post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Selasa, 27 Juni 2017

Nyawa Hidupku (Part 6)

"Tersesat"

 Hilang. Mugkin itulah yang sedang terjadi di antara teman-temannya. Tetapi, kenapa merasa saja tak sendiri, seperti ada orang yang mengikuti dari belakang. Halusinasikah? Hanya saja terdengar langkah kaki.
“Kamu siapa? Keluar gak, jangan bikin aku takut?” dengan suara yang sedikit, dipengaruhi kecemasan kalau-kalau yang ditanya bukan manusia, melainkan binatang buas yang tengah kelaparan.
Pemuda beralis tebal. Akhirnya keluar juga mendekat perlahan dan mengalihkan prasangka buruk Fitri.

“Parno banget sih jadi orang.”
“Ka Ihsan......”
Menganga. Terheran-heran kenapa bisa diikuti oleh senior OSIS. Tidak, tidak mungkin dia berpikir yang bukan-bukan.
“Apaan sih kamu, dasar otak tidak beres.”
“Ka Ihsan juga sih, tiba-tiba ada di belakang. Kayak pengintai aja.”
Merasa malu, jangan sampai ketahuan dengan sikap gerogi yang memang ada kala dekat dengan Fitri, pemuda beralis tebal itu menyahut asal. “Aku lagi nyari kayu bakar aja tadi, buat dipakai masak.”
Dalam hati, Ihsan sendiri menyesali jawabannya. Andai berkata mau juga ambil wudhu, karena sebentar lagi sholat maghrib berjamaah, mungkin itu lebih masuk akal karena kayu bakar kan sudah terkumpul tadi oleh anak-anak lain dan yang melakukan bukan senior tetapi junior, untungnya Fitri tidak ambil pusing.
Dan, gelap sebentar lagi akan mengelabuhi matahari. Sementara sadar bahwa mereka tidak tahu ke mana arah untuk sampai ke tenda. Apesnya lagi suara guntur tiba-tiba mendera, ketakutan luar bisa pun menyelimuti Fitri, spontan langsung memegang lengan bajunya. “Aduh, gimana nih? Bentar lagi hujan,” gadis berhijab itu panik. Pemuda disampingnya begitu berjiwa pelindung. “Tenang aja kan ada aku. Aku tidak akan meninggalkan kamu seorang diri, mendingan kita mencari tempat teduh dulu.” Akhirnya mereka berteduh di sebuah gubuk kecil.
Kilat berhamburan, hujan pun berselang turun dengan amukan yang begitu terdengar di gendang telinga, bumi seolah hanya mengikut ditetesi. Ini rahmat Tuhan. Alhamdulillah. Kenapa ini? terlantun syukur secara bersamaan, senyum menawan terunggah. Oh, binar rasa itu semakin terasa.
“Mendingan kita wudhu make air hujan. Baru kita sholat berjamaah.”
Fitri mengangguk. Untungnya tasnya tidak ditinggalkan di tenda, sehingga ada talkum yang dipakai.
Oh my God. Rasanya sholat di antara gemericik hujan begitu khusyu. Semoga saja, bisa terus berjamaah seperti ini, menjadi imamnya. Gumam dalam hati setelah selesai sholat, pemuda itu tak henti mencuri-curi pandang. Benar-benar hati, hanya Allah yang bisa membolak-baliknya, kenapa justru cewek sederhana yang memikat hati, padahal ada cewek cantik yang mengejar-ngejar dari dulu.
“Kamu lagi mikirin apa sih Fit?”
Memulai pembicaraan, merasa tidak boleh membuang-buang waktu yang ada. Mungkin saja tidak akan terulang dua kali. Sementara tersesatnya tidak mau diambil pusing, percaya pasti teman-teman pasti akan menemukan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar