post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Kamis, 17 Mei 2018

Special Love (28)


PERJODOHAN
“Aku terpuruk, saat tahu ada kemungkinan lain dalam hubungan kita.”

“Semoga kerja sama kita semakin baik setelah ini,” ucap Harleks.
“Tentu,” Bram membalas jabat tangan sahabatnya sekaligus calon besannya.
“Jangan lupa bawa putrimu nanti ke rumah. Pastikan ia berdandan sangat cantik.”
“Tentu.”

Begitulah percakapan singkat yang terjadi antara dua pemilik perusahaan besar yang ingin bekerja sama, bukan hanya masalah bisnis melainkan juga pertalian keluarga. Sewenang-wenang, bukankah begitu? Tanpa meminta persetujuan sebelumnya dari anak mereka masing-masing. Meskipun pada akhirnya, saat tahu Intan sangat senang. Mengambil Ferli dari Irma, nyatanya lebih cepat dari apa yang dibayangkan.
“Terima kasih pak, aku sangat sayang sama papa,” ucap Intan sembari memeluk ayahnya yang masih mengunyah makanannya.
“Hati-hati, nanti ayah kamu tersedak. Jangan memeluknya terlalu erat dong nak,” ucap ibu Intan.
Secepatnya Intan membebaskan ayahnya dan kembali melahap makan siang yang sudah disiapkan ibunya. Tak henti tersenyum, memberikan aura bahagia. Hah. Jodoh memang tak akan ke mana. Pekiknya dalam batin.
Dan, bagaimana dengan Ferli. Bisakah ia menerima? Tentu tidak. Hatinya sudah jatuh di lantai karena Irma. Sudah sejak lama. Tidak akan memutuskan hubungan dengan gadisnya dan lebih memilih Intan, pun ia tahu kalau sebenarnya Intan masih menyimpan perasaan padanya.
“Tapi nak, kamu temui saja dulu dia,” pinta Maryam, ibu Ferli.
“Aku sudah bilang bu, tidak akan menemuinya. Lagian kami memang sudah pernah bertemu sebelumnya, kan kami satu kampus.”
“Yang ini beda ceritanya nak’.”
“Maaf bu, aku terlalu banyak membantah ibu. Tapi aku….” Berhenti sejenak dan memantapkan diri mengucapkan, “Aku sudah punya pacar.”
Maryam tahu, anaknya berkata jujur. Nampak sekali dari matanya yang meleleh. Hanya saja, baik Bram, suaminya mupun anaknya sama-sama mempunya watak keras kepala. Sekali mengatakan tidak, maka tidak akan. Sebagai orang yang berada di tengah-tengah tidak tahu harus melakukan apa.
“Nak, aku mohon temuilah kali ini saja di acara makan malam rumah kita,” mata ibunya tersorot begitu hangat.
Ferli mendengus nafas berat. “Baiklah, kali ini aku akan mengabulkan keinginan ibu. Tapi, aku juga punya satu syarat.”
“Katakan saja nak’, ibu Insya Allah juga akan mengabulkannya.”
“Aku ingin, ibu mengatakan pada ayah bahwa aku sudah punya gadis pilihan sendiri.”
“Tentu nak, ibu janji,” tersenyum sambil memegang tangan putranya.
***
“Assalamualaikum…..”
“Waalaikumsalam. Kenapa kak?”
“Hmmm… Tidak, aku hanya lagi rindu sama kamu.”
“Jangan rindu. Itu berat. Biar aku saja,” nada lebay.
“Ah, kayak Dilan aja,” Irma sedikit tertawa.
“Memang dek. Aku lagi belajar seperti Dilan, biar bisa mencintaimu dengan romantis.”
Seketika taka da suara apapun yang terdengar dari ponselnya.
“Kamu masih di sana kan dek Irma? Hallo….” Ferli khawatir.
“Ah, maaf-maaf kak. Hmmmm. Aku hanya terpukau,” kalimat yang terlontar begitu saja.
“Alhamdulillah.”
“Makasih ya kak.”
“Justru aku yang harus makasih sama kamu dek.”
Dan percakapan romantis pun berlanjut pada curahan hati Ferli yang mengatakan hal yang sebenarnya telah terjadi, mungkin bisa saja mengganggu hubungan mereka.
“Dek, aku mau kasih tahu kamu sesuatu.”
“Apa itu kak? Katakana saja!” Irma nampak penasaran.
“Ayahku telah……..”
Dan, tiba-tiba terdengar bunyi tutt-tutt-tutt. Sambungan ponsel Irma terputus.
“Astagirullah, low bat,” katanya kesal.
Ferli mendengus nafas panjang. Semoga tidak terjadi masalah kedepannya. Pikirnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar