post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Jumat, 18 Mei 2018

Still Hoping (21)

CHERRY DAN MERRY
“Bukankah aku harus berterima kasih? Karena kalian, aku bertemu dengannya”

Pagi-pagi sekali, Cantik berjalan sendirian menuju ke kampus. Ia tidak membangunkan Digta yang tertidur usai sholat subuh berjamaah dengannya. Pun tidak ada kalimat yang terlontar setelah mereka melaksanakan kewajiban bertemu Tuhan di waktu subuh. Hah. Mungkin saja masih berhubungan dengan kejadian yang sebelumnya terjadi.
Cantik hanya menyediakan sarapan nasi goreng untuknya. Walaupun ia tahu, mungkin Digta lebih memilih sarapan di kantin kampus bersama Luna.

Ia berjalan begitu lamban, matanya terus melihat ke depan. Dan, siapa sangka akan bertemu dengan teman-temannya yang pernah dianggapnya sahabatnya namun menipunya. Beberapa kali ia mengucek matanya, memastikan apa yang dilihatnya benar atau tidak.
“Ya, aku tidak akan salah. Mereka itu adalah Cherry dan Merry.”
Cantik menyiapkan tenaga, baik yang sudah melekat maupun cadangan. Perlahan ia memasang kuda-kuda dan berlari cepat menuju Cherry dan Merry. Untungnya target tidak sadar, sampai kedua tangan mereka dicengkram oleh Cantik.
“Sekarang mau ke mana kalian? Hah,” ucapnya sangat kesal.
Cherry dan Merry melihat ke arah Cantik. Wajah menyeramkan yang seolah ingin menerkam, pun selalu dibayangkan ketika tidur benar terjadi. Lari? Mereka tidak akan melakukannya. Pun akan menebus kesalahan yang pernah mereka lakukan demi uang, sampai-sampai menjual rasa persahabatan mereka.
Memang tidak bisa bohong, kalau ada ketakutan yang melekat.
“Mohon maaf kami Cantik. Maafkan kami,” Merry memeluk Cantik erat.
“Ia, maafkan kami. Kami memang menemui kamu dan meminta maaf semuanya. Kami tahu, kami salah.”
“Tentu kalian salah. Salah besar dan aku akan melaporkan kalian pada kantor polisi sekarang juga,” Cantik tegas.
“Jangan-jangan. Tolong jangan laporkan kami pada polisi, Kami mengaku salah, tapi jangan laporkan kami pada pihak berwajib.”
“Tolong Cantik, jangan melakukan itu. Kami janji, kami akan menebus kesalahan kami kepadamu dan akan mengganti uang kerugianmu.”
Nampak sekali penyesalan di mata keduanya. Cantik sangat tahu, toh mereka sudah berteman sejak lama. Hanya saja, mereka tetap harus diberi pelajaran agar tidak melakukan lagi kesalahan yang sama.
“Tidak perduli, saya akan tetap melaporkan kalian.”
Secepat kilat, keduanya berlutut di hadapan Cantik. Ikut merasa bersalah, buru-buru Cantik menyuruh mereka berdiri.
“Okay-okay aku tidak akan melaporkan kalian pada polisi,” bernada terpaksa, meskipun dari hati mengatakan sebaliknya.
“Tapi, kalian harus melakukan sesuatu untukku,” lanjutnya.
“Apa itu?” Cherry mengangkat alis.
“Jangan ngobrol di sini, kita ngobrol di kafe, tempat kita sering nongkrong,” Cantik sekonyong-konyongnya menarik tangan kedua teman-temannya.
***
Di kafe, Cherry dan Merry sangat kaku merespon perkataan Cantik. Karena perasaan mereka bergandengan dengan perasaan bersalah. Sahabatnya yang tidak pernah lepas memakai hijab itu, memang sangat baik. Mudah memaafkan. Andai mereka yang dibohongi, mungkin saja tidak akan sebaik dirinya.
“Jangan pada diam dong. Aku ingin meminta solusi kalian berdua.”
Cherry dan Merry mengangat dagu. Kembali  meminta maaf.
“Cantik, kami benar-benar minta maaf dan menyesal atas apa yang kami lakukan kepadamu.”
“Andai kami tidak berpikiran pendek. Pasti hubungan kita akan selalu baik-baik saja seperti dulu.”
Keduanya Nampak murung.
“Segala sesuatu yang rusak itu bisa diperbaiki, selama kita berusaha memperbaiknya. Pun memaafkan terkadang sangat sulit. Tetapi ketika kita mencoba dan berhasil, maka di situlah sebagian hikmah yang tersimpan,” Cantik tersenyum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar