CHERRY
DAN MERRY
“Bukankah
aku harus berterima kasih? Karena kalian, aku bertemu dengannya”
Pagi-pagi sekali,
Cantik berjalan sendirian menuju ke kampus. Ia tidak membangunkan Digta yang
tertidur usai sholat subuh berjamaah dengannya. Pun tidak ada kalimat yang
terlontar setelah mereka melaksanakan kewajiban bertemu Tuhan di waktu subuh.
Hah. Mungkin saja masih berhubungan dengan kejadian yang sebelumnya terjadi.
Cantik
hanya menyediakan sarapan nasi goreng untuknya. Walaupun ia tahu, mungkin Digta
lebih memilih sarapan di kantin kampus bersama Luna.
Ia
berjalan begitu lamban, matanya terus melihat ke depan. Dan, siapa sangka akan
bertemu dengan teman-temannya yang pernah dianggapnya sahabatnya namun
menipunya. Beberapa kali ia mengucek matanya, memastikan apa yang dilihatnya
benar atau tidak.
“Ya,
aku tidak akan salah. Mereka itu adalah Cherry dan Merry.”
Cantik
menyiapkan tenaga, baik yang sudah melekat maupun cadangan. Perlahan ia
memasang kuda-kuda dan berlari cepat menuju Cherry dan Merry. Untungnya target
tidak sadar, sampai kedua tangan mereka dicengkram oleh Cantik.
“Sekarang
mau ke mana kalian? Hah,” ucapnya sangat kesal.
Cherry
dan Merry melihat ke arah Cantik. Wajah menyeramkan yang seolah ingin menerkam,
pun selalu dibayangkan ketika tidur benar terjadi. Lari? Mereka tidak akan
melakukannya. Pun akan menebus kesalahan yang pernah mereka lakukan demi uang,
sampai-sampai menjual rasa persahabatan mereka.
Memang
tidak bisa bohong, kalau ada ketakutan yang melekat.
“Mohon
maaf kami Cantik. Maafkan kami,” Merry memeluk Cantik erat.
“Ia,
maafkan kami. Kami memang menemui kamu dan meminta maaf semuanya. Kami tahu,
kami salah.”
“Tentu
kalian salah. Salah besar dan aku akan melaporkan kalian pada kantor polisi
sekarang juga,” Cantik tegas.
“Jangan-jangan.
Tolong jangan laporkan kami pada polisi, Kami mengaku salah, tapi jangan
laporkan kami pada pihak berwajib.”
“Tolong
Cantik, jangan melakukan itu. Kami janji, kami akan menebus kesalahan kami
kepadamu dan akan mengganti uang kerugianmu.”
Nampak
sekali penyesalan di mata keduanya. Cantik sangat tahu, toh mereka sudah
berteman sejak lama. Hanya saja, mereka tetap harus diberi pelajaran agar tidak
melakukan lagi kesalahan yang sama.
“Tidak
perduli, saya akan tetap melaporkan kalian.”
Secepat
kilat, keduanya berlutut di hadapan Cantik. Ikut merasa bersalah, buru-buru
Cantik menyuruh mereka berdiri.
“Okay-okay
aku tidak akan melaporkan kalian pada polisi,” bernada terpaksa, meskipun dari
hati mengatakan sebaliknya.
“Tapi,
kalian harus melakukan sesuatu untukku,” lanjutnya.
“Apa
itu?” Cherry mengangkat alis.
“Jangan
ngobrol di sini, kita ngobrol di kafe, tempat kita sering nongkrong,” Cantik
sekonyong-konyongnya menarik tangan kedua teman-temannya.
***
Di kafe, Cherry dan
Merry sangat kaku merespon perkataan Cantik. Karena perasaan mereka
bergandengan dengan perasaan bersalah. Sahabatnya yang tidak pernah lepas
memakai hijab itu, memang sangat baik. Mudah memaafkan. Andai mereka yang
dibohongi, mungkin saja tidak akan sebaik dirinya.
“Jangan
pada diam dong. Aku ingin meminta solusi kalian berdua.”
Cherry
dan Merry mengangat dagu. Kembali
meminta maaf.
“Cantik,
kami benar-benar minta maaf dan menyesal atas apa yang kami lakukan kepadamu.”
“Andai
kami tidak berpikiran pendek. Pasti hubungan kita akan selalu baik-baik saja
seperti dulu.”
Keduanya
Nampak murung.
“Segala
sesuatu yang rusak itu bisa diperbaiki, selama kita berusaha memperbaiknya. Pun
memaafkan terkadang sangat sulit. Tetapi ketika kita mencoba dan berhasil, maka
di situlah sebagian hikmah yang tersimpan,” Cantik tersenyum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar