TERTEMBAK
“Salah
satu tujuanku hidup adalah untuk melindungimu”
Ya
Allah, lindungilah dia di manapun ia berada. Jangan biarkan sesuatu terjadi
padanya.
Doanya
yang mengalun lembut di akhir sholatnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa
perasaannya begitu gelisah, khawatir akan Irma. Dia baru saja keluar dari rumah
sakit dan ia belum sembuh total.
Bagaimana
kalau para brengsek itu berbuat jahat padanya. Pokoknya tidak akan diampuni
kalau sampai ia mendapatkannya. Batin Ferli terus berkecamuk namun berusaha melakukan
sesuatu untuk menemukan gadis yang dicintainya. Ia mencoba menghubungi ayahnya
dan Alhamdulillah, bantuan terulur.
Sang
ayah membantu dengan menyewa orang untuk mencari Irma di segala tempat di kota.
Bagaimana
dengan polisi? Tidakkah ia harus melaporkan
kepada pihak berwajib yang memang merupakan tugas mereka.
Ya,
Ferdi sudah mencoba namun belum bisa diproses karena belum memakan waktu dua
puluh empat jam.
Adzan
Asyar kembali berkumandang, setelah kurang lebih tiga jam ia melakukan
pencarian bersama orang-orang suruhan ayahnya, segera ia beranjak menuju masjid
untuk melaksanakannya kewajibannya. Nampak begitu khusyuk dan ia teringat akan
Kebesaran Allah yang siapapun tidak akan bisa mengalahkannya. Termasuk urusan
ini, ia harus menyerahkannya kepada-Nya. Sang Pengatur kehidupan.
Terdengar
ponselnya berdering. Rika menelepon untuk menanyakan apakah ada perkembangan
mencarinya. Dengan merasa bersalah saat menjawab pertanyaan itu, “Belum ada
sama sekali. Tapi, ia akan berusaha sampai ia menemukannya. Ia tidak akan
membuat Irma menunggu terlalu lama.”
Rika
terdengar terisak. Ia percaya kepada pemuda yang sangat mencintai anaknya.
Sebelum ibu Irma itu memutuskan teleponnya, Aditia langsung mengambilnya dan
berbicara tenang kepadanya.
“Terima
kasih sudah mau mencari Irma dan maafkan atas apa yang sudah aku lakukan
padamu.”
“Tidak
apa-apa om. Yang berlalu biarlah berlalu. Paling penting sekarang adalah
bagaimana menyelamatkan Irma dalam cengkeraman ayah Intan.”
“Apa?
Ayah Intan?”
Padahal
sebelumnya ingin menyembunyikan kebenarannya. Karena takut kalau sampai orang
tua Irma akan membebaskan gadis jahat itu dari penjara demi menyelamatkan
anaknya. Itu akan sangat berbahaya, Intan pasti akan melakukan sesuatu yang
jahat lagi. Terbukti dengan kejadian tersesat dan keracunan kemarin. Hanya saja
sekarang, ia sudah tidak bisa mengelak lagi. Mau tak mau ia harus memberi tahu
orang tua Irma.
“Ia.
Jadi yang melakukan semua ini adalah ayah Intan. Ia menculik Irma dan akan
membebaskannya kalau anaknya dibebaskan dari penjara. Semua yang dituduhkan
pada anaknya harus dicabut.”
“Dasar
brengsek,” terdengar Aditia begitu marah.
“Tapi
kita harus bisa mengatasi semua ini dengan kepala dingin om. Kita tidak boleh
gegabah.”
“Kamu
benar nak’. Lantas haruskah kita membebaskan Intan dari segala tuduhannya?”
“Kalau
menurut saya om kita harus bersabar karena aku bersama orang-orang suruhan
ayahku sedang mencari Irma dan untuk membebaskan Intan, kita harus tunggu dulu
karena kalau membebaskannya, itu juga bisa berbahaya. Dia bisa saja nekat
kembali membunuh Irma.”
Aditia
mengerti, pun ia berniat bersama Ferli mencari anaknya dan keduanya pun mencari
Irma.
***
Ferli mendapat kabar
dari salah satu orang suruhan ayahnya bahwa ia menemukan Irma di sebuah gudang
besar yang terletak tidak jauh dari rumah ayah Intan. Segera Ferli dan Aidtia
menuju ke tempat tersebut, diikuti juga orang-orang suruhan Harleks yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar