post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Jumat, 18 Mei 2018

Still Hoping (22)


KESEMPATAN KEDUA
“Aku ingin kamu jujur dengan perasaanmu”

Ketika membuka pintu maaf, hati pasti merasakan sentuhan hangat. Cukup mengharukan dan jika ingin berkata sesuatu, pun sedang menahan retaknya kaca-kaca di retina. Sisa-sisa cerita dahulu, yang indah biarlah menjadi great memories. Sementara yang buruk, jangan pernah tertanggal. Berharap kebaikan di masa-masa selanjutnya lebih baik. Toh hidup hanya sekali, maka jalani dengan baik. Itulah yang dikatakan para pujangga kalimat ataupun yang sudah lama makan asam garam kehidupan.

Ya, Cherry dan Merry tidak akan melepaskan kesempatan kedua yang telah diberikan Cantik. Walaupun masih ada rasa bersalah, lambat laun pasti akan menghilang dengan sendirinya dan terganti dengan kebahagian persahabatan. Friendship.
Di kafe Idola, di pinggiran Kota Polewali, ketiganya menikmati es susu pink kesukaan mereka. Tidak pernah berubah. Gaya Cantik yang menyedot minumannya dengan pelan, sangat imut dilihat keduanya. Gadis lembut, gadis baik, sungguh beruntung pemuda yang mendapatkanmu.
“Terus ceritakan kepada kami, tentang Digta. Apakah dia lelaki yang baik?”
Mendadak wajah sumringah yang sebelumnya tersampul, kini memerah. Keduanya bisa membaca, ada rasa yang mulai tumbuh di hati sahabatnya yang sangat baik itu.
“Ciye, pasti kamu udah jatuh cinta ya sama dia. Mmmm, mana mungkin kamu tidak ingin dinikahi kalau kamu tidak suka padanya,” sekonyong-konyongnya Merry mengambil kesimpulan.
“Apaan sih. Tidaklah,” Cantik mencoba menyamarkan.
Dan, wajah yang berubah-ubah. Wajahnya mendengus ke langit. Mengambil nafas panjang, kemudian membuangnya.
“Dia menyukai gadis yang lain,” lanjut Cantik pasrah.
“Hah?” kedua sahabatnya tersentak kaget.
“Bagaimana mungkin?”
“Oh my god, lantas kalian menikah?”
Cantik berpikir sejenak. Ia menghentikkan pembicaraannya. Selama hari di mana Cherry dan Merry menipunya, segala keluh kesah dalam hidupnya, termasuk masalah hatinya selalu tercurahkan kepada sahabatnya. Dilontarkan begitu ringan, namun berbeda kali ini. Ada sedikit perasaan takut. Pun keduanya merasakan hal sama.
“Tidak apa-apa kalau kamu tidak mau cerita sama kami.”
“Ia, kami masih ngerti koq.”
Hah. Pandangan Cantik kembali melihat ke langit.
“Baiklah, tapi janji ya. Kali ini kalian tidak boleh lagi menghancurkan kepercayaanku.”
Cherry dan Merry tersenyum, lalu serta merta mengangguk senang.
Dan, diceritakan bagaimana ia sampai menikah terpaksa, peraturan menikah yang dibuatnya dengan Digta sampai perasaannya yang tidak nyaman ketika melihat Digta bersama gadis lain.
“Itu namanya kamu sudah jatuh cinta padanya Cantik,” Merry menggenggam tangan sahabatnya.
“Tapi tidak mungkin, aku juga sekarang naksir dan suka melihat salah satu pemuda yang ada di kampus aku,” melakukan pembelaan.
“Rumit ya perasaanmu. Aku juga jadi bingung,” kata Cherry.
Ya, sebenarnya Cantik merasakan hal yang sama.
“Tapi kamu harus tahu, jatuh cinta itu ditandai dengan degupan jantung yang kuat ketika kita berada di dekatnya. Kalau tak melihatnya barang sedetik, pasti ada kerinduan. Ingin melihatnya selalu tersenyum. Selalu baik-baik saja,” lugas Merry.
Cantik menetralisir dalam-dalam pernyataan sahabatnya barusan. Ia memikirkan apakah semua itu dialaminya ketika bersama Digta atau Hiro.
“Aku harus mencobanya dan merasakan benar perasaanku,” pekiknya berjanji.
“Kamu bilang apa barusan?” Merry mendengar sepintas.
“Tidak ada apa-apa koq. Aku hanya merindukan kalian,” Cantik memegang kedua tangan sahabatnya.
“Kami juga sangat merindukanmu,” Cherry tersenyum.
Memang masih ada sedikit ketakutan di benak Cantik kepada kedua sahabatnya, tetapi sekali lagi menurutnya sahabatnya berhak mendapatkan kesempatan kedua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar