post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Selasa, 27 Juni 2017

Nyawa Hidupku (Part 10)

"Marah Besar"

Sudah sebisa mungkin menunjukkan perasaan yang sebenarnya. Setiap detik bahkan mungkin seluruh waktunya lebih banyak untuk gadis berhijab itu, lantas kenapa menggetirkan, kenapa menyerahkanku kepada olok-olokkan. Ha.... bisa gila. Pemuda beralis tebal itu ingin memperjelas, sementara banyak mata-mata dan tertawaan berhamburan.
“Dasar anak haram, anak haram........” “Koq bisa sekolah di tempat sebagus ini.” “Hu.... kasian banget nasibnya.” Dan, hinaan-hinaan lain.

Tak kuat lagi, memutarkan badan dan menonjok teman kelasnya, Anwar.
“Kamu bilang apa barusan?”
PLAK, satu tonjokkan melayang.
Dari arah berlawan, gadis berpenutu kepala buru-buru mendekat. Ihsan tidak boleh melakukan hal yang merugikannya sendiri.
“Ihsan... stop!”
Mendadak semakin garam, oh begitu tajam sampai-sampai menyeringai. Hampir saja tangannya melayang di wajah gadis itu. Ihsan benar-benar marah.
“Ini semua karenamu? Andai aku tak memberitahukan semua rahasiaku kepadamu, pasti tidak akan terjadi seperti ini. aku sudah menganggapmu sebagai orang yang bisa dipercaya. Ternyata kamu saja saja.”
“Maksud kamu apa Ka Ihsan?” penasaran.
Suasana ganjal. Apa yang sebenarnya telah terjadi.
“Ah, kamu gak usah pura-pura lugu. Tampangmu itu tidak akan bisa membohongiku lagi. Kamu gadis bermuka dua.”
Berbalik. Pedih sekali rasanya. Perasaan sayang mulai tumbuh ternyata dikhianati.
“Ka.... apa yang sebenarnya terjadi? tolong jelaskan kepadaku.”
Mencoba mengejar dengan sandaran air mata yang mulai menyeringai. Teracuhkan.
Sehari sebelumnya Sakinah tak sengaja mendengar pembicaraan Ihsan dan Fitri, di taman kota ketika keduanya jalan bersama. Meski sesak, retina mata menyentuh kenyataan toh besok lain ceritanya. Ya, Sakinah yang memposting di facebook dan majalah dinding sekolah tentang status Ihsan sebenarnya. Anak pungut yang belum tahu siapa orang tuanya.
“Apa kamu tidak keterlaluan Sakinah. Ingat, itu Ihsan loh.”
“Benar kata Tina. Mending rencana ini dicancel aja, cari rencana baru. Ini sangat keterluan.”
Tina dan Ramlah mengingatkan.
Apa? Keterlaluan, lantas bagaimana dengan Ihsan, telah mematahkan hatiku berkali-kali. Sudah tahu bahwa sangat mencintainya sudah sejak lama sampai sekarang, tak pernah sedikit pun dihargai. Tidakkah kalian tahu, hati berdarah-darah, berpeluh dan tangis di malam-malam kala memikirkan Ihsan sudah bahagia dengan yang lain. Dan, Fitri. Seenaknya mengambil pemuda yang sangat aku cintai dan pembalasan kali ini sangat setimpal dengan perbuatan mereka, ini bisa membuat jarak, jarak yang sangat jauh dan bahkan tidak akan bisa bersatu lagi.
            Sakinah memandang jauh ke atas awan, sementara temannya turut serta di kedukaan hati sahabatnya yang selama ini sudah jauh menderita.
            “Ok,,, aku setuju sama kamu. Maafkan kami sempat memprotes, harusnya sebagai sahabat baik tetap mendukung setiap apa yang kamu lakukan.”
            Kedua sahabat Sakinah tersenyum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar