Indah. Ada apa ini?
mengapa ruangan ini penuh dengan balon? Apakah hari ini ulang tahun sekolah? Dan,
ada bunyi jejakan kaki mendekat.
“Siapa
di sana? Jangan bikin aku takut, atau tidak aku akan teriak,” berjalan mundur
sampai-sampai hampir saja banyak buku menjatuhi kepalanya.
Ach...........
Sigap pemilik langkah kaki itu berlari menolong. Pemuda beralis tebal, kenapa dia ada di sini? Ada apa sebenarnya?
Oh, ingin rasanya waktu berhenti.
“Kamu
gak apa-apa kan? Jangan lagi kamu celakain diri kamu sendiri, aku takut dan
khawatir jika kamu kenapa-napa,” aura memendung.
Khawatir?
Apakah dia sudah tidak membenciku? Atau
dia tidak sadar mengucapkan itu.
“Maaf.....
dan terima kasih,” terjaga dan melepaskan rangkulan pemuda itu.
Hah? Ada apa dengan
diriku? Apa yang baru saja aku katakan padanya? Jangan-jangan aku sudah gila?
Tidak, dia yang telah membongkar rahasia besar tentang diriku.
Mata Ihsan kembali menajam.
“Kak....,”
baru saja ingin menjelaskan persoalan lalu, Ihsan malah memotong, “Kamu gak
usah jelasin apa-apa, aku sudah tahu tentang kamu yang sebenarnya dan aku tidak
mau dengar apa-apa lagi.”
Suasana
diam menyeruak. Dan, tersadar bahwa keduanya sekarang terkurung di tempat yang
sama. Seperti lagu berulang, teringat saat tersesat.
“Kamu
ingat kan pertama kali kita dekat, dan kau menolongku. Aku saat itu mengira
kamu adalah cewek baik-baik, tidak seperti yang lainnya. Makanya aku percaya
sama kamu.”
Fitri
merasakan ada aliran sungai sebentar lagi hanyut di pipinya.
“Aku
beritahu segala tentangku kepadamu, karena aku merasa tidak bisa menanggung
beban ini sendiri, dari kecil sudah menderita dan diolok-olokkan di depan
banyak orang. Aku kira kamu hadir di hidupku bisa menghapus semua itu, ternyata
kamu malah menambah kemalanganku,” Ihsan turut memendung.
Apa yang bisa membuat
pemuda di depanku percaya bahwa semua ini bukan aku yang melakukannya.
Benar-benar tidak tahu.
Berlutut.
“Aku berani bersumpah Kak, apapun yang terjadi kemarin itu bukan kesalahanku.
Aku memang tahu rahasia itu, tapi aku tidak mungkin sampai hati
membeberkannya. Aku juga punya hati,” gadis berhijab itu mengiba.
“Terus
siapa pelakunya kalau bukan kamu? Tidak ada yang tahu selain kita berdua.”
Kebingungan.
“Aku
juga tidak tahu. Aku juga benar-benar bingung. Tapi aku akan mencari tahu
semuanya, aku akan cari dalangnya untuk membuktikan kepadamu, kalau semua itu
bukan aku yang melakukan,” belum berdiri.
“Ok.....
aku kasih waktu kamu satu minggu, kalau kamu bisa mendapatkan orang yang katamu memfitnah itu. Aku tidak akan menghindari kamu lagi.”
Benar. Jangan
menghindar, karena itu membuat tersiksa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar