"Tersesat"
Hilang. Mugkin itulah yang
sedang terjadi di antara teman-temannya. Tetapi, kenapa merasa saja tak
sendiri, seperti ada orang yang mengikuti dari belakang. Halusinasikah? Hanya
saja terdengar langkah kaki.
“Kamu
siapa? Keluar gak, jangan bikin aku takut?” dengan suara yang sedikit,
dipengaruhi kecemasan kalau-kalau yang ditanya bukan manusia, melainkan
binatang buas yang tengah kelaparan.
Pemuda
beralis tebal. Akhirnya keluar juga mendekat perlahan dan mengalihkan prasangka
buruk Fitri.
“Parno
banget sih jadi orang.”
“Ka
Ihsan......”
Menganga.
Terheran-heran kenapa bisa diikuti oleh senior OSIS. Tidak, tidak mungkin dia
berpikir yang bukan-bukan.
“Apaan
sih kamu, dasar otak tidak beres.”
“Ka
Ihsan juga sih, tiba-tiba ada di belakang. Kayak pengintai aja.”
Merasa
malu, jangan sampai ketahuan dengan sikap gerogi yang memang ada kala dekat
dengan Fitri, pemuda beralis tebal itu menyahut asal. “Aku lagi nyari kayu
bakar aja tadi, buat dipakai masak.”
Dalam
hati, Ihsan sendiri menyesali jawabannya. Andai berkata mau juga ambil wudhu,
karena sebentar lagi sholat maghrib berjamaah, mungkin itu lebih masuk akal
karena kayu bakar kan sudah terkumpul tadi oleh anak-anak lain dan yang
melakukan bukan senior tetapi junior, untungnya Fitri tidak ambil pusing.
Dan,
gelap sebentar lagi akan mengelabuhi matahari. Sementara sadar bahwa mereka
tidak tahu ke mana arah untuk sampai ke tenda. Apesnya lagi suara guntur
tiba-tiba mendera, ketakutan luar bisa pun menyelimuti Fitri, spontan langsung
memegang lengan bajunya. “Aduh, gimana nih? Bentar lagi hujan,” gadis berhijab
itu panik. Pemuda disampingnya begitu berjiwa pelindung. “Tenang aja kan ada
aku. Aku tidak akan meninggalkan kamu seorang diri, mendingan kita mencari
tempat teduh dulu.” Akhirnya mereka berteduh di sebuah gubuk kecil.
Kilat
berhamburan, hujan pun berselang turun dengan amukan yang begitu terdengar di
gendang telinga, bumi seolah hanya mengikut ditetesi. Ini rahmat Tuhan. Alhamdulillah. Kenapa ini? terlantun
syukur secara bersamaan, senyum menawan terunggah. Oh, binar rasa itu semakin
terasa.
“Mendingan
kita wudhu make air hujan. Baru kita sholat berjamaah.”
Fitri
mengangguk. Untungnya tasnya tidak ditinggalkan di tenda, sehingga ada talkum
yang dipakai.
Oh
my God. Rasanya sholat di antara gemericik hujan begitu khusyu. Semoga saja,
bisa terus berjamaah seperti ini, menjadi imamnya. Gumam dalam hati setelah
selesai sholat, pemuda itu tak henti mencuri-curi pandang. Benar-benar hati,
hanya Allah yang bisa membolak-baliknya, kenapa justru cewek sederhana yang
memikat hati, padahal ada cewek cantik yang mengejar-ngejar dari dulu.
“Kamu
lagi mikirin apa sih Fit?”
Memulai
pembicaraan, merasa tidak boleh membuang-buang waktu yang ada. Mungkin saja
tidak akan terulang dua kali. Sementara tersesatnya tidak mau diambil pusing,
percaya pasti teman-teman pasti akan menemukan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar