post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Sabtu, 30 September 2017

Nyawa Hidupku Part 18 (Dipercaya)




Banyak yang tidak menyangka Sakinah, cewek yang selama ini sangat benis, suka membully dan tidak punya hati bisa bersikap jujur dan meminta maaf. Apakah itu jujur atau hanya akal-akalannya saja? Mungkin ada keinginan tersembunyi? Tidak lain hanyalah mencuri perhatian Ihsan? Toh semua tahu dia tidak bisa hidup tanpa pemuda beralis tebal itu. Tapi....
“Assalamualaikum teman-teman. Mungkin ini sudah sangat terlambat, tapi aku benar-benar ingin meminta maaf dan menyesali atas perlakuan jahat yang pernah aku lakukan sama kalian. Mungkin pula kalian akan sangat sulit mempercayai ini, tapi aku benar-benar jujur. Aku tidak meminta kepercayaan kalian, karena itu adalah hal yan paling sulit. Aku hanya minta izinkan aku mencoba berbuat baik......” suara gadis berwajah bulat itu di radio sekolah. sedikit parau karena bercampur isakan.

Benar-benar meminta maaf. Bahkan kedua sahabatnya yang seperti kacung pun meminta maaf. Nampak legah setelah itu.
“Makasih Fit, aku mungkin tidak akan bisa melakukan ini kalau kamu tidak memaafkan kami,” sambil merangkul tangan Fitri.
Terjaga. Ingin melepaskan, namun gadis baik hati di sampingnya menarik ulang.
“Sama-sama, kalian sudah membuktikan dan aku yakin kalian akan mendapatkan kepercayaan itu,” tersenyum.
Sesaat berpelukan, bahkan bukan cuma mereka berdua, Ulfa, Tina, Lia, dan Ramlah ikut.
Bersahabat dengan banyak orang tidaklah gampang, hanya saja beri kepercayaan bahwa bersahabat lebih baik daripada berteman.
“Jangan mudah percaya sama dia Fit, dia pasti ingin menusukmu dari belakang.”
“Ia Fit, hati-hati sama dia.”
“Jangan sampai kamu di fitnah lagi.”
Dan, masih banyak omongan-omongan menentang persahabatan baru mereka.
Saling menggenggam.
“Kamu jangan sedih ya, memang butuh waktu, tetapi selama kita bersama-sama semuanya pasti bisa dilewati,” Fitri tersenyum.
Suasana bahagia. Baru kali ini Sakinah and the genk merasakan kehangatan seperti ini. Seolah kebahagiaan sejati sudah didapatkan. Sebenarnya bukan ketika mendapatkan apa yang kita ingin tercapai itu adalah bahagia, tetapi ketika kita bisa merasakan kesyukuran dalam diri.
Syukur? Mungkin itu yang dirasakan saat ini.
“Aku senang melihat kamu seperti ini Sakinah. Aku bangga jadi kakak kamu.”
“Tak ada yang lebih bahagia selain melihat senyum bahagia di wajahmu Fit.”
Irwan dan Ihsan ikut melanggenkan senyuman. Kebahagiaan tak terkira. Memang menjauh dan mendekat selalu berdampingan. Beberapa hari yang lalu bertengkar hebat, saling menjauh, sekarang semuanya membaik, saling berpegangan. Semoga ini arti sahabat yang sesungguhnya.
Lantas bagaimana dengan Yudha? Apakah hatinya masih tetap dengan Sakinah? Yang sekarang sudah berubah dan mendapatkan kepercayaan. Dan, Yuni apakah masih menyimpan dendam menyesatkannya sendiri?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar