“Gara-gara kamu Ihsan ditertawakan
dan dipermalukan. Kamu harus mendapat pelajaran dari kami.”
“Kamu harus menerima ini,” sambil
menumpahkan cairan busuk di kepala Fitri.
“Hahahahahahahah.”
Tawa berdentang. Tak perduli tangis
yang disiksa. Kemana Lia dan Ulfa? Kenapa membiarkan sahabatnya disiksa,
diseret ke gudang kemudian dibubuhi cairan busuk dan sekarang tepuk. Kalau saja
adonan, mungkin gadis berpenutup kepala itu akan digoreng.
“Hentikan Sakinah! Kalau tidak akan
kuberitahu Guru BP atas perlakuanmu ini,” Irwan muncul bak pahlawan kesiangan.
“Kak kenapa kamu belain dia? Apa
kamu suka sama dia?”
Pertanyaan berat. Butuh waktu
menetralisirnya.
“Kenapa diam saja, cepat jawab?”
kali ini Sakinah yang membentak.
“Cukup! Aku tidak senang saja, Fitri
diberlakukan buruk sama kalian. Aku peringatkan sekali lagi, hentikan dan pergi
dari sini.”
“Kak, aku ini adik kamu dan Fitri bukan
siapa-siapa.”
“Memang dia bukan siapa-siapa, tapi
dia lebih baik dari pada kamu. Camkan itu.”
Persteruan saudara.
Oh,
ternyata gadis ini tidak bisa dianggap remeh. Bisa merebut dua hati cowok
sekaligus. Pekik batin gadis berwajah bulat itu semakin membenci Fitri.
Dan, pergi bersama sahabat-sahabatnya.
“Fitri...... apa yang telah terjadi
sama kamu? Apa Sakinah menyiksa kamu.” Ulfa datang walaupun terlambat.
“Maafkan kami Fit, sebagai sahabatmu
kami tidak bisa menolongmu. Kami memang tidak berguna,” Lia menyalahkan diri.
Sepasang mata bulatnya menyipit mengeluarkan air bening.
“Ini bukan kesalahan kalian. Ini
memang pantas untukku. Ihsan saja marah kepadaku, meskipun aku belum mengerti,”
sambil mengusap air mata sahabatnya.
“Sudah, lebih baik kalian bantu
Fitri membersihkan diri,” tukas Irwan.
“Ia, aku akan cari baju ganti.
Pakaian olahraga aja ya,” Ulfa bergegas ke ruangan.
Almasih. Entah dari mana datangnya
seragam sekolah ini? kenapa ada di meja Fitri. Ulfa menenengok ke pintu,
jendela dan setiap sudut sekolah tak ada siapapun. Hanya ada secarik kertas “To
Fitri, don’t be sad but always happy.”
Siapa
ya? Apa Ihsan? Tidak mungkin, Ihsan kan sangat membencinya. Irwan? Tidak, dia
ada bersama Fitri dan Lia di sana. Dan ini siapa? Apakah pengagum Fitri yang
lain? Hhhhh. Siapa saja pasti dia baik, tahu bahwa Fitri benar-benar
membutuhkan ini. Pekik gadis itu an berlari ke pada sahabat-sahabatnya yang
sudah menunggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar