"Camping"
Ihsan
Hasanuddin menghembuskan nafas legah. Siswa baru banyak yang mau menjadi
anggota osis dan salah satunya siswi yang salah masuk di kelasnya kemarin.
Entah apa sebabnya. Padahal dia tak terlalu cantik, tapi harus diakui jika
dipandang tak akan bosan.
Sudah
37 pendaftar padahal yang akan direkrut hanya sekitar 10 orang. Salah satu cara
alternatifnya adalah penyeleksian baik itu ketangkasan otak dan kemahiran dalam
membantu mengembangkan amanah sekolah.
Sesulam
senyuman tersampul. Hari yang ditunggu pun tiba, penyeleksian kader OSIS
diadakan dengan melakukan camping di Gunung Bendera, Suruang yang letaknya dari
sekolah cukup jauh. Ditempuh setengah perjalanan dengan bus sekolah,
selanjutnya dengan jalan kaki. Seandainya bisa membawakan ransel milik gadis
berhijab itu tanpa ada rasa malu, ingin sekali dilakukan pemuda beralis tebal
itu, tak tahan melihatnya mendaki gunung dengan bawaan berat.
Bayangan
indah bermain hanya di batin, tapi tidak di retina. Justru didahului oleh
Irwan. Mendadak saja bumerang, apakah dia
juga suka sama cewek itu? tidak mungkin, tahu sekali dengan tipikal Irwan yang
lebih suka siswi modish, bukan cewek sederhana dan terlalu lugu. Mungkin hanya
membantu, desisnya tanpa mengedikpkan sedikit pun pandangan terhadap gadis
yang memakai hijab kuning itu yang sedang berjalan di depannya.
Kepulan
keringat menjalar dan aromanya begitu menyengat. Sementara matahari semakin
sibuk menampakkan cahaya merah di pinggir langit, perlahan berwarna
kekuning-kuningan dan perlahan tenggelam. Bu Elma, pembina OSIS menyuruh
murid-muridnya istrirahat sebentar, kemudian segera bersiap-siap untuk
mengerjakan sholat maghrib berjamaah. Kewajiban setiap yang mengaku muslim.
Tapi
sungai untuk mengambil wudhu lumayan jauh. Dan, Sakinah bersama genknya pun
memanfaatkan hal itu untuk mencelakai Fitri.
Rasain kamu Fit, kamu
bakalan tersesat karena aku sudah memindahkan arah panahnya ke tempat lain dan
kamu bukannya dapat sungai, malah dapat hutan belantara dalam kesendirian.
Dia
bisa membayangkan betapa takutnya gadis malang itu. wajah yang sok polos dalam
ketakutan dan kegelapan. Sementara entah bagiamana pun berteriak tak ada
satupun yang bisa mendengarnya, bahkan menolongnya. Sakit, memang itu yang
diinginkannya. Merasa bahwa itu belum seberapa dari sakitnya kemarin, dengan
mudah sok cantik dihadapan pujaan hatinya. Hahahahahaha. Tawa riuh bergema,
sambil berjalan dan meninggalkan arah panah yang telah dirubah.
Terjadi.
Semua rencana busuk itu pun harus dialami Fitri. Padahal menurutnya sudah
mengikuti jalur yang benar, tapi kenapa sudah dua kilo lebih berjalan,
retinanya pun belum menyetuh sungai-sungai. Harusnya mendengarkan kedua
sahabatnya tadi, untuk pergi bersama-sama, tapi tidak mungkin juga mengabaikan
perintah Bu Elma untuk memasak nasi sebentar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar