post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Senin, 23 Oktober 2017

Nyawa Hidupku Part 19 (Lulus)




           Senang tiada terkira, apalagi hanya untuk gadis sepertinya yang sekolah hanya karena beasiswa. Sekarang sudah lulus dengan nilai memuaskan. Rejeki Allah tidak akan pernah tertukar. Benar adanya.
Bersama teman-teman sehati dan sejauh ini pun tidak ada lagi yang namanya Sakinah and the genk, yang ada hanyalah arti sahabat: Fitri, Lia, Ulfa, Sakinah, Ramlah, Tina, Ihsan, Yudha, dan Irwan.
“Terima kasih ya Allah, nikmatmu memang tidak bisa diingkari,” gadis ayu itu bersyukur.
“Benar sekali.... Sekarang ayo kita lakukan tradisi siswa yang baru lulus.....” Ihsan langsung membuka tutup pilos yang dibukanya, cepat-cepat menyemprotkan ke seragam teman-temannya.
           Hahahaha..... Hanya gelak tawa dan canda terdengar. Sampai sore menjelang. Dan, bagaimana selanjutnya?
“Kalian akan lanjut di mana? Mungkinkah kalian akan masuk di kampus kami?” Irwan memulai pembicaraan.
Sementara Sakinah dan Lia masih keenakan selfie time. Mengunggah kebahagiaan hidup di media sosial.
“Aku bakalan lanjut di Universitas Sulawesi Barat bersama-sama dengan semua cewek-cewek ini nih, hehehehe” Ulfa menunjuk sahabat-sahabatnya.
Rupanya sudah membicarakan hal itu sebelumnyaa tanpa memberitahukan kepada cowok-cowoknya.
“Kalian jahat banget sih, memang tidak mau satu kampus juga dengan kami?” Yudha beroman murung.
“Aku tahu koq, dikasih tahu Fitri kemarin-kemarin,” Ihsan malam membela mereka.
Apa? Oh, ternyata keduanya selalu kompak. Dan, sekarang menjadi bahan ledekan.
“Iya, iya tahu, di antara kalian mana mungkin ada rahasiaan, tiap hari lengket kaya permen karet....” Gerutu Ramlah sambil cengengesan.
“Apaan sih....,” Fitri malu-malu kucing.
Sakinah dan Irwan hanya mengutas senyum, toh bahagia temannya adalah bahagia mereka juga. Biarkan perasaan itu lenyap seiiring waktu. Tak ada bahagia sempurna memaksakan bersama dengan orang yang tak mencintai. Sakinah sudah merasakan itu.
Tanpa canggung dan selalu sama, hembusan perhatian Ihsan semakin tertuju pada gadis berhijab itu, entah kapan akan mengatakan cinta.
“San, kamu tembak aja lagi Fitri secepatnya. Hati-hati loh keduluan sama cowok lain,” timpal Tina.
“Aku setuju, lagian kami semua dukung koq,” tambah Lia.
Mereka seperti peramal, tahu apa yang ada dipikiran keduanya sekarang.
Sudah ada lampu hijau untuk diterima, lagian siapa lagi yang dekat dengannya selain dia dan teman-temannya. Kurang lebih tiga tahun dekat. Sudah tahu sifat asli masing-masing. Tak perlu lagi diragukan, benar-benar sudah mencuri hati.
Hanya tersenyum satu sama lain.
***
           Kenapa aku tidak bisa kumpul dengan mereka? Apa yang kurang denganku? Padahal aku juga ingin punya banyak teman yang setia kawan, bersama dalam segala keadaan. Tuhan, aku tidak akan pernah menyalahkan-Nya, mungkin aku yang kurang bergaul. Sampai-sampai tertatih di kesendirian sepanjang masa. Ha..... Yuni capek dengan keadaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar