post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Sabtu, 28 Juli 2018

Special Love (46)



DICULIK
“Aku tahu, pertolongan Allah akan selalu ada untuk hamba-Nya yang berserah pada-Nya”



Pagi itu, aku sudah menyajikan nasi goreng kesukaan ayah dan ibu di meja makan. Setelah sebelumnya memasak usai sholat subuh. Tak lupa memasak air untuk membuatkan teh manis dan susu untuknya sendiri.
Aditia dan Rika tersenyum. Putrinya memang gadis mandiri dan tidak mau merepotkan orang tua, padahal dirinya baru saja keluar dari rumah sakit. Berapa kali mencoba membujuk agar Rika saja yang melakukan semuanya, dia tetap tidak mau. Namun, tidak sampai hati pula untuk memarahinya karena ajaran itu mereka juga yang mengajarkan. Pun mereka tetap berpesan kalau dirinya capek harus segera istirahat. Tidak baik kalau memaksakan diri.

Seperti saat dirinya ingin berangkat lagi ke kampus. Irma menjelaskan dia harus segera masuk karena sudah seminggu absen, apalagi sebentar lagi sudah final semester. Dia ingin mendapatkan IPK tinggi di semester satunya. Ya, gadis itu memang keras kepala. Tetapi demi kebaikan sehingga mau tak mau sebagai orang tua pun mengiyakan. Sebelum berangkat, tidak sengaja gelas yang dipegang Rika jatuh.
Entah kenapa ia mendapat prasangka buruk. Bahkan sampai menghalangi sekali lagi putrinya saat ingin pergi. Ia memeluk dengan erat seolah tak ingin lepas. Ia harus segera pulang kalau selesai kuliah. Jangan pergi kemana-mana lagi.
***\
Ferli berdiri kaku di depan pintu asrama Irma. Beberapa sempat tertahan saat mengetuk. Ia mendengus nafas panjang. Tidak lama kemudian setelah mengumpulkan keberanian, akhirnya ia mengetuk juga. Alhamdulillah, yang keluar adalah ibu Irma yang tersenyum ringan padanya sementara Aidtia, katanys sedang mandi. Dipersilahkan masuk, Ferli sempat kembali tertahan namun berpikir kalau bicara di luar itu tidak baik, pun mau tak mau harus masuk. Ketika duduk, langsung saja menanyakan keberadaan Irma. Hmm, namun sayang Irma sudah pergi.
Dan, sebelum ayah Irma tahu keberadaannya dan membawa suasana marah di pagi hari, lebih baik ia segera pergi dan mencari Irma
“Kalau begitu aku pergi kampus dulu ya tante.”
Rika mengiyakan dan membalas uluran tangan Ferli, bahkan sampai mengusap kepalanya. Sambil mengatakan bahwa ia harus selalu memperjuangkan cintanya. Jangan pernah mengenal kata menyerah apalagi putus asa. Setiap masalah mempunyai jalan keluarnya masing-masing, termasuk masalah asmaranya sekarang. Allah pasti memberikan yang terbaik.
Setelah mengucapkan salam, Ferdi beranjak pergi dan mempercepat langkahnya dan sampai tidak memperhatikan langkahnya, nyaris saja terjatuh. Tapi, entah kenapa bukan dirinya yang ia permasalahkan melainkan Irma. Perasannya merasa tidak enak. Ada firasat buruk menghinggapi. Ah. Allah… Tolong hambamu! Jangan biarkan sesuatu terjadi padanya. Hamba tidak ingin dia kembali celaka.
***
“Apa kamu lihat Irma? Katanya dia sudah ke kampus duluan?” tanya Ferdi kepada Kirana yang entah berpikir apa. Dia sedang mondar-mandir tidak karuan di depan kelasnya.
“Ha… Aku juga lagi mencarinya. Aku khawatir kepadanya, soalnya dia tadi meneleponku, eh tiba-tiba putus. Sudah tiga puluh menit aku menunggu dan tidak ada jawaban sama sekali,” jawab Karin dengan mimik serius.
Astagfirullah. Benar saja apa yang dipikirkan keduanya, karena tidak lama kemudian Rika menelepon bahwa Irma sedang diculik dan penculiknya menelepon bahwa jika ia mau Irma dibebaskan, ia harus mencabut tuntutannya kepada Intan.
Ferli menggenggam tangannya sendiri dengan erat, matanya memerah. Ah, ini perlakuan ayah Intan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar