post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Sabtu, 28 Juli 2018

Special Love (45)


DILAPOR KE POLISI
“Yang bersalah harus dihukum”

“Bagaimanapun saya tahu ayahnya Irma seperti apa. Sekali bilang maka itu akan terus digenggamnya. Pun saya juga percaya, tidak ada yang tidak mungkin di dunia kalau Allah sudah berkehendak. Betapapun manusia itu tidak menginginkannya dan betapapun menginginkannya, Allah tetap menjadi Sang Penentu Kehidupan. Allah juga selalu memperingati kita lewat firman-firman-Nya untuk selalu berusaha dalam segala keadaan, entah itu sulit ataupun mengalir deras seperti air di sungai. Sudah menjadi roda kehidupan adanya pasang surut. Ada sedih ada bahagia. Ads tangis dan tawa. Ada kelancaran dan hambatan. Termasuk masalah asmaramu sekarang Nak’ yang sedang mendapatkan ujian. Kalau kamu bisa melewati dengan baik maka kamu pasti bisa memenangkan pula hati suami saya.”

Setelah mendapatkan nasihat dari ibu gadis yang begitu dicintainya. Ada kelegahan mengambang di wajahnya. Ya benar, Allah sedang memberikan ujian pada perjuangan cintanya. Kalau ia bisa melewatinya pasti indah pada akhirnya. Yang dibutuhkannya sekarang adalah kesabaran dan langkah pasti untuk memberikan bukti bahwa perasaan yang dimilikinya dalam hati tidaklah main-main. Setidaknya ia juga sudah mendapatkan lampu hijau dari tante Rika.
***
Tring…. Tring…..
Bunyi bel di samping pintu yang menandakan ada seorang tamu yang datang, membuat gadis yang ketika di rumah melepaskan hijab itu segera mengenakannya. Ia melihat dirinya ke dalam cermin, sudah cukup cantik dan anggun. Siapapun yang ada di luar pasti akan terperangah melihatnya, pun semoga saja Ferli yang bertekuk lutut dan mulai mengerti dengan perasan besarnya mengalah siapapun, termasuk Irma.
“Astaga. Benar saja itu Ferli tapi kenapa bersama polisi. Apa jangan-jangan, dia sudah melaprkanku atas apa yang menimpa Irma waktu itu. Hah. Harus bagaimana sekarang?” dahinya berkeringat, harapannya yang berharap cinta Ferli datang pupus dan diganti dengan khawatir. Ia mengigit kukunya sambil berjalan mondar-mandir seperti seterika. Beberapa kali mendenguskan nafas panjang, berpikir jalan mana yang harus ditempuh. Sementara itu denting belnya tak berhenti. Ia segera mengambil ponselnya di kamar dan menelepon sang ayah.
“Yah. Apa yang harus saya lakukan? Yah... Polis datang ingin menangkapku,” suara Intan membuat Bram ikutan panik. Buru-buru ia menyudahi rapatnya dan menelepon pengacaranya untuk mengurus semuanya. Segera ia menuju lift, kemudian keparkiran dan menaiki mobilnya. Segera ia tancap dengan kecepatan di atas ambang rata-rata.
Tidak akan dibiarkan apapun terjadi pada anak gadisnya. Ia satu-satunya orang yang menemannya selama ini semenjak sang istri meninggal. Tidak habis pikir kalau sampai benar hal mengerikan itu terjadi pada anaknya dan siapapun yang sudah melaporkannya akan mendapatkan balasan yang lebih manis. Janjinya dalam batin.
***
“Semuanya bisa diproses di kantor Polisi. Bapak pengacara datang saja ke sana,” kata Pak Polisi kemudian membawa Intan dengan borgol yang sudah dipasang di tangannya. Sementara Ferli hanya menatapnya dengan penuh kebencian. Tak ada rasa bersalah sedikitpun.
Mobil polisi dan mobil Ferli melaju dan hilang di pandangan mata Pak Yunus, sang pengacara ayah Intan. Bram datang terlambat dan menyalahkan semuanya padanya. Seharusnya ia melarang untuk membawa putrinya dengan segala kekuatan yang dia punya. Bapak setengah baya itu melelehkan air mata dan kebencian mulai meranum di hatinnya. Semuanya benar-benar kacau dan siapapun orang itu akan dicarinya, bahkan meskipun harus ke ujung dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar