KRITIS
“Ya
Allah, aku mohon jaga dia…”
Malam itu menjadi malam
berdarah bagi Ferli, walaupun memang ia rela mengorbankan apapun demi gadis
yang dicintainya, sekalipun nyawa menjadi taruhannya. Ia sangat rela, asalakan
Irma bisa kembali kepada keluarganya dalam keadaan utuh dan tidak kekurangan sesuatu
apapun. Alhamdulillah, sempat
diucapkannya sesaat sebelum ia sadarkan diri dan kemudian dilarikan ke rumah
sakit oleh Irma dibantu ayahnya dan orang-orang suruhan Harleks.
Sementara
orang yang menembaknya entah ke mana berlari. Tidak ada satupun dari mereka
yang berhasil ditangkap. Pun sama sekali tidak perduli, mereka semua
mengkhawatirkan kondisi Ferli yang semakin mengeluarkan banyak darah. Dalam
keadaan menangis, Irma terus berdoa agar pemuda yang menolongnya hanya pingsan.
Jangan sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Doanya dalam hati.
Dalam
waktu kurang lebih dua menit sudah sampai di rumah sakit. Perawat langsung
membawanya ke ruang gawat darurat dan Irma yang ingin selalu di samping Ferli
terpaksa harus terkujur kaku dalam tangisan. Ia tidak akan bisa memaafkan
dirinya sendiri kalau pemuda yang dicintainya itu tidak selamat.
Aditia
mendekati putrinya dan memberikan nasihat agar semuanya diserahkan kepada Sang
Khaliq. Tragedi yang sudah terjadi adalah jalan-Nya dan pasti punya hikmah dibalik
semuanya. Terus berprasangka adalah perbuatan satu-satunya yang wajib
dilakukan, karena sekalipun menyalahkan diri belum tentu Ferli akan bangun.
Harleks
dan Maryam datang dengan wajah khawatir. Sebagai seorang ibu yang hanya punya
satu anak laki-laki tidak bisa membendung lukanya, ia histeris memanggil nama
Ferli.
Ah, Irma
begitu terluka melihatnya. Dia sudah membuat seorang ibu menangisi anaknya
hanya karena dirinya.
Irma
mendekati Maryam, kemudian memeluknya erat. Berharap kesedihannya sedikit berkurang
karena tahu ada orang lain juga sangat mengkhawatirkannya. Maryam membalas
pelukan gadis yang dicintai anaknya. Membuat Harleks dan Aditia semakin merasa
haru. Pun semuanya berharap dokter segera keluar dan memberikan kabar baik.
Benar
saja, dokter datang tetapi bukannya kabar yang menyejukkan diuapkan dalam
kalimatnya melainkan kalimat sedih. Ferli sedang melawan masa kritisnya kalau
sampai besok ia tidak terbangun maka semua anggota keluarganya harus bersabar.
Maryam tidak bisa membendung lukanya dan sebelum tangisan itu meledak, dengan
sigap Harleks mengambil istrinyta yang menangis sejadi-jadinya sambil memukul
lengannya.
Irma
berlari meninggalkan orang tua Ferli, ayahnya juga dokter yang sekarang merasakan
kesedihan anggota keluarga yang berharap agar anaknya bisa melawan masa
kritisnya. Gadis itu berlari ke masjid, cepat ia membersihkan dirinya dengan
mengambil air wudhu. Ia ingin sholat hajat demi kesembuhan Ferli.
Allah, hanya
Dia yang bisa menolongnya sekarang.
Ferli adalah pemuda yang baik.
Tidak pernah sekalipun ia menyusahkan orang lain, bahkan sangat membantu. Dia
berhak mendapatkan umur panjang. Kebaikannya masih banyak yang membutuhkan. Ya
Allah, tolong dia, buat dia bangun kembali dalam keadaan sehat. Amin ya Rabbal
alamin,
Doanya
dengan sepenuh hari.
“Alhamdulillah,
doamu dikabuklan nak’. Ferli sudah melewati masa kritisnya dan bahkan sekarang
ia siuman,” ucap Aditia yang menemui putrinya yang melantunkan dzikir dan
segera diselesaikannya ketika ingin mendengar kembali apa yang ayahnya katakan.
“Benarkah
dengan apa yang ayah katakana?”
Aditia
mengangguk sambil tersenyum ringan. Anak gadisnya pun berlari kepadanya dan di
dalam hatinya penuh kesyukuran. Allah,
terima kasih atas nikmat yang Engkau berikan. Engkau memang Maha Besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar