
“Ini
punya kamu.”
Tanpa
berkata-kata, mencoba membalas ataupun terima kasih misalnya, hanya langsung
mengambil, seolah jijik melihat walau hanya sebentar.
“Ka
Ihsan.....” air mata berderai.
Ada
respon, dia berbalik dan mendekat. Mungkinkah
menyadari bahwa semua ini bukanlah kesalahanku.
“Jangan
pernah panggil aku kakak lagi dan menyebut namaku. Camkan itu!”
Apa? Bahkan memanggil
nama pun tak bisa.
“Tapi
kenapa? Aku tidak tahu apa-apa masalah kemarin. Aku harus gimana, supaya kamu
picara. Ak.......”
Pembicaraan
yang belum selesai, tapi untuk apa toh diperdulikan juga. Untung kedua
sahabatnya datang di waktu yang tepat.
Jauh,
menghindar dan nyaris tak ada sunggingan untuk bersama.
***
Hari
minggu sore kegiatan rutin osis, pengajian bersama. Sakinah nampak tak pernah
pisah dengan Ihsan. Mengambil kesempatan
dalam kesempitan. Tawa gurih mengalir dan memperlihatkannya pada Fitri.
Tapi gadis berhijab itu pun tak sendiri juga, ada Irwan yang setia menemaninya.
Apa yang mereka lakukan
berdua? Apa mereka sudah jadian. oh tidak, kenapa aku harus perduli. Tak
bisa membohongi perasaannya, Ihsan sebenarnya menampakkan perasaan tidak suka
melihat Fitri dengan Irwan.
“Sakinah,
apa yang kamu lakukan? Koq kamu tega banget sama aku.” Yudha tiba-tiba hadir,
melepaskan pegangan tangan Sakinah di lengan pemuda beralis tebal.
“Apaan
sih Yud,? Tega kenapa? Hhh, emangnya kamu siapa kalau aku Ihsan, kamu teman
saja bukan. Kamu pantasnya sama Yuni tuh, si cupu dan alay,” sambil menunjuk ke
arah gadis berkecamata.
Hah. Gadis cupu? Terus
dia apa, gadis ganjeng dan tak tahu malu. Menyukai pemuda yang jelas-jelas tak
menyukainya.
“Apa
kamu bilang? Coba ulang sekali lagi?” Yuni tak tahan.
“Kamu
tuh pantasnya sama Yudha, karena kamu itu cewek cupu.”
Dan,
terjadilah perseteruan tarik rambut. Untungnya segera dileraikan oleh Pak
Yunus. Saling meminta maaf atau dilapor
sama guru BP? Dua pilihan yang terasa berat, hanya saja memilih saling
meminta maaf adalah paling terbaik.
“Ini
belum selesai, aku pastikan kamu akan mendapatkan kejutan istimewa dari aku,”
mata Sakinah menyala.
“Kamu
pikir aku sama dengan teman-teman lain yang kamu bully. Tidak. Aku tidak akan
tinggal diam kalau kamu mengangguku,” mata Yuni menantang.
Sementara
gadis berhijab itu tak pernah sedikit pun tak memperhatikan Ihsan dari
kejauhan. Semoga Allah segera membuka
semuanya, tentang kesalahpahaman ini. menyeka air mata yang terjatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar