Hari
ini benar-benar bercampur aduk setulus senyuman itu membenamkan sebuah perasaan
rapi, yang tertata di relung hati. Bahkan sampai-sampai senyum sendiri dan
tanpa sadar membuatnya jatuh.
Meskipun
bukan yang pertama kali bersentuhan mata, Fitri meminta maaf sebesar-besarnya
telah menodai seragam putih yang dikenakan.
Sakinah
tidak menerima, setidaknya ini alasan untuk menutupi keinginan sebelumnya untuk
memberi pelajaran karena telah berani mendekati Ihsan. Sebuah tanggung jawab
yang harus diterima Fitri.
“Dasar
cewek norak... Kalau jalan lihat-lihat...”
Menggeram.
Tak tahan lagi dengan amukan yang jelas di hati, yang sebenarnya bukan hanya
kerena kemarahan ini. Harus mendapat pelajaran atau mungkin sakit yang tiada
taranya, oh tidak, ini terlalu cepat mengambil keputusan tapi pasti akan dapat.
Dengan kasar melempar tas kuningnya ke arah Fitri menyuruh membawanya ke kelas,
serta tas teman-teman genknya – Tina dan Ramlah.
Ditertawakan, harus bagaimana lagi?
sementara Lia dan Ulfa sebenarnya ingin membantu, hanya saja tidak mungkin.
Mereka tahu betul bagaimana jahatnya ketiga gadis yang memang memiliki paras
cantik namun tidak hati mereka. pernah suatu ketika dengan kedua mata
menyaksikan sendiri, bagaimana kelakuan mereka di SMP dulu yang sampai hati
mengotori pakaian seorang gadis dengan lumpur busuk yang melawan mereka.
Berharap, semoga sahabat barunya itu tidak akan mendapat masalah yang
berkelanjutan dengan genk jahat itu.
Banyak penyaksi. Yudha, Ihsan dan
Irwan pun penasaran perihal yang terjadi, mengapa banyak siswa berkerumun di
depan lapangan futsal. Astaga, seperti Lia dan Ulfa, mereka sangat membenci
kalau Sakinah dan teman-temannya kembali berulah yang tidak baik, tapi tidak bagi
Yudha, cintanya pada Sakinah membutakannya.
“Apa lagi yang kamu buat Sakinah?
Kamu tahu kan, kamu juga siswa baru.”
Iwan mengambil ketiga tas yang
dibawa Fitri lalu membuangnya, sementara Ihsan menarik tangan gadis berhijab
itu dan menjauh. Takjub dan makin geram. Takjub yang terasa oleh orang lain dan
makin geram yang makin dirasa ingin meledak-ledak di batin Sakinah. Bagaimana
mungkin Ihsan bisa berbuat demikian?
Hhhhhh.
Memuakkan. Fitri.......... Mengaung di batin.
***
Melepaskan tangannya dari pegangan
pemuda yang beralis indah itu. memang cukup bercampur aduk yang dirasakan.
Kagum, kagum dan sekarang baper lagi. oh tidak, harus fokus. Tujuan Fitri
bukanlah ini, tetapi sekolah baik-baik.
“Kamu mau aja ya dibodohi-bodohi
sama Sakinah dan teman-temannya?”
Gamang, Fitri masih terbawa dengan
suasana hatinya yang tak karuan sampai-sampai tak mendengar apa yang diucapkan
Ihsan.
“Kamu dengar tidak sih? Apa yang aku
ucapkan?”
“Fitri....,” pemuda itu berteriak.
Kaget bukan kepalang, bahkan sampai mendorong
Ihsan yang hampir jatuh namun secepat kilat menarik. Suasana romantis. Tidak,
cepat-cepat dinetralisir dan melepaskan pegangan tangannya.
“Maaf dan terima kasih,” menunduk.
Bersambung......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar