"Mencari"
“Aduh,
koq aku cemas ya. Bagaimana kalau terjadi bahaya padanya.”
Alis
tipis Sakinah mengernyit. Menyirat kekhawatiran terhadap apa yang baru saja
dilukannya. Tapi bukankah pantas, kepada yang telah mencoba mencuri perhatian
Ihsan. Dengan sok lugu di hadapan semua orang. Tampak sederhana padahal
sebenarnya tak sebaik yang dikira. Lebih baik. Hanya saja matahari mulai tenggelam.
Jingga akan terganti dengan kegelapana. Lalu kenapa tidak ada pula pemilik
hatiku nampak dari tadi? Di mana dia sekarang? Tidak tahu bahwa ada seseorang
yang selalu ingin mendekat.
Daripada
penarasan dan hanya berdiam diri. Mungkin bertanya pada Yudha. Risih sih dengan
sikap overnya, apa boleh buat. Supaya tidak tertikam dalam ketidaktahuan. Dan,
senyum menawan.
“Kamu
lihat Ihsan gak? Aku lagi nyariin nih.”
Hanya
terdengar nafas berat, isyarat ada sesuatu buruk yang telah terjadi, ini pasti
menyangkut pertanyaannya.
“Dari
tadi kita semua lagi nyari dia sama Fitri, mereka pergi entah ke mana.”
Apa?
Jadi mereka berdua hilang bersamaan. Tidak mungkin. Kalau begitu, Ihsan tahu
bahwa yang telah merencanakan sesuatu yang jahat telah direncanakan untuk
Fitri. Tidak, toh tidak merasakan kehadirannya tadi saat membelokkan tanda
panah itu ke arah yang salah. Ha...... entahlah. Meski takut, kepanikan
sekarang lebih membumbui perasaan Sakinah. Lantas kalau mereka berduaan, aduh,
pasti semakin dekat, ujung-ujungnya sama suka, dan pacaran. Tidak boleh. Jarak
yang diciptakan justru semakin dekat terpatri. Sial, dibiarkan akan menjadi
masalah besar.
Bodoh!
Semua anak-anak dan Bu Helma
berkelana, entah di mana keberadaan mereka. Harap baik-baik saja.
Berkelana. Satu-satunya cara agar
dapat menemukan titik mereka berpijak. Hanya saja air langit menggerutu dan
malam yang mengelabuhi menjadi pengahalang. Berat hati, bu pembina menghentikan
pencarian, karena akan bahaya jika terus dilakukan. Toh pasti mereka juga
mencari tempat perlindungan. Berdoa, semoga keselamatan dari Yang Kuasa tak
henti mengelilingi.
“Tapi bu,” suara gadis berwajah
bulat tidak menerima. “Jangan bantah Ibu, ini demi kebaikan kita semua.”
“Sakinah....,” Hangat, pegangan
tangan yang tulus dari Yudha membuatnya berhenti melawan.
Meski bukan ini yang dibutuhkan.
Sakinah menurut, di kedalaman hati penuh dengan kekhawatiran. Entah apa yang
akan terjadi? penyesalan selalu di belakang. Andai saja bisa diulang kembali,
dan terpikir kalau terjadi keburukan dengan Fitri, Ihsan akan terseret juga
pasti tak akan dileraikan.
“Kamu tenang aja. Allah pasti akan
melindungi mereka.”
Di tempat sama, Lia dan Ulfa merasa
bersalah. Kalau mereka tidak meninggalkan Fitri, tidak akan terjadi hal buruk
seperti ini. sama-sama menyesal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar