post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Selasa, 27 Juni 2017

Nyawa Hidupku (Part 5)

"Camping" 

Ihsan Hasanuddin menghembuskan nafas legah. Siswa baru banyak yang mau menjadi anggota osis dan salah satunya siswi yang salah masuk di kelasnya kemarin. Entah apa sebabnya. Padahal dia tak terlalu cantik, tapi harus diakui jika dipandang tak akan bosan.
Sudah 37 pendaftar padahal yang akan direkrut hanya sekitar 10 orang. Salah satu cara alternatifnya adalah penyeleksian baik itu ketangkasan otak dan kemahiran dalam membantu mengembangkan amanah sekolah.

Sesulam senyuman tersampul. Hari yang ditunggu pun tiba, penyeleksian kader OSIS diadakan dengan melakukan camping di Gunung Bendera, Suruang yang letaknya dari sekolah cukup jauh. Ditempuh setengah perjalanan dengan bus sekolah, selanjutnya dengan jalan kaki. Seandainya bisa membawakan ransel milik gadis berhijab itu tanpa ada rasa malu, ingin sekali dilakukan pemuda beralis tebal itu, tak tahan melihatnya mendaki gunung dengan bawaan berat.
Bayangan indah bermain hanya di batin, tapi tidak di retina. Justru didahului oleh Irwan. Mendadak saja bumerang, apakah dia juga suka sama cewek itu? tidak mungkin, tahu sekali dengan tipikal Irwan yang lebih suka siswi modish, bukan cewek sederhana dan terlalu lugu. Mungkin hanya membantu, desisnya tanpa mengedikpkan sedikit pun pandangan terhadap gadis yang memakai hijab kuning itu yang sedang berjalan di depannya.
Kepulan keringat menjalar dan aromanya begitu menyengat. Sementara matahari semakin sibuk menampakkan cahaya merah di pinggir langit, perlahan berwarna kekuning-kuningan dan perlahan tenggelam. Bu Elma, pembina OSIS menyuruh murid-muridnya istrirahat sebentar, kemudian segera bersiap-siap untuk mengerjakan sholat maghrib berjamaah. Kewajiban setiap yang mengaku muslim.
Tapi sungai untuk mengambil wudhu lumayan jauh. Dan, Sakinah bersama genknya pun memanfaatkan hal itu untuk mencelakai Fitri.
Rasain kamu Fit, kamu bakalan tersesat karena aku sudah memindahkan arah panahnya ke tempat lain dan kamu bukannya dapat sungai, malah dapat hutan belantara dalam kesendirian.
Dia bisa membayangkan betapa takutnya gadis malang itu. wajah yang sok polos dalam ketakutan dan kegelapan. Sementara entah bagiamana pun berteriak tak ada satupun yang bisa mendengarnya, bahkan menolongnya. Sakit, memang itu yang diinginkannya. Merasa bahwa itu belum seberapa dari sakitnya kemarin, dengan mudah sok cantik dihadapan pujaan hatinya. Hahahahahaha. Tawa riuh bergema, sambil berjalan dan meninggalkan arah panah yang telah dirubah.
Terjadi. Semua rencana busuk itu pun harus dialami Fitri. Padahal menurutnya sudah mengikuti jalur yang benar, tapi kenapa sudah dua kilo lebih berjalan, retinanya pun belum menyetuh sungai-sungai. Harusnya mendengarkan kedua sahabatnya tadi, untuk pergi bersama-sama, tapi tidak mungkin juga mengabaikan perintah Bu Elma untuk memasak nasi sebentar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar