post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Selasa, 27 Juni 2017

Nyawa Hidupku (Part 3)



Hari ini benar-benar bercampur aduk setulus senyuman itu membenamkan sebuah perasaan rapi, yang tertata di relung hati. Bahkan sampai-sampai senyum sendiri dan tanpa sadar membuatnya jatuh.
Meskipun bukan yang pertama kali bersentuhan mata, Fitri meminta maaf sebesar-besarnya telah menodai seragam putih yang dikenakan.
Sakinah tidak menerima, setidaknya ini alasan untuk menutupi keinginan sebelumnya untuk memberi pelajaran karena telah berani mendekati Ihsan. Sebuah tanggung jawab yang harus diterima Fitri.
“Dasar cewek norak... Kalau jalan lihat-lihat...”

Menggeram. Tak tahan lagi dengan amukan yang jelas di hati, yang sebenarnya bukan hanya kerena kemarahan ini. Harus mendapat pelajaran atau mungkin sakit yang tiada taranya, oh tidak, ini terlalu cepat mengambil keputusan tapi pasti akan dapat. Dengan kasar melempar tas kuningnya ke arah Fitri menyuruh membawanya ke kelas, serta tas teman-teman genknya – Tina dan Ramlah.
            Ditertawakan, harus bagaimana lagi? sementara Lia dan Ulfa sebenarnya ingin membantu, hanya saja tidak mungkin. Mereka tahu betul bagaimana jahatnya ketiga gadis yang memang memiliki paras cantik namun tidak hati mereka. pernah suatu ketika dengan kedua mata menyaksikan sendiri, bagaimana kelakuan mereka di SMP dulu yang sampai hati mengotori pakaian seorang gadis dengan lumpur busuk yang melawan mereka. Berharap, semoga sahabat barunya itu tidak akan mendapat masalah yang berkelanjutan dengan genk jahat itu.
            Banyak penyaksi. Yudha, Ihsan dan Irwan pun penasaran perihal yang terjadi, mengapa banyak siswa berkerumun di depan lapangan futsal. Astaga, seperti Lia dan Ulfa, mereka sangat membenci kalau Sakinah dan teman-temannya kembali berulah yang tidak baik, tapi tidak bagi Yudha, cintanya pada Sakinah membutakannya.
            “Apa lagi yang kamu buat Sakinah? Kamu tahu kan, kamu juga siswa baru.”
            Iwan mengambil ketiga tas yang dibawa Fitri lalu membuangnya, sementara Ihsan menarik tangan gadis berhijab itu dan menjauh. Takjub dan makin geram. Takjub yang terasa oleh orang lain dan makin geram yang makin dirasa ingin meledak-ledak di batin Sakinah. Bagaimana mungkin Ihsan bisa berbuat demikian?
            Hhhhhh. Memuakkan. Fitri.......... Mengaung di batin.
            ***
            Melepaskan tangannya dari pegangan pemuda yang beralis indah itu. memang cukup bercampur aduk yang dirasakan. Kagum, kagum dan sekarang baper lagi. oh tidak, harus fokus. Tujuan Fitri bukanlah ini, tetapi sekolah baik-baik.
            “Kamu mau aja ya dibodohi-bodohi sama Sakinah dan teman-temannya?”
            Gamang, Fitri masih terbawa dengan suasana hatinya yang tak karuan sampai-sampai tak mendengar apa yang diucapkan Ihsan.
            “Kamu dengar tidak sih? Apa yang aku ucapkan?”
            “Fitri....,” pemuda itu berteriak.
            Kaget bukan kepalang, bahkan sampai mendorong Ihsan yang hampir jatuh namun secepat kilat menarik. Suasana romantis. Tidak, cepat-cepat dinetralisir dan melepaskan pegangan tangannya.
            “Maaf dan terima kasih,” menunduk.
            Bersambung......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar