post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Sabtu, 28 Oktober 2017

CINTA DALAM KESEDIHAN




 Awal yang tidak baik
Bunga sekolah, ya, bisa dibilang dia adalah wanita yang banyak membuat mata laki-laki terpanah padanya, hampir semuanya melotot di wajah parasnya jika berlalu.

Bukan hanya sekali, kata-kata akan dirinya terdengar ditelinga, kalau tidak salah, incaran semua siswa sesekolahan itu bernama Sekar.
“Yang benar kamu, emang cantiknya kayak gimana sih?”
Aku mulai penasaran, letupan pertanyaan tentangnya tiba-tiba menguap dari bibir. Siapa sebenarnya, gadis yang katanya ayu itu.
“Kalau kamu mau tahu, ikut aku sekarang,”
Suruh Bayu temanku - salah satu fans berat Sekar.
Langkahku bagaikan terhipnotis untuk memastikan semua perbincangan kumbang tentang dirinya.
Apa yang terjadi?
Jantung berdegup cepat, sampai-sampai seperti ingin copot saja. Aliran darah berdesir, tumpuanku sepertinya akan segera roboh.
“Ach, ini nafsu belaka, aku gak boleh terpancing,”
Bergeming, tapi tidak bisa bohong. Kupandangi lagi dia, jilbab warna cerahnya sangat serasi dengan paras cantiknya yang putih. Sekali-kali melihat ke samping kiri dan kanan, merasa ada seseorang yang seperti mengintai.
Tidak berhasil, matanya kembali berfokus pada buku yang sedang dipegangnya. Sementara mataku, berkiprah padanya, seenaknya memandang.
“Udah lihat kan? kamu pasti langsung jatuh cinta sama dia.”
Tukas Bayu, menatap tajam.
Debar di dada terus berlanjut, sungguh sangat meyesakkan, hingga tak sadar tangan dan kakiku bergetar.
“Itu, sampai-sampai kamu bergetar begitu, bilang aja, kalau kamu jatuh cinta pada pandangan pertama sama Sekar,”
Mencoba menghentikan tingkah konyol ini, menantang pandangan mata Bayu. Aku tahu, dia merasa terusik, padahal, boleh dibilang apa haknya untuk bertanya itu, toh, dia bukan siapa-siapa Sekar – fans yang cemburu.
“Apaan sih, aku gemetaran karena kelaparan, bukan karena jatuh cinta. Ach, kalau cewek gitu ma, banyak,”
Gerutuku, berbohong demi suasana hatinya yang sedang buruk. Berpikir sejenak, cara peleraian masalah, mengajaknya makan mungkin bisa membunuh kecurigaannya. Tentu saja, tanpa a-i-u-e-o, dia mau mengisi perutnya yang keroncongan dari tadi pagi juga belum makan.
Menghembuskan nafas lega, akhirnya sinar sinis di matanya sudah meredup, bahkan lenyap sesaat. Tapi, why? gemuruh di jantungku masih tidak jelas, berdenyut, bergenderang, bergema seperi ingin perang saja, masa bodoh, tidak perduli. Aku meletakkan tangan kananku di bahu Bayu, melangkah bersama menuju kantin.
“Benar, kamu tidak punya hati sama Sekar? jujur aja deh bro, aku bisa lihat koq dari mata kamu, kalau kamu memang suka dia, itu sih hak kamu.”
Rupanya dia masih penasaran isi pikiranku sebenarnya.
“Ya elah bro, santai aja keles. Sekali lagi ya, aku bilangi kalau memang suka sama dia, ya, itu terserah. Tapi, ingat kita bersaing sehat,”
Sambil tersenyum padaku, sepertinya sadar diri, dia tidak berhak cemburu.
Aku membalas sunggingannya, dia mulai mengerti dari tarikan ujung-ujung bibirku. Secepat kilat, menepis rasa curiganya. Mengalihkan pembicaraan, sambil mata berfokus pada sesajian mie bakso di mangkok yang sudah siap di lahap. Mengerti dengan apa yang kumaksud, sama-sama, cacing-cacing di perut sudah saatnya dapat jatah, mengambil sendok dan garpu dengan segera memangsanya.
Tidak boleh tahu, Bayu tidak harus mengerti dengan apa yang terjadi padaku, karena, kalau ia paham, pasti angan-angan untuk bersambung hati dengan pujaannya tambah menyusut, bahkan sabahat karibnya sendiri tergila-gila pada gadis yang selama ini dikejarnya – maupun, juga orang lain.
“Bro, tapi untuk dapat Sekar itu tidak mudah loh, dia itu udah punya pacar,”
Astaga, Bayu tidak henti-hentinya berbicara tentang dia. Sungguh, hatinya terjerat padanya.
“Jadi dia punya pacar”
Batinku seperti mulai merespon pembicaraan Bayu.
Meskipun, aku masih punya kesempatan, pertama,  wajahku tidak terlalu jelek, sudah pasti bisa bersaing dengan siapapun – pacarnya sekarang, Bayu atau siapapun pengagumnya. Kedua, tinggi badanku 170 cm, tidak pendek, ada yang suka denganku karena tinggiku, mungkin saja Sekar juga. Ketiga – peluangku akan lebih besar jika dia bertemu denganku dalam keadaan baru mandi, masih wangi sabun, ditambah wewangian dibaju yang akan kukenakan. Bukan seperti sekarang, usah tergopoh-gopoh, berlari kesana-kemari, bermandikan keringat hanya untuk mencetak bola dan menjadi bintang lapangan.
Sesungguhnya, kenapa aku? bisa-bisa sampai aku berpikiran begini. Dan, apakah aku akan sanggup, mengambil pacar orang lain, aku tidak yakin bisa membayangkan bahagia di atas penderitaan orang lain.
“Bagiamana kalau kita taruhan?”
Apa lagi ini? mengapa Bayu menggodaku untuk melakukan hal buruk?
“Ayolah, kamu tidak usah bohong. Siapa yang bisa dapatkan Sekar akan ditraktir oleh yang kalah selama seminggu di kantin ini,”
Hei, apa yang barusan Bayu katakan? Dia mau coba-coba menikung pacar orang dan bahkan juga ingin melibatkan aku. Lagipula, apa mungkin juga Sekar rela memutuskan pacarnya, demi aku atau Bayu. Entahlah, namun, aku tergiur tawaran Bayu, ini tantangan baru di kisah cintaku. Apa salahnya mencoba? aku mengulurkan tangan kanan, dibalasnya sambil tertawa, mungkin batinnya berkecamuk, ternyata Daus mau juga.
Pertarungan baru dimulai. Esok bertabuh, memberanikan diri memata-matainya lagi, mencoba membaca situasi, kala-kalau ada kesempatan untuk berkenalan dengannya. Berjalan di koridor sekolah, berharap segera sampai ditujuan ke kelas Sekar.
Tidak, kenapa bisa begini? mengapa lututku tiba-tiba tidak bisa bergerak, selangkah saja lalu ingin masuk, memandangnya, meskipun, di luar jendela. Apakah mungkin ini gerogi, tenangkan diri sejenak, menutup mata sambil menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya, seperti kata orang, untuk mengatasi rasa nerveous. Membuat pikiran lambat laun mengalir teratur seperti helaan nafasku.
Berhasil, mengangkat kaki. Tapi, meski hanya melihatnya dari jauh, Sekar memang makhluk Tuhan yang paling indah, Subuhanallah. Hati terus berkata-kata, hanya terus mengamatinya, membiarkan sepasang mata ini terfokus padanya.
“Siapa kamu ?”
Seorang cewek bertubuh gendut sekonyong-konyongnya mengganggu pengintaianku, tersontak dan tidak bisa mengelak.
Aku merespons dengan senyuman meyebutkan nama dan kelasku, sambil mengulurkan tangan.
Meskipun merasa aneh dengan sikapku, cewek itu membalas salamanku.
“Terus, kamu ngapain ngintip-ngintip kelas aku, pasti kamu ngintip Sekar ya?”
Dia penasaran, ingin membuatku mengaku. Benar saja, katanya aku dari sekian seribu banyak cowok-cowok di sekolah yang terus menatap Sekar dari jauh.
“Kamu mau ketemu langsung ya, kalau gitu aku panggilin dulu ya.”
Gila, apa yang ingin dia lakukan. Aku tidak tahan lagi, tidak mau malu, berlari ke kelas adalah jalan keluarnya.
“We, kenapa kamu lari, padahal aku mau bantuin kamu.”
Katanya, nyaring terdengar karena deruh nafasku yang tengah berlari.
Beberapa menit berikutnya, gadis taruhan yang berpenampilan anggun dengan jilbab kuning yang menutup kepalanya, tanpa pernah terpikir datang ke kelasku, bersama temannya yang gendut tadi, penasaran denganku.
“Oh Tuhan, apakah benar aku akan disamperin Sekar ?”
Secantik bunga-bunga yang bermekaran, indah bak berlian berbinar-binar.
Sekar benar-benar ada di depan sekarang, langsung melihat wajahnya yang cantik dan bercahaya, tak lagi di balik kaca jendela. Kata mereka, Sekar adalah yang tercantik, paling cantik. Dan, sepertinya keremahanku kemarin tentangnya adalah nol besar, sama saja, berpaut hati pada gadis yang telah berpunya itu.
Di antara keramaian anak-anak berseragam putih abu-abu yang sedang asyik menikmati jam istirahat di dalam kelas, semuanya terperangah, Sekar, sih bunga sekolah datang ke kelas hanya untuk seorang siswa biasa seperti diriku.
Takdir, mungkin itulah namanya, pengintaian yang melahirkan pertemuan. Membuat banyak siswa sesekolahan cemburu tidak jelas. Termasuk Bayu, temanku yang sangat cinta mati kepada Sekar.
Perkenalan singkat, baru kali ini aku memegang tangan gadis secantik Sekar, tak bisa dipungkiri betapa bahagainya tak terhingga. Pucuk dicinta, ulung pun tiba, nyaris terbentang jalan memasuki real kehindupannya.
Apa yang mungkin bisa membuatnya akrab denganku?  membuatnya tak punya pilihan agar sudi dekat denganku?
Esoknya, di kursi dudukku, aku terpaku. Dengan cepat menyadari, sesuatu yang mungkin bisa membuatnya terpikat padaku. Terkait urusan cinta, belajar dari buku Cassanova adalah jalan keluarnya. Kalaupun sulit, mematahkan mantra prianya dan berpaling kepadaku, tapi, pasti ada jalan sempit yang bisa membuka relung hatinya.
Aku tersenyum semangat. Semenjak kelas tiga SMP, sudah banyak gadis yang bisa kutaklukkan, cewek seperti Sekar yang berhijab pun pernah juga kupacari, mungkin saja trik mendapatkan gadis taruhan sama dengan mantanku itu. Setelah menguapkan kata-kata penyemangat diri sendiri, dengan penuh arti, menyambung dan lebih terkesan punya kepercayaan diri yang kuat, aku bergegas menemui Sekar.
Rasanya takdir lagi-lagi memihak, semakin berpeluang saja untuk lebih dekat dengan Sekar.
“Lagi ngapain di sini? dengan muka masam lagi.”
“Nih Daus, aku gak bisa gambar pohon untuk tugas seni budaya, mana daedlinenya besok lagi,”
Dan, inilah caraku.
Namun, membantunya aku punya syarat yang menguntungkan.
Setiap aku juga kesusahan mengerjakan soal mate-matika, sudikah kiranya sekar juga membantuku? Penyelesaian soal-soal rumit yang kadang membuat kepala selalu pening, perasaan kesal dan muram akan bergandengan, mengasingkan diri pada suhu kesukarannya.
Begitu sulitnya mungkin dengan cara ini aku tidak bertanya lagi pada teman-temanku di kelas, yang kadang sombong dan tidak memberitahu. Paling penting, dekat dengan sih gadis taruhan. Sekali mendayung, dua pulau terlampaui.
Sekar menghembuskan nafas panjang, ada imbalannya ternyata.
Gadis manis itu tidak punya waktu berpikir panjang untuk merenungi sejenak tawaranku, anggukannya tanda lampu hijau telah menyala. Akan kudekati dengan cara ini, membutuhkanku di sampingnya, mengejarnya, membuatnya penasaran, dingin padanya dan ia akan balik mengejar. Sebuah trik pemikat wanita, cepat lambat akan membuatnya jatuh hati padaku.
Hanya memikirkan gadis taruhan yang sudah jelas-jelas di dekatku sekarang – Bayu pasti menangis. Aku merasa yakin, dia akan membenciku.
Walaupun, ada perasaan bersalah dibalik ini, mendekati pacar orang dengan sebuah taruhan gila. Ini baru saja dimulai dan susah payah pula bisa seakrab ini, tidak mungkin selesai tanpa ada pemenang.
Hari berganti hari, jarak kami layaknya sepasang dua remaja bahagia atau best couple yang sudah lama berchemistry. Mengingat waktu sudah termakan dua minggu, usaha menggait milik orang, melahirkan pertentangan dari yang punya. Yunus, pacar Sekar, marah selain kecewa, biasanya tiap malam minggu mereka menghabiskan waktu bersama, bertamu di rumah Sekar, tapi, kali ini dia bersama orang lain-denganku.
Untuk pertama kalinya, kerak bajuku dipegang erat orang lain, mata Yunus memerah dengan satu tonjokkkan yang ingin dilayangkan di wajahku. Umumnya inilah reaksi panas pria yang terbakar api cemburu, di depan matanya gadis pemilik hatinya berchemistry dengan pria lain., dan siapa yang tidak akan panas.
Aku, Sekar dan Yunus terlibat keributan, mengundang mata-mata lain menonton, nyaris ada bekas pukulan, tangan Sekar dengan sikap menyekanya. Lelah dengan kisah cinta berjarak, sepadan dengan teman biasa saja dan rangkaian pengakuannya melemahkan Yunus.
Selain putus, mau bagaimana lagi. Para pengamat memilih meninggalkan tempat, hanya aku dan Sekar yang tersisa. Inilah yang kuinginkan, perpisahan keduanya, selangkah lagi menuju keberhasilan, jikalau ini adalah pasti terjadi di rencanaku, mengapa hatiku berkata lain, iba memandang keadaan.
Dalam kondisi ini, Sekar nampak bermuram lama-lama menangisi juga keputusannya. Lebih menyakitkan dan rasanya seperti ada pisau tajam menusuk di jantung hati. Namun, bukannya ini kesempatan yang kutunggu, memberinya sapu tangan biru, biarkan menghapus kedukaan dipipinya.
Pukul 16:00 sore.
Dengan kepercayaan diri, aku memberanikan diri mengajak Sekar ke taman kota sebentar, berniat sudah saatnya memainkan permainan yang sebenarnya., dengan bunga melati tersimpan di saku celana, Sekar pasti takjub dan terkesima.
“Inilah waktunya, sebulan sudah dia putus dengan Yunus. Aku yakin sekarang dia mau nerima cintaku,”
Aku terus melajukan motor metik biruku, pelan, tidak mengebut sementara ada gadis incaran di boncengan.
Beberepa rute jalan di lewati, persimpangan, perempatan hingga model gang-gang jalan yang lain. Aku terus menelusuri bentangan demi bentangan, sebelum sampai juga di tempat tujuan yang sepertinya terlihat lebih ramai biasanya.
Sekar, apakah yang mungkin bisa memberimu kekuatan untuk mempercayakan dan menyanggupkan hatimu padaku? akankah kamu menerima cinta pertarungan ini?
Langit sore indah nan cerah terlalu ramai membuatku ingin mencari tempat lain. Kedua mata gadis itu pasti bertanya-tanya, sebelum akhirnya akupun menyatakan perasaan.
“Will you be my girl ?”
Seperti romansa cinta remaja lain, menembak cewek idamannya di  tengah-tengah bunga bermekaran.

Notes: Jangan lupa coment saran dan kritiknya, plus votenya.

Pict source: kartun.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar