang, atas kesepakatan yang memiliknya. Hah. Mungkinkah sepertiitu?
Ya, pasti bisa. Pekik Intan sangat percaya diri.
“Fer, temani aku makan dong! Tiba-tiba aku sangat lapar,” sangat berharap.
“Tapi, kita ajak mereka jugaya,” menunjuk kea rah Irma dan Hasbi.
“Kan mereka masih belajar, bagaimana mungkin?” matanya bermain ke arah Hasbi.
Hasbi yang seolah mengerti dari kejauhan, mencoba mengambil alih suasana Irma lagi.
“Baiklah!”Ferli pasrah.
Hanya saja tanpa meminta persetujuan Intan, ia berjalan ke arah Irma dan meminta izin untuk keluar perpustakaan duluan.
“Irma, aku keluar dulu ya. Mau antar Intan ke kantin.”
“Iakak. Aku masih harus belajar bersama Hasbi,” tersenyum ringan.
“Baik-baik ya belajarnya. Aku pergi dulu.”
Dan, kekesalan yang semakin menjadi-jadi menyeruak di jiwa Intan dan Hasbi. Apalagi adegan selanjutnya, Ferli mengelus kepala Irma yang memakai hijab.
Sangat romantis.
Sebisa mungkin. Mencoba membuat keduanya tak bertemu. Seharian ingin ditemani, walaupun pada akhirnya mereka selalu saling mengontak via whatss app.
“Kamu tidak bosanapa yang selalu wa sama Irma? Toh kamu juga tiap hari ketemu dengannya?” sekonyong-konyongnya Intan bertanya.
“Tentu tidak. Malah aku ingin terus menghubunginya kalau bisa. Ingin tahu keadaannya bagaimana? Dia sedang apa? Dan sudahkah ia makan? Sudahkah ia istirahat dan masih banyak pertanyaan lagi di kepala ini ketika jauh darinya,” diiringi senyuman tipis.
Ah. Sial.
Terlalu cinta. Bahkan mungkin saja meskipun saat langit dan bumi bersatu. Hah.
Intan memang tahu, saat menyukai seseorang layaknya bintang di langit saat malam menjelma, begitu pula pertanyaan yang akan selalu hadir.
Dan, andai gadis yang dimaksud Ferli adalah dirinya. Pasti bahagia akan menepah.
Intan melamun membayangkan dirinya, tersenyum dan setelahnya sedih.
Sementara di perpustakaan, Hasbi masih pura-pura bertanya banyak hal padahal sudah banyak yang dimengerti.
“Hmmm. Masih ada lagi yang ingin ditanyakan?”
“Ia, ini tentang trigonometri. Aku masih belum mengerti.”
“Oh yang ini, begini…” sambil menjelaskan semuanya.
Beberapa menit berlalu.
“Aku masih punya pertanyaan tapi ini bukan tentang pelajaran. Boleh tidak?” Hasbi berharap.
“Tentu.Tanya saja!” Irma mempersilahkan.
“Seberapa besar kamu cinta pada Ferli?”
“Cintaku kepadanya. Aku tidak tahu seberapa besar rasa ini padanya. Karena aku tidak pernah melihat bagaimana bentuknya, bagaimana ukurannya? Aku hanya selalu merasakan kehadirannya di jiwa ini,” tersenyum.
Oh, andai yang dibicarakan Irma adalah dirinya? Hasbi ditimang kesedihan.
Terlalu cinta satu sama lain. Adegan selanjutnya Intan mengharuskan diri menemani Ferli menunggu kekasihnya. Dan, betapa tersemat keromantisan saat mereka berjumpa mata. Seolah dunia hanya milik berdua dan yang lain menumpang.
Terlalu cinta, mungkin akan mengabaikan orang lain yang selama ini duduk di ujung sana melihatnya dari kejauhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar