“Terima
kasih karena sudah mencintaiku”
Matahari ditutupi awan abu-abu
kehitaman, Mereka menggelayut manja dan seolah memanggil petir yang siap menerbangkan
kilatannya. Ah. Keduanya kehabisan waktu karena terlalu serius membaca buku,
padahal sebelumnya hanya berniat untuk membeli bukan membaca di tempatnya.Ferdi
bergegas berdiri diikiuti Suci, kemudian membayar semua harga buku itu.Suci ingin
menolak, tidak enak kalau terus-terusan dibayarkan. Ferdi mendenguskan nafas berat,
dari matanya nampak kesal. Tanpa perduli kasir di sampingnya, ia mengatakan dengan
lantang “Jangan buat aku tersiksa dengan perjuanganku mendapatkan cintamu.
Bukankah sebelumnya kamu juga meminta bukti yang nyata?” Ferdi langsung merubah
wajahnya dengan menyungginkan senyuman menawan.
Seperti
sebelumnya pipi gadis berhijab itu jadi merona. Kalau terus-terusan dibiarkan maka
akan menjadi masalah besar, bisa jadi ia akan pingsang di toko buku. Tanpa mengucapkan
apa-apa, ia mengambil langkah seribu menuju parkiran. Ferdi segera menyusul dengan
membawa payung. Benar saja, baru beberapa menit menyusuri jalan dengan mengendarai
mobil Suci, hujan sudah turun dengan derasnya disertai kilatan yang membentur.
Ah,lebih baik berhenti sebentar sampai hujan tidak selebat sekarang. Jalan terlalu
licin. Ferdi setuju dan langsung mencari tempat persinggahan.Di sebuah warung kecil
yang tertulis di depannya “Warung Iem.” Ternyata bukan hanya mereka yang
singgah sebentar di sana, banyak pengendara jalan lain ikut menunggu hujan reda.
“Kamutahukan,
salahsatuwaktudikabulkannyadoaadalahwaktuhujan?” tanyaFerdi yang
memandangbuliran-buliranhujandarilangit.
Suci
mengangguk. Dua perempuan yang memakai jilbab kuning senada dengan bajunya namun
memakai jinz memerhatikan keduanya. Ada pula seorang bapak berkumis tipis
sedang mengendong anaknya dan istrinya juga duduk di samping juga memperhatikan
Ferdi dan Suci yang berbicara tentang hujan dan doa.
“Bagaimana
kalau sekarang kita berdoa?” Ferdi menawarkan.
Gadis
itu mengangguk cepat sambil tersenyum, kemudian menutup mata dan mengangkat kedua
tangannya begitu pula dengan Ferdi, juga orang-orang di sekitarnya.
Sekitar
lima menit terdengar Ferdi mengucapkan hamdalah dan semuanya pun menyudahi doanya.
Ada kelegahan setelahnya. Karena saat kita berdoa, berarti kita selalu menyerahkan
segala urusan kita kepada Allah setelah berusaha. Mempercayai ada kekuatan besar
dari Sang Khaliq yang menghendaki setiap jalan kehidupan manusia.Doa adalah kekuatan
yang menghubungkan manusia dan Tuhannya.
“Oh,
ya kalau boleh tahu kamu berdoa apa?”
Suci
masih melihatnya dengan tatapan lembut.
“Mmmmmmm,
rahasia….”
“Koq
rahasia sih? Kasih tahulah,” mencoba membujuk sambil mengedipkan mata.
Gadis
itu tertawa melihat tingkah Ferdi, seperti anak kecil minta permen. Tapi tetap saja
Suci tidak ingin memberitahukannya.
“Kalau
kamu sendiri berdoa apa?”
“Tapi
kamu jangan malu ya kalau mendengarnya?”
Dan,
jantung Suci berdegup kencang.
“Aku
berdoa, semoga Allah senantiasa menjagamu, selalu menemani setiap langkahmu dan
suatu saat bisa menerima cintaku,” kata Ferdi sekali lagi membuat orang-orang
disekitarnya juga mendengar.
“Terima
aja mba, dia pemuda baik koq.”
“Iamba,
tidak akan mba dapatkan di manapun loh, kalau tidak terima sekarang, kapan lagi?”
“Iamba,
masini limited edition loh.”
Dua
gadis dan bapak berkumis yang semenjak tadi memerhatikan, sekonyong-konyongnya
member pendapat. Ah…. Kalau bukan karena hujan, pasti Suci sudah berlari mencari
tempat perlindungan agar wajahnya tidak terlihat merahbahkan bisa tumbang. Ia mencoba
tenang dengan mengambil nafas panjang dan tersenyum kepada mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar