post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Kamis, 26 Oktober 2017

DI SAAT PRINSIP MENGALAHKAN CINTA





“Ting-ting, ting-ting,” bunyi lonceng bergema.
Aku dan semua teman-teman tercengang. Pak Idris guru mate-matika siang itu mulai mengakhiri kelas, sambil menuturkan salam dan bergegas keluar, dengan membawa satu buku cetak di tangannya.
Kami juga segera merapikan buku lalu memasukkan ke dalam tas. Setelah semua beres, aku berlari ke perpustakaan dengan laju kecepatan di atas ambang intensitas, tanpa terduga aku menabrak seorang gadis ayu, Shinwo adik kelasku. Hingga kami berjatuhan ke lantai.

“Sorry, aku gak sengaja,”
“Gak pa-pa kak,”
Terlihat ada luka di tangannya akibat terjatuh tadi, segera aku membawanya pergi ke UKS untuk mengobati luka itu. Dia menurut saja, apa yang kuperintahkan padanya dan itu semua memang hanya untuk kebaikannya. Mulai dari perkenalan yang tak terduga itu, kami mulai akrab dan sering menghabiskan waktu bersama. Dia sangat nyaman di dekatku, karena aku selalu membantu mengerjakan tugas-tugas sekolah yang kurang dimengertinya. Begitupun aku, juga merasa nyaman jika berada di sampingnya, melihat senyumnya seperti memberiku kekuatan untuk lebih semangat di sekolah.
Entah perasaan macam apa yang aku rasakan ini, sepertinya aku menyukainya. Dibenakku muncul keinginanku untuk menjadikannya pacar, namun sepertinya itu mustahil terjadi, aku sudah berjanji kepada diri sendiri, sebelum aku lulus SMA aku tidak boleh pacaran, apapun yang terjadi. Sering aku memikirkan itu, merenungkan jalan yang harus kutempuh. Apakah aku harus melanggar prinsipku itu, ataukah harus tetap memegangnya erat sampai bisa aku lakukan. Aku bingun harus berlakon apa.
Hari-hari berganti, mengalun begitu cepat dari yang dibayangkan. Aku dan Shinwo semakin lengket saja, bagaikan best couple sesekolahan. Di perpus, di kantin, di taman sekolah atau kemanapun aku pergi, pasti ada Shinwo di sampingku.
Banyak teman-temanku yang selalu bertanya status hubungan kami, yang tidak pernah bisa aku jawab tegas, sementara reaksi Shinwo hanya tersipu malu. Karena keseringan ditanya, Shinwo pun memberanikan diri untuk bertanya langsung kepadaku, perasaanku yang sebenarnya padanya.
“Kak, sebenarnya hubungan kita bagaimana sih? apakah  kakak menyukai saya atau tidak?”
Aku membisu, tidak sepatah katapun yang bisa kulontarkan dari mulutku. Aku menatap dalam matanya dan dia mulai bertanya lagi padaku tentang rasaku.
Aku yang diam seribu bahasa membuat Shinwo marah dan pergi dari hadapanku. Aku tidak bisa mengejarnya, aku tidak bisa melanggar janji yang telah aku ucapkan pada diriku sendiri.
Waktu berlalu, hubunganku dengannya seolah pupus berantakan. Di saat kami berpapasan, dia pasti membuang muka dan menjauh, segera mungkin berpaling dari pandangan. Sedang aku, selalu saja bersikap diam padanya tanpa mencoba memberinya penejelasan.
“Maafkan aku Shin, aku gak bisa mengejar kamu.”
Hingga masa memuncak, dia tidak tahan lagi ingin tahu bagaimana sebenarnya perasaanku padanya. Dia memberanikan diri lagi menemuiku di sudut perpustakaan sekolah, yang sedang membaca cermat sebuah buku.
“Kak, maaf aku lancang, aku gak tahan lagi kak kita begini, berada dalam ketidakpastian. Apa susahnya sih kak, kakak ngungkapin perasaan yang sebenarnya. Sebenarnya suka atau tidak dengan saya?” Shinwo tegas, terlihat ada kaca-kaca di matanya.
Aku melumpuh, masih saja diam seperti kemarin-kemarin. Hingga dia selalu mendesakku untuk mengatakan yang sebenarnya dan kini kulihat sudah air matanya yang berjatuhan. Aku sudah tak mampu lagi terpaku, kucoba untuk berdiri, memegang tangannya dan menjawab pertanyaannya. Dengan aura wajah memucat, percaya inilah yang terbaik.
“Maafin aku Shin, aku gak bisa sama kamu. Aku gak boleh pacaran dulu, aku harus ngejomblo sampai aku lulus SMA, itu sudah prinsip aku untuk tetap eksis belajar,” jawabku jujur.
Dia makin menderaskan air mata, mendengar kata-kata yang keluar dari mulutku. Dan, berlari terbirit-birit dengan isak tangis.
“Maafin aku, aku gak bisa langgar prinsipku,” batinku.
Tidak akan mengejarnya, meski ingin mengejarnya tetap tidak bisa. inilah yang terbaik antara aku dengan dia. Harus tetap memegang erat prinsipku, walau hidup menjomblo dulu, itu tidak masalah. Terserah orang mau bilang apa tentangku, yang aku tahu aku harus tetap fokus mengejar cita dan impianku.
Aku masih muda, aku harus berkarya, bukannya menghabiskan waktu untuk pacaran melainkan harus sibuk mengurusi masa depan. Dan aku juga pegang satu prinsip yang akan kubuktikan nanti, bahwa harus memantaskan diri dulu, untuk dicintai wanita pada saatnya, dengan prestasi dan pendirian teguh yang kupunya, aku yakin aku bisa mendapatkan tulang rusukku kembali pada waktunya.

*Notes: Beri coment dan rating, jangan lupa saran dan kritiknya!!!


Pict source: duniajilbab.com




Tidak ada komentar:

Posting Komentar