post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Jumat, 27 Oktober 2017

SPECIAL LOVE (2)

PAGI


“Sesaat setelah mencekeram dalam kata, angin sejuk datang bersama hilir senyumnya.”

“Tok-tok-tok...” bunyi ketukan yang mengganggu pagi Irma. Padahal ingin tidur sampai jam delapan, yang sebelumnya terbangun jam lima untuk menunaikan sholat subuh dan kembali terbawa di alam mimpi. Ya, salah satu hobby Irma adalah tidur, makanya tidak heran pipinya sedikit chubby.

“Tok-tok-tok....” bunyi itu terngiang lagi di telinga. Hah. Kesal, kemudian bangkit dan mencari tahu siapa yang melakukan.
Astagfirullah. Mendadak tubuhnya menggigil, darahnya seolah berdesir cepat. Sepertinya tadi tidak mengingat mimpi indah apapun. Kenapa paginya diawali dengan sentuhan mata Ferli. Oh my God.
“Kenapa kamu? Kamu masih terpesona dengan aku?” suara pemuda itu membuyarkan lamunannya.
“Atau kamu mengira aku yang mengetuk pintumu. Sorry ya, aku mengetuk pintu Rani....”
Dan Rani pun muncul dari balik pintu.
Masya Allah cantik sekali. Pekik Irma dalam batin dan lidah keluh menjawab Ferli.
“Ferli, kenapa pagi-pagi datang? Dan ada apa antara kamu dengannya?” sambil melihat ke arah Irma penuh tanda tanya.
“Tidak ada apa-apa. Dia hanya salah satu penggemar baruku. Dia junior baru kita di kampus,” Ferli menjelaskan, pandangannya sudah berpaling kepada Rani.
“Dan, aku mau meminjam buku catatanmu, kemarin di kelas aku tidak mencatat,” kemudian menyatakan maksud.
“Oh, tunggu dulu ya!”
Rani membalikkan badan ke kamarnya untuk mengambil catatan yang dimaksud Ferli.
“Terus kenapa kamu bengong saja di situ? Kalau mau tidur sana gih.” Alisnya berkerut.
Spontan membanting pintu. Astagfirullah.
“Hei. Kamu ada masalah apa denganku? Kenapa kamu kasar sekali menjadi cewek, kemarin kamu sangat nyolot.”
Ferli salah paham, merasa tidak dihargai.
“Keluar gak, atau tidak aku dobrak pintumu.”
Astagfirullah. Bagaimana ini? Irma panik. Diikuti irama mendengus berat.
“Koq ribut-ribut?” Rani bertanya dengan tatapan kembali penasaran.
“Anak ini sepertinya tidak tahu menghargai senior dan harus diberi pelajaran.”
Suara kesal Ferli terdengar nyaring.
“Hehehehehe. Mungkin dia masih kaku Fer. Tidak usah terlalu dianggap serius.”
Untung Rani tidak berpikiran seperti Ferli.
“Baiklah. Kalau kamu tidak ngomong seperti itu, mungkin aku sudah hancurkan pintu anak ini.”
Suaranya masih tetap kesal dengan volume yang sama.
Sementara Irma masih belum bisa mengontrol nafas. Pasti terengah-engah dalam ketakutan. Kenapa selalu kacau saat bertemu dengannya? Mungkinkah ini pertanda ketidakcocokkan? Irma masih mendengus nafas berat.
***
“Sudahlah. Jangan berpikir berlebihan dan semoga saja dia lupa persoalan pagi ini.” Batinnya sambil duduk di halte menunggu bus ke kampus.
Banyak mahasiswa yang tingga seasrama dengannya menunggu bisa yang sama. Ada yang asyik sendiri dengan hpnya, game, teman-teman yang sepertinya satu genk, dan dia sendiri masih dengan kejadian pagi.
“Itu bisnya sudah datang,” kata salah satu dari mereka.
Kemudian mereka bergegas berdiri, kemudian naik dengan tertib ketika sudah ada di hadapan mereka.
“Semoga tidak ketemu dia nanti di kampus,” ucap Irma setelah duduk di salah satu jok kosong di sebelah pemuda yang sibuk membaca koran sampai-sampai tak bisa melihat wajahnya.
“Hanya saja dia ganteng, apalagi senyumnya sungguh membius,” ucapnya tak sadar, membuat pemuda di sampingnya terperangah.
“Makasih.....” suara itu dari pemuda yang membaca koran.
Astagfirullah. Buru-buru menundukkan mata, ketika tahu pemuda yang dibicarakan sedang duduk di sampingnya.
Ferli tersenyum menang dan membuat gadis berhijab itu menjadi merah.


Notes: Mohon coment and votenya! Jangan lupa kritik dan saran!

Pict Source: shintyapraticya.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar