post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Jumat, 01 September 2017

Nyawa Hidupku (Prihatin) Part 14




Dekat, hanya saja kenapa begitu sangat jauh terasa? Lantas kenapa terus terbayang-bayang kenangan kemarin?
Di ujung senja, mengundang maghrib menggema saat itu, ditemani gerai hujan terdengar pelan adzannya yang merdu. Oh, aku ingin mendengar kembali suara itu. Nyatanya tidak mungkin. Dia hanya membenciku sekarang.

Dan, ketika berjamaah sholat waktu itu. Terasa begitu khusuk, sejenak saja ketakutan di hutan belantara dan tersesat hilang sesaat. Masih teringat nadanya lembut “Tenang aja, kita pasti bisa dapat jalan keluar. Kita punya Allah yang akan menolong kita. Pagi-pagi kita akan langsung mencari jejak yang hilang. Jangan takut lagi ya.” Hah.... nyaris tak pernah terlupa.
“He, ya mikirin apa?” Lia mencoba mengagetkan.
“Fit.... Fit... Kamu dengar gak sih apa yang aku bilang?” sekali lagi hanya saja tetap tak ada respon.
“FITRI..............” suara yang bernada tinggi.
Astagfirullah al-adzim. Mata gadis berhijab itu tidak lagi melihat seorang pemuda yang dirinduinya dari jauh.
“Oh, Lia..... maaf-maaf.”
Sadar, apa yang membuatnya sahabatnya berjalan sambil melamun. Kasihan kamu Fit, berjauhan dengan Ka Ihsan, padahal sebelumnya sepasang sejoli yang tak akan pernah terpisahkan. Sebenarnya ada apa dengan kalian? Berjauhan tapi saling memperhatikan.
Ya, sahabatnya tahu apa yang dirasakan Fitri sekarang, pun sama dengan Ihsan karena kemarin setelah pemnbullyan genk Sakinah itu pemuda beralis tebal itu bertanya penasaran keadaan Fitri.
“Fitri gak apa-apa kan? Aku harap dia baik-baik saja,” terdengar sangat khawatir.
“Dia baik-baik aja koq. Gak usah khawatir kak.”
“Ia, aku percaya sama kamu dan Ulfa. Tapi tolong ya jangan kasih tahu siapapun kalau aku tanyakan keadaan Fitri sama kamu, apalagi kalau sampai memberitahunya,” kemudian berlalu.
Sebenarnya ingin bertanya, kenapa nampak membenci padahal diam-diam memperhatikan dan peduli. Namun dia terlalu cepat pergi.
Aku harus melakukan sesuatu, pekik Lia dalam batin.
“Fitri, aku cari Ulfa dulu ya! Kamu tunggu aja di kelas, nanti kami menyusul,” kemudian beranjak terburu-buru.
***
“Lantas apa yang harus kita lakukan? Aku tidak tahu,” Ulfa berpikir mencari jalan keluar mempersatukan kembali Fitri dan Ihsan.
“Ia, makanya kita berpikir dulu sekarang. Kita pasti dapat ide,” Lia berusaha menyemangati.”
Berselang lima menit. “Aku dapat,” tersenyum kemudian berbisik pelan.
Untung ada Yudha juga membantu sehingga mereka berhasil. Menguncikan Ihsan dan Fitri di perpustakaan kampus yang sebelumya sudah ditata indah dengan balon-balon. Penjaga perpus pun setuju, apalagi tahu Ihsan dan Fitri dulunya sering berduaan belajar di antara rak-rak buku itu.
“Apa yang harus kita lakukan? Aku tidak mau terkunci sampai besok di sini,” gadis berhijab itu ketakutan, belum sadar kalau Ihsan juga ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar