post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Jumat, 15 Februari 2019

Special Love (48)


KRITIS
“Ya Allah, aku mohon jaga dia…”

Malam itu menjadi malam berdarah bagi Ferli, walaupun memang ia rela mengorbankan apapun demi gadis yang dicintainya, sekalipun nyawa menjadi taruhannya. Ia sangat rela, asalakan Irma bisa kembali kepada keluarganya dalam keadaan utuh dan tidak kekurangan sesuatu apapun. Alhamdulillah, sempat diucapkannya sesaat sebelum ia sadarkan diri dan kemudian dilarikan ke rumah sakit oleh Irma dibantu ayahnya dan orang-orang suruhan Harleks.

Sementara orang yang menembaknya entah ke mana berlari. Tidak ada satupun dari mereka yang berhasil ditangkap. Pun sama sekali tidak perduli, mereka semua mengkhawatirkan kondisi Ferli yang semakin mengeluarkan banyak darah. Dalam keadaan menangis, Irma terus berdoa agar pemuda yang menolongnya hanya pingsan. Jangan sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Doanya dalam hati.
Dalam waktu kurang lebih dua menit sudah sampai di rumah sakit. Perawat langsung membawanya ke ruang gawat darurat dan Irma yang ingin selalu di samping Ferli terpaksa harus terkujur kaku dalam tangisan. Ia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri kalau pemuda yang dicintainya itu tidak selamat.
Aditia mendekati putrinya dan memberikan nasihat agar semuanya diserahkan kepada Sang Khaliq. Tragedi yang sudah terjadi adalah jalan-Nya dan pasti punya hikmah dibalik semuanya. Terus berprasangka adalah perbuatan satu-satunya yang wajib dilakukan, karena sekalipun menyalahkan diri belum tentu Ferli akan bangun.
Harleks dan Maryam datang dengan wajah khawatir. Sebagai seorang ibu yang hanya punya satu anak laki-laki tidak bisa membendung lukanya, ia histeris memanggil nama Ferli.
Ah, Irma begitu terluka melihatnya. Dia sudah membuat seorang ibu menangisi anaknya hanya karena dirinya.
Irma mendekati Maryam, kemudian memeluknya erat. Berharap kesedihannya sedikit berkurang karena tahu ada orang lain juga sangat mengkhawatirkannya. Maryam membalas pelukan gadis yang dicintai anaknya. Membuat Harleks dan Aditia semakin merasa haru. Pun semuanya berharap dokter segera keluar dan memberikan kabar baik.
Benar saja, dokter datang tetapi bukannya kabar yang menyejukkan diuapkan dalam kalimatnya melainkan kalimat sedih. Ferli sedang melawan masa kritisnya kalau sampai besok ia tidak terbangun maka semua anggota keluarganya harus bersabar. Maryam tidak bisa membendung lukanya dan sebelum tangisan itu meledak, dengan sigap Harleks mengambil istrinyta yang menangis sejadi-jadinya sambil memukul lengannya.
Irma berlari meninggalkan orang tua Ferli, ayahnya juga dokter yang sekarang merasakan kesedihan anggota keluarga yang berharap agar anaknya bisa melawan masa kritisnya. Gadis itu berlari ke masjid, cepat ia membersihkan dirinya dengan mengambil air wudhu. Ia ingin sholat hajat demi kesembuhan Ferli.
Allah, hanya Dia yang bisa menolongnya sekarang.
Ferli adalah pemuda yang baik. Tidak pernah sekalipun ia menyusahkan orang lain, bahkan sangat membantu. Dia berhak mendapatkan umur panjang. Kebaikannya masih banyak yang membutuhkan. Ya Allah, tolong dia, buat dia bangun kembali dalam keadaan sehat. Amin ya Rabbal alamin,
Doanya dengan sepenuh hari.
“Alhamdulillah, doamu dikabuklan nak’. Ferli sudah melewati masa kritisnya dan bahkan sekarang ia siuman,” ucap Aditia yang menemui putrinya yang melantunkan dzikir dan segera diselesaikannya ketika ingin mendengar kembali apa yang ayahnya katakan.
“Benarkah dengan apa yang ayah katakana?”
Aditia mengangguk sambil tersenyum ringan. Anak gadisnya pun berlari kepadanya dan di dalam hatinya penuh kesyukuran. Allah, terima kasih atas nikmat yang Engkau berikan. Engkau memang Maha Besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar