"Semakin Dekat"
Sudah
sampai titik di manakah kedekatan mereka? Sampai-sampai seolah tak sadar
beberapa di antara mereka ada yang cemburu.
Ihsan
memberikan sampah busuk untuk menciumkan kepada gadis berhijbat itu, ah, selang
detik terbalas. Persisnya sedang bersendagurau padahal sedang melaksanakan
program baksos. Hutan bersih.
Selepas
mendengar batuk dibuat-buat oleh Pembina, mereka takut melanjutkan. Saling
seutas senyum.
Oh. Ada apa ini? Kenapa
begitu senang? Sama-sama tergandrungi perasaan
tak menentu.
“Terima
kasih ya kemarin, kakak udah nolongin aku. Aku gak tahu deh, kalau tidak ada
kakak, mungkin aku sudah jadi makanan binatang buas.”
Apa? Kakak.....
“Apaan
sih? Itukan memang tanggung jawabnya laki-laki apalagi aku seniormu, sudah
kewajiban melindungi.”
Astaga, kewajiban
senior melindungi juniornya. Bukankah ini lebih?
Dekat?
Setiap penyaksi seolah bertanya-tanya gerangan apa yang terjadi diperistiwa
hilang kemarin, nyaris menyambungkan tali persaudaraan atau tidak cinta.
Entahlah, hanya mereka berdua yang tahu. Toh Fitri tidak pernah jujur dengan
sahabat-sahabatnya.
“Sebenarnya
kamu udah jadian kan dengan Ka Ihsan?”
“Ia
Fit, jujur aja sama kita-kita. Kita kan sahabat kamu.”
Lia
dan Ulfa seakan mengadili.
“Ah
gak asyik nih.... Masa gak mau berbagi
sama sahabatnya,” Ulfa manyung.
Hhhhhhh.
Lantas apa yang harus dijawab? Memang belum ada hubungan jelas telah terjadi.
“Guys,
kalian ini masa ngepoin aku mulu. Memang tidak capek apa? Dari tiga bulan lalu
loh, kalian tidak pernah berhenti kepoin,” diikuti senyum menawan.
“San,
kitakan udah lama banget bersahabat. Udah dari SD. Masa kalau kamu dekat dengan
Fitri atau pacaran, masa gak bilangi kita-kita.”
Begitupun
Yudha tak pernah berhenti penasaran soal hubungan yang kian dekat antara
sahabatnya dengan gadis berhijab itu.
“Jujur
aja San, masa kabar bahagia begitu disembunyikan. Lagian itu kabar baik, karena
sudah memutuskan hubungan fix, jadi Sakinah tidak mempunyai alasan untuk dekat
denganmu. Ia kan Wan?”
Diam.
Irwan tidak merespon apapun.
“Tidak
ada apa-apa. Beneran. Kamu hanya teman dekat.”
Oh teman dekat?
Bukankah itu spesial.
Entahlah.
Keduanya sama-sama tidak mau jujur. Tapi apa memang belum ada hubungan jelas
antara keduanya. Ya, jangan-jangan SEBASTIAN- Sebatas hubungan tanpa kepastian.
Bulan-bulan
berlalu setelah kejadian itu, Ihsan dan Fitri memang sepasang merpati yang
selalu beterbangan bersama, di perpustakaan, taman sekolah, taman kota, taman
bermain, wahana permainan di mall atau di toko buku. Peristiwa itu pula Sakinah
mempersiapkan rencana sematang-matangnya, mencari kelemahan Fitri di mata
Ihsan. Dibantu dua sahabatnya yang mau saja disuruh melakukan apapun.
Semula
tertekan, mata ingin buta saja tiap kali memandang kemesraan Ihsan dan Fitri.
Sudah pasti hari berdarah-darah, terluka dalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar