DILAPOR
KE POLISI
“Yang
bersalah harus dihukum”
“Bagaimanapun saya tahu
ayahnya Irma seperti apa. Sekali bilang maka itu akan terus digenggamnya. Pun
saya juga percaya, tidak ada yang tidak mungkin di dunia kalau Allah sudah
berkehendak. Betapapun manusia itu tidak menginginkannya dan betapapun menginginkannya,
Allah tetap menjadi Sang Penentu Kehidupan. Allah juga selalu memperingati kita
lewat firman-firman-Nya untuk selalu berusaha dalam segala keadaan, entah itu
sulit ataupun mengalir deras seperti air di sungai. Sudah menjadi roda
kehidupan adanya pasang surut. Ada sedih ada bahagia. Ads tangis dan tawa. Ada
kelancaran dan hambatan. Termasuk masalah asmaramu sekarang Nak’ yang sedang
mendapatkan ujian. Kalau kamu bisa melewati dengan baik maka kamu pasti bisa
memenangkan pula hati suami saya.”
Setelah
mendapatkan nasihat dari ibu gadis yang begitu dicintainya. Ada kelegahan
mengambang di wajahnya. Ya benar, Allah sedang memberikan ujian pada perjuangan
cintanya. Kalau ia bisa melewatinya pasti indah pada akhirnya. Yang
dibutuhkannya sekarang adalah kesabaran dan langkah pasti untuk memberikan
bukti bahwa perasaan yang dimilikinya dalam hati tidaklah main-main. Setidaknya
ia juga sudah mendapatkan lampu hijau dari tante Rika.
***
Tring….
Tring…..
Bunyi
bel di samping pintu yang menandakan ada seorang tamu yang datang, membuat
gadis yang ketika di rumah melepaskan hijab itu segera mengenakannya. Ia
melihat dirinya ke dalam cermin, sudah cukup cantik dan anggun. Siapapun yang
ada di luar pasti akan terperangah melihatnya, pun semoga saja Ferli yang bertekuk
lutut dan mulai mengerti dengan perasan besarnya mengalah siapapun, termasuk
Irma.
“Astaga.
Benar saja itu Ferli tapi kenapa bersama polisi. Apa jangan-jangan, dia sudah
melaprkanku atas apa yang menimpa Irma waktu itu. Hah. Harus bagaimana
sekarang?” dahinya berkeringat, harapannya yang berharap cinta Ferli datang
pupus dan diganti dengan khawatir. Ia mengigit kukunya sambil berjalan
mondar-mandir seperti seterika. Beberapa kali mendenguskan nafas panjang,
berpikir jalan mana yang harus ditempuh. Sementara itu denting belnya tak
berhenti. Ia segera mengambil ponselnya di kamar dan menelepon sang ayah.
“Yah.
Apa yang harus saya lakukan? Yah... Polis datang ingin menangkapku,” suara
Intan membuat Bram ikutan panik. Buru-buru ia menyudahi rapatnya dan menelepon
pengacaranya untuk mengurus semuanya. Segera ia menuju lift, kemudian
keparkiran dan menaiki mobilnya. Segera ia tancap dengan kecepatan di atas
ambang rata-rata.
Tidak
akan dibiarkan apapun terjadi pada anak gadisnya. Ia satu-satunya orang yang
menemannya selama ini semenjak sang istri meninggal. Tidak habis pikir kalau
sampai benar hal mengerikan itu terjadi pada anaknya dan siapapun yang sudah
melaporkannya akan mendapatkan balasan yang lebih manis. Janjinya dalam batin.
***
“Semuanya bisa diproses
di kantor Polisi. Bapak pengacara datang saja ke sana,” kata Pak Polisi
kemudian membawa Intan dengan borgol yang sudah dipasang di tangannya.
Sementara Ferli hanya menatapnya dengan penuh kebencian. Tak ada rasa bersalah
sedikitpun.
Mobil
polisi dan mobil Ferli melaju dan hilang di pandangan mata Pak Yunus, sang
pengacara ayah Intan. Bram datang terlambat dan menyalahkan semuanya padanya.
Seharusnya ia melarang untuk membawa putrinya dengan segala kekuatan yang dia
punya. Bapak setengah baya itu melelehkan air mata dan kebencian mulai meranum
di hatinnya. Semuanya benar-benar kacau dan siapapun orang itu akan dicarinya,
bahkan meskipun harus ke ujung dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar