
Bersama teman-teman sehati dan sejauh ini pun tidak
ada lagi yang namanya Sakinah and the genk, yang ada hanyalah arti sahabat:
Fitri, Lia, Ulfa, Sakinah, Ramlah, Tina, Ihsan, Yudha, dan Irwan.
“Terima kasih ya Allah, nikmatmu memang tidak bisa
diingkari,” gadis ayu itu bersyukur.
“Benar sekali.... Sekarang ayo kita lakukan tradisi
siswa yang baru lulus.....” Ihsan langsung membuka tutup pilos yang dibukanya,
cepat-cepat menyemprotkan ke seragam teman-temannya.
Hahahaha..... Hanya gelak tawa dan canda
terdengar. Sampai sore menjelang. Dan, bagaimana selanjutnya?
“Kalian akan lanjut di mana? Mungkinkah kalian akan
masuk di kampus kami?” Irwan memulai pembicaraan.
Sementara Sakinah dan Lia masih keenakan selfie
time. Mengunggah kebahagiaan hidup di media sosial.
“Aku bakalan lanjut di Universitas Sulawesi Barat
bersama-sama dengan semua cewek-cewek ini nih, hehehehe” Ulfa menunjuk
sahabat-sahabatnya.
Rupanya sudah membicarakan hal itu sebelumnyaa tanpa
memberitahukan kepada cowok-cowoknya.
“Kalian jahat banget sih, memang tidak mau satu
kampus juga dengan kami?” Yudha beroman murung.
“Aku tahu koq, dikasih tahu Fitri kemarin-kemarin,”
Ihsan malam membela mereka.
Apa? Oh, ternyata keduanya selalu kompak. Dan,
sekarang menjadi bahan ledekan.
“Iya, iya tahu, di antara kalian mana mungkin ada
rahasiaan, tiap hari lengket kaya permen karet....” Gerutu Ramlah sambil
cengengesan.
“Apaan sih....,” Fitri malu-malu kucing.
Sakinah dan Irwan hanya mengutas senyum, toh bahagia
temannya adalah bahagia mereka juga. Biarkan perasaan itu lenyap seiiring
waktu. Tak ada bahagia sempurna
memaksakan bersama dengan orang yang tak mencintai. Sakinah sudah merasakan
itu.
Tanpa canggung dan selalu sama, hembusan perhatian Ihsan
semakin tertuju pada gadis berhijab itu, entah kapan akan mengatakan cinta.
“San, kamu tembak aja lagi Fitri secepatnya.
Hati-hati loh keduluan sama cowok lain,” timpal Tina.
“Aku setuju, lagian kami semua dukung koq,” tambah
Lia.
Mereka seperti peramal, tahu apa yang ada dipikiran
keduanya sekarang.
Sudah ada lampu
hijau untuk diterima, lagian siapa lagi yang dekat dengannya selain dia dan
teman-temannya. Kurang lebih tiga tahun dekat. Sudah tahu sifat asli
masing-masing. Tak perlu lagi diragukan, benar-benar sudah mencuri hati.
Hanya tersenyum satu sama lain.
***
Kenapa
aku tidak bisa kumpul dengan mereka? Apa yang kurang denganku? Padahal aku juga
ingin punya banyak teman yang setia kawan, bersama dalam segala keadaan. Tuhan,
aku tidak akan pernah menyalahkan-Nya, mungkin aku yang kurang bergaul. Sampai-sampai
tertatih di kesendirian sepanjang masa. Ha..... Yuni capek dengan keadaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar