“DENTUM
JANTUNG”
Cinta
yang menunggu
Selalu
diam dalam kata
Irma teriak sekencang-kencang. Lalu buru-buru
beristigfhar. Suara bagi perempuan adalah aurat, pernah didengar dari guru
agamanya SMA dulu. Hanya saja kali ini, spontanitas. Bagaimana tidak, impiannya
masuk di Dapertemen Pendidikan Biologi di Universitas Hasan pun tercapai.
“Padahal, sebenarnya aku ragu dengan iq rendah seperti aku,” sambil terus
melihat ke laptop di depannya, tepat tulisan pengumuman di website, “Selamat
anda dinyatakan lulus SNMPTN.”
“Kamu terlalu merendah diri,” Karin, sahabatnya sama
sekali tak setuju.
“Hanya saja aku berpikir bukan karena kelulusanmu
saja yang membuatmu senang. Tetapi.....” pembicaraan Karin terpotong. “Ok...
ok.... Kamu selalu tahu apa yang ada di dalam pikiranku,” tersungging manis.
Ya, ada alasan lain kenapa bisa Irma sangat senang.
Tinggal menghitung hari akan bertemu dengan sosok yang sekian lama dirindukan.
Sosok yang selalu menjadi hantu di malam-malam panjangnya. Sosok yang
membuatnya menunggu seakan seabad. Alhamdulillah.
Menurutnya dia sangat beruntung.
***
Hari itu tiba, ketika harus belajar ikhlas
meninggalkan keluarga untuk sementara waktu, belajar mandiri dan memilih
tinggal di asrama dalam kampus. Keinginannya yang baik itu ternyata membuahkan
hasil.
Jantung berdegup hebat. Ketika mata sayu itu mampu membuat
kakinya seakan lumpuh, hanya sedekap berdiri di pintu masuk asrama. Tidak bisa
bergerak kemana-mana.
Sungguh
indah ciptaan Tuhan. Masya Allah. Pekiknya dalam hati.
Dihadapannya pemuda yang dinanti itu berjalan bak
model, cool di atas panggung.
“Eh, aku terlalu ganteng ya makanya kamu terpesona
begitu kepadaku.”
Suara lembut itu membuatnya terjaga, secepat kilat
menunduk.
“Koq diam, apa kamu tidak mendengar yang aku bicarakan?”
suara Ferli menaiki tangga.
Pun hanya bungkam seribu bahasa. Tidak berani
berkata apapun membuat kesabaran Ferli memudar.
“Eh, kamu dari fakultas mana? Sangat tidak sopan
pada senior yang bertanya,” ketus.
“Apaan sih? Bukan urusan kamu,” kemudian bergegas
pergi.
Dasar
cewek aneh. Hanya itu yang didengarnya setelah
membalas ketusan senior.
Berjalan cepat-cepat melewati beberapa lantai.
Asramanya memang cukup besar dan kebetulan kamar yang masih kosong hanya ada di
lantai lima.
“Bodoh... bodoh.... Kenapa itu yang aku katakan
padanya,” merutuki diri sesaat setelah membuang badan ke kasur.
“Tapi dia masih sama. Ganteng, cool,” tersenyum,
“Dan masih menyebalkan,” mimiknya berubah menjadi sebal.
Flash
back. Gadis culun yang memiliki rambut pendek dan berkaca
mata besar membawakan Ferli sebotol minuman, bersama cewek-cewek yang tergabung
dalam fansnya di SMA dulu, hanya saja tak satupun diterima.
“Tapi aku bahagia bisa bertemu dia lagi dengannya,”
menyampulkan senyuman kembali.
“Apakah dia tidak mengingatku?” menerawang.
Bisa saja, penampilan cewek culun itu sudah berubah
menjadi sosok gadis berhijab yang selalu mencoba menjaga pandangan dan bicara,
meskipun kadang tak terkontrol saat melihat oppa-oppa Boyband Korea via youtube
atau majalah.
Bagaimana
dengan Ferli?
“Dia selalu membuatku tak bisa berbuat apa-apa kala
di dekatnya. Tapi aku tidak habis pikir, kenapa dia selalu ganteng,” ucapnya
lebay saat bicara di telepon dengan Karin.
“Ih dasar lebay. Biasa aja kali. Aku aja yang udah
punya pacar biasa aja.”
“Ia-ia. Ditahu yang udah punya pacar selama kurang
lebih satu minggu. Palingan dua hari lagi putus. Heheheheh.”
“Kamu ini, bukannya doain yang baik-baik malah
gitu.”
“Bercanda. Hehehehe.”
Untungnya Irma cepat menetralisir perkataannya.
Notes: Mohon memberi rating dan coment!!! Kritik dan
saran jangan lupa!!! Terimakasih sudah mampir.....
Pict source: gambarzoom.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar