post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Selasa, 27 Juni 2017

Nyawa Hidupku (Part 7)

"Mencari"

“Aduh, koq aku cemas ya. Bagaimana kalau terjadi bahaya padanya.”
Alis tipis Sakinah mengernyit. Menyirat kekhawatiran terhadap apa yang baru saja dilukannya. Tapi bukankah pantas, kepada yang telah mencoba mencuri perhatian Ihsan. Dengan sok lugu di hadapan semua orang. Tampak sederhana padahal sebenarnya tak sebaik yang dikira. Lebih baik. Hanya saja matahari mulai tenggelam. Jingga akan terganti dengan kegelapana. Lalu kenapa tidak ada pula pemilik hatiku nampak dari tadi? Di mana dia sekarang? Tidak tahu bahwa ada seseorang yang selalu ingin mendekat.

Daripada penarasan dan hanya berdiam diri. Mungkin bertanya pada Yudha. Risih sih dengan sikap overnya, apa boleh buat. Supaya tidak tertikam dalam ketidaktahuan. Dan, senyum menawan.
“Kamu lihat Ihsan gak? Aku lagi nyariin nih.”
Hanya terdengar nafas berat, isyarat ada sesuatu buruk yang telah terjadi, ini pasti menyangkut pertanyaannya.
“Dari tadi kita semua lagi nyari dia sama Fitri, mereka pergi entah ke mana.”
Apa? Jadi mereka berdua hilang bersamaan. Tidak mungkin. Kalau begitu, Ihsan tahu bahwa yang telah merencanakan sesuatu yang jahat telah direncanakan untuk Fitri. Tidak, toh tidak merasakan kehadirannya tadi saat membelokkan tanda panah itu ke arah yang salah. Ha...... entahlah. Meski takut, kepanikan sekarang lebih membumbui perasaan Sakinah. Lantas kalau mereka berduaan, aduh, pasti semakin dekat, ujung-ujungnya sama suka, dan pacaran. Tidak boleh. Jarak yang diciptakan justru semakin dekat terpatri. Sial, dibiarkan akan menjadi masalah besar.
            Bodoh!
            Semua anak-anak dan Bu Helma berkelana, entah di mana keberadaan mereka. Harap baik-baik saja.
            Berkelana. Satu-satunya cara agar dapat menemukan titik mereka berpijak. Hanya saja air langit menggerutu dan malam yang mengelabuhi menjadi pengahalang. Berat hati, bu pembina menghentikan pencarian, karena akan bahaya jika terus dilakukan. Toh pasti mereka juga mencari tempat perlindungan. Berdoa, semoga keselamatan dari Yang Kuasa tak henti mengelilingi.
            “Tapi bu,” suara gadis berwajah bulat tidak menerima. “Jangan bantah Ibu, ini demi kebaikan kita semua.”
            “Sakinah....,” Hangat, pegangan tangan yang tulus dari Yudha membuatnya berhenti melawan.
            Meski bukan ini yang dibutuhkan. Sakinah menurut, di kedalaman hati penuh dengan kekhawatiran. Entah apa yang akan terjadi? penyesalan selalu di belakang. Andai saja bisa diulang kembali, dan terpikir kalau terjadi keburukan dengan Fitri, Ihsan akan terseret juga pasti tak akan dileraikan.
            “Kamu tenang aja. Allah pasti akan melindungi mereka.”
            Di tempat sama, Lia dan Ulfa merasa bersalah. Kalau mereka tidak meninggalkan Fitri, tidak akan terjadi hal buruk seperti ini. sama-sama menyesal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar