post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Jumat, 01 September 2017

Nyawa Hidupku (Terkunci) Part 15



            Gadis berhijab itu menatap sekeliling. Tercenung.
Indah. Ada apa ini? mengapa ruangan ini penuh dengan balon? Apakah hari ini ulang tahun sekolah? Dan, ada bunyi jejakan kaki mendekat.
“Siapa di sana? Jangan bikin aku takut, atau tidak aku akan teriak,” berjalan mundur sampai-sampai hampir saja banyak buku menjatuhi kepalanya.

Ach........... Sigap pemilik langkah kaki itu berlari menolong. Pemuda beralis tebal, kenapa dia ada di sini? Ada apa sebenarnya? Oh, ingin rasanya waktu berhenti.
“Kamu gak apa-apa kan? Jangan lagi kamu celakain diri kamu sendiri, aku takut dan khawatir jika kamu kenapa-napa,” aura memendung.
Khawatir? Apakah dia sudah tidak membenciku? Atau dia tidak sadar mengucapkan itu.
“Maaf..... dan terima kasih,” terjaga dan melepaskan rangkulan pemuda itu.
Hah? Ada apa dengan diriku? Apa yang baru saja aku katakan padanya? Jangan-jangan aku sudah gila? Tidak, dia yang telah membongkar rahasia besar tentang diriku. Mata Ihsan kembali menajam.
“Kak....,” baru saja ingin menjelaskan persoalan lalu, Ihsan malah memotong, “Kamu gak usah jelasin apa-apa, aku sudah tahu tentang kamu yang sebenarnya dan aku tidak mau dengar apa-apa lagi.”
Suasana diam menyeruak. Dan, tersadar bahwa keduanya sekarang terkurung di tempat yang sama. Seperti lagu berulang, teringat saat tersesat.
“Kamu ingat kan pertama kali kita dekat, dan kau menolongku. Aku saat itu mengira kamu adalah cewek baik-baik, tidak seperti yang lainnya. Makanya aku percaya sama kamu.”
Fitri merasakan ada aliran sungai sebentar lagi hanyut di pipinya.
“Aku beritahu segala tentangku kepadamu, karena aku merasa tidak bisa menanggung beban ini sendiri, dari kecil sudah menderita dan diolok-olokkan di depan banyak orang. Aku kira kamu hadir di hidupku bisa menghapus semua itu, ternyata kamu malah menambah kemalanganku,” Ihsan turut memendung.
Apa yang bisa membuat pemuda di depanku percaya bahwa semua ini bukan aku yang melakukannya. Benar-benar tidak tahu.
Berlutut. “Aku berani bersumpah Kak, apapun yang terjadi kemarin itu bukan kesalahanku. Aku memang tahu rahasia itu, tapi aku tidak mungkin sampai hati membeberkannya. Aku juga punya hati,” gadis berhijab itu mengiba.
“Terus siapa pelakunya kalau bukan kamu? Tidak ada yang tahu selain kita berdua.” Kebingungan.
“Aku juga tidak tahu. Aku juga benar-benar bingung. Tapi aku akan mencari tahu semuanya, aku akan cari dalangnya untuk membuktikan kepadamu, kalau semua itu bukan aku yang melakukan,” belum berdiri.
“Ok..... aku kasih waktu kamu satu minggu, kalau kamu bisa mendapatkan orang yang katamu memfitnah itu. Aku tidak akan menghindari kamu lagi.”
Benar. Jangan menghindar, karena itu membuat tersiksa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar