post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Jumat, 10 November 2017

HOAX MAMPU MERUSAK AKIDAH



Muhdar
Parabaya Lapeo

Guru MA Atthahiriyah Lapeo


1.1. Abstrak
Hoax tidak hanya meresahkan dan membuat kerugian bagi orang-orang yang mudah menerimanya, dengan menyampaikan berita-berita palsu dan zaman sekarang ini hoax mengudara secanggih teknologi. Lantas jika hoax merusak akidah apa yang harus dilakukan sebagai tenaga pendidik?
Kembali kepada Alquran, sunnah dan ijma. Sumber hukum Islam ini adalah pegangan kuat menghadapi serangan-serangan hoax  yang sekarang merajalela. Alquran mengajarkan kita bahwa prasangka buruk harus dihindari, apalagi kalau tanpa bukti jelas (hoax). Hadis Rasulullah yang shahihpun selalu mengajarkan umat manusia selalu khuznuzan baik kepada diri, orang lain apalagi Tuhan yang sudah menuliskan suratan bagi semua hidup manusia. Sebab Allah mendahului prasangka hambanya. Selama berprasangka baik niscaya kehidupan akan lebih baik, termasuk dalam menyangkal berita hoax. Sementara Ijma, kesepakatan ulama harus pula menjadi pedoman setelah Alquran dan sunnah, karena sudah menjadi kewajiban mutlak bagi ummat percaya kepada fatwa para ulama, bukan para penyebar berita yang meresahkan dan merugikan.
Kata kunci: berita hoax, Alquran, Sunnah Nabi, Ijma..

1.2. Pendahuluan
Akidah dalam defenisi Islami adalah iman. Sistem kepercayaan atau keyakina bisa dianggap akidah. Pondasi akidah Islam memuat pengertian Islam, rukun Islam, rukun iman, ihsan dan peristiwa hari akhir.
Secara bahasa, akidah berakar dari kata al-‘aqdu artinya ikatan, at-tausisqu artinya kepercayaan, al-ikhkamu artinya menetapkan dan ar-rabthu biquw-wah artinya mengikat dengan kuat. Adapun menurut istilah adalah iman yang teguh, pasti dan tidak ada keraguan.[1]
Sehingga akidah Islamiyah adalah keimanan teguh berdasar pasti kepada Allah Swt., dengan segala pelaksanaan kewajiban, taat, beriman kepada para malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari kiama serta qadha dan qadar, mengimani semua yang telah shahih ditetapkan dalam Ushuluddin atau dasar-dasar agam Islam, hal-hal ghaib, percaya kepada kesepakatan para ulama (ijma) dari salafush shaleh, percaya pada berita-berita pasti (qath’i), baik secara ilmiah ataupun amaliyah yang sudah ditetapkan dalam Alquran, hadis serta ijma salaf as-shalih.[2]
Allah Swt mengutus Nabi dan Rasul untuk membawa risalah kepada manusia dan menyampaikan kebenaran bahwa tidak ada yang wajib di sembah selain hanya Allah. Sesuai QS An-Nah ayat 36 yang artinya:
“Sesungguhnya Kami telah mengutus para Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thagut itu.” Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).”  (an-Nahl: 36)
Tugas para Nabi salah satunya adalah memperbaiki akidah yang bengkok, meskpun mendapatkan keras dari kaumnya. Bahkan, kaum Nabi Muhammad pernah berkata “Sesungguhnya kami melihat Engkau berada dalam kesesatan yang nyata.”[3] Mereka berkata-kata seolah-olah melihat Nabi dalam kesesatan, padahal statement mereka hanyalah suggesti tanpa fakta yang jelas. Tujuannya mereka sudah jelas, ingin merusak kepercayaan para pengikut Nabi Muhammad Saw, mereka ingin merusak ajaran akidah yang dibawa oleh Nabi.
Mereka memberikan informasi hoax seperti yang terjadi kepada umat manusia sekarang, banyak sekali ditemukanbertebaran info dan berita hoax, baik di media sosial maupun di dunia nyata termasuk masalah yang berkaitan dengan akidah. Salah satunya adalah pesan spam yang memberikan informasi-informasi tidak akurat dan hanya memberikan spekulasi semata yang argumentnya tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Kembali kepada Alquran, sunnah dan ijma adalah solusi dalam menghadi serangan-serangan hoax yang akan diulas dalam artikel ini.

1.3. Metode
Metode yang digunakan penulis dalam menganalisis hoax mampu merusak akidah adalah metode studi kasus atau kualitatif interaktif, dengan mengulas beberapa kasus hoax berupa pesan-pesan yang bisa merusak akidah.

1.4. Pembahasan
Pengertian hoax dalam bahasa Indonesia adalah palsu, suatu informasil yang jelas tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar.[4] Tidak sama dengan rumor, ilmu semu, maupun April Mop.[5]
Hoax umumnya bertujuan untuk having fun atau humor, tetapi hoax juga bisa dijadikan sebagai alat propaganda dengan tujuan politis.[6]
Adapun tanda-tanda berita atau kabar hoax yang dilansir dari remoltea.com yakni sebagai berikut:
1.      Menimbulkan kecemasan, kebencian dan permusuhan.
2.      Sumber berita yang tidak jelas.
3.      Memuat berita fanatisme atas nama ideologi, judul serta pengantarnya provokatif, memberikan penghukuman serta memuat fakta dan data.
4.      Banyaknya huruf kapital
5.      Banyak huruf tebal
6.      Banyak menggunakan tanda seru
7.      Tanpa menggunakan referensi
8.      Penyebar hoax biasa pula ditandai dengan kalimat awal “Copas dari group sebelah” atau “kiriman teman”[7]
Hoax tumbuh pesat seiring dengan kecanggikan tekonologi, termasuk popularitas media sosial.
Dampak hoax sangat nyata dalam kehidupan sehari-hari dikutip dari cmsconnetc.com bahwa diantara dampaknya sebagai berikut:
1.      Mengakibatkan kerugian bagi individu atau kelompok yang sedang bekerja dalam sebuah perusahaan. Hoax bisa menimbulkan efek luar biasa mengejutkan sehingga dapat mengurangi produktifitas di perusahaan tersebut.
2.      Pengalihan isu. Khususnya di jejaring sosial, cyber atau para penjahat internet melancarkan hoax sebagai pelancar aksi kejahatan. Contohnya mereka mengirimkan sebuah berita bohong tentang kerentanan sistem yang telah terjadi dalam pelayanan internet, seperti gmail, ymail ataupun aplikasi chatting seperti whats ap. Kemudian mereka mengirimkan link kepada user atau para pengguna memuat saran untuk mengklik tautan tersebut yang merupakan virus pembajak akun-akun pengguna tersebut atau biasa kita sebut dengan istilah hacking.
3.      Penipuan publik. Penipuan ini bertujuan menarik simpati masyarakat yang mudah percaya berita hiax dan anehnya ada saja beberapa orang yang mau menyumbangkan uang  tanpa memeriksa terlebih dahulu, apakah berita yang didapatkan tersebut asli atau hanya penipu. Sudah banyak bukti orang-orang yang kurang menelaah berita yang didapatkan, sehingga terlanjur mengirimkan uang. Salah satunya dikutip  dari indolinear.com beberapa waktu lalu sebuah pesan singkat beredar lewat whatsapp memuat pendaftaran CPNS nasional. Setelah berita itu viral, baru pemerintah mengklarifikasi belum membuka pendaftaran CPNS pada waktu itu.
4.      Pemicu kepanikan publik. Salah satu fungsi hoax yang paling nyata adalah membuat masyarkat panik dan resah setelahnya membacanya. Hoax ini merangsang kepanikan khalayak publik, biasanya memuat tentang kekerasan atau musibah  tertentu. Misalnya hoax tentang kecelakaan hilangnya pesawat Garuda Indonesia dengan Tujuan Jakarta ke Palu beberapa waktu lalu. Berita tersebut sangat cepat meluas, baik di media massa maupun media online.[8]
5.      Menjadi bahan adu mulut bahkan pertengkaran hebat. Dampak ini merupakan pengalaman pribadi dari menulis. Baru-baru pemerintah mewajibkan semua pengguna kartu seluler untuk melakukan registrasi ulang kartu. Beredar hoax diinternet bahwa batas registrasinya adalah sampai tanggal 31 Oktober 2017. Penulis dan keluarga pun berlomba-lomba karena kebetulan hari terakhir, hanya saja hasilnya gagal terus hanya mendapatkan pesan singkat cara registrasi ulang, meskipun berkali-kali mengikuti alur pesan balasan tersebut hasilnya tetap sama. Kemudian, saya tiba-tiba mendapatkan hoax lewat teman yang sangat saya percaya, berita hoaxnya seperti menyampaikan bahwa tidak benar ada intruksi dari pemerintah menyangkut registrasi ulang kartu itulah hanya tipuan agar akun di bank bisa dilacak dan bagi yang banyak simpanannya segera di cek. Penulis semakin percaya setelah membaca bahwa penyampaian itu sudah disampaikan pemerintah di beberapa tv swasta. Otomatis penulis yang tidak tahu bahwa pemerintah sudah secara resmi memberikan intruksi yang disampaikan dengan sosialisasi dan diliput berita pagi stasiun tv Indosiar mendapat sanggahan dari salah satu anggota keluarga yang melihat dan mendegar sendiri berita aslinya.
6.      Menurut penulis hoax pun bisa merusak akidah. Seperti saat mendapat berita yang memuat informasi yang kurang jelas,  “Ada pesan dari Makkah, seseorang yang katanya penjaga makam Rasulullah mengatakan bahwa beliau menemuinya dan berpesan agar memberitahukan kepada semua umat Islam agar memperbanyak ibadah, berzikir dan selalu berbuat baik kepada orang tua. Dan kirimkan pesan ini kepada semua kontak yang ada di ponselmu. Kalau tidak maka nasib buruk akan menimpamu di hari-hari besoknya.”
Bukan hanya sekali kita menemukan pesan seperti ini, kerap kali bahkan ada yang tertulis bersumpah atas nama Allah. Padahal dalam Islam penggunaan sumpah itu sangat sakral, orang-orang yang mempermainkan sumpah tidak tanggung-tanggung pula hukumannya sampai harus berpuasa satu atau dua bulan. (perlu diedit)
Lantas kalau tidak mengirimkan pesan ini apakah takdir buruk akan menimpa? Bukankah ini merusak akidah? Hidup ini diserahkan kepada Allah, bukan kepada sebuah berita yang belum tentu kebenarannya? Meskipun di dalam pesannya ada kebaikan, maka ambil saja kebaikan. Jangan mengambil hal dan melakukan sesuatu yang merusak kepercayaan kita kepada Allah.
Penulis adalah salah satu tenaga pendidik di salah satu sekolah agama swasta yang ada di Kabupaten Polewali Mandar, tepat di kecamatan Campalagian yakni Madrasah Aliyah Atthahiriyah Lapeo dengan mata pengajaran yang diampuh Aqidah Akhlak dan Akhlak. Mata pelajaran ini memberikan siswa pemaparan pentingnya akidah yang kuat, yang bisa menopang keimanan agar tidak kendor. Supaya tidak mudah percaya dengan hal-hal atau berita yang belum tentuk kebenaranya.
Penting sekali memberi pengetahuan siswa secara mendalam bahwa ada empat pegangan dalam Islam, yang jika diikuti akidah tidak akan kendor dengan berita-berita apapun, termasuk berta hoax yang sekarang merajalela, diantaranya Alquran, hadis, ijma dan qiyas.


Alquran, Firman Allah Pembawa kebenaran sejati
Dalam QS Al-Hujurat ayat 6 disebutkan “Jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatan itu.”
Jelas bahwa ayat ini menugaskan kepada manusia tidak serta merta menerima berita yang diterdengar atau tersebar luas di masyarakat, melainkan sebelumnya melakukan penelitian atau pemeriksaan terlebih dahulu sesuai lafadz fatabayyauu yang artinya periksalah dengan teliti.
Para mufassir pun menjelaskan bahwa yang dimaksudkan berita pada ayat di atas merujuk pada berita besar atau penting, bukan dengan khabar atau berita yang secara umum.[9]
Oleh karena itu, sebagai pendidik di sekolah agama, tentunya pendidikan Alquran menjadi salah satu hal yang paling urgensi kepada para siswa. Tidak ada kebenaran paling besar selain Alquran. Allah Swt berfirman dalam QS Al-Baqarah ayat 2
“Sungguh Alquran tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi orang-orang bertaqwa” QS A-Baqarah ayat 2.
Sehingga selama berpegang pada Alquran maka berita apapun yang didengar apalagi belum tentu kebenaranya, hati akan selalu tenang.
Dalam (QS Ar-Ra’d: 28)yang artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS Ar-Ra’d: 28)
Allah menyatakan selama meningangatnya hati akan tenteram dan damai. Meskipun banyak berita yang muncul, baik hoax maupun benar.

Hadis, Penguat Alquran
Rasulullah pernah bersabda  bahwa “Allah mendahului prasangka hambanya.”
Ini menandakan ketika seseorang mendapatkan sebuah kabar, dan ketika mendapatkan kepercayaan penuh pada kabar tersebut maka sungguh akan terjadi dalam hidupnya. Sebaliknya jika tidak percaya, maka tentu tidak akan merasakan pula dalam kehidupannya, baik itu yang senang maupun buruk. Karena Allah mendahului prasangka hamba-Nya. Oleh karena itu, ketika mendapatkan kabar buruk, jangan langsung menanggapi bahwa itu akan benar terjadi apalagi dengan mengucapkannya beberapa kali, karena untaian kalimat yang terlontar juga merupakan doa. Sebaiknya Khuznuzaan kepada Allah, akan selalu memberikan kebaikan ke dalam hidup. Tetapi perlu juga waspada, hanya saja jangan merusak aktivitas, baik ibadah, muamalah bahkan sampai akidah.
Sebagai tenaga pendidik, sangat perlu memberikan pengajaran-pengajaran hadis kepada siswa-siswi sebagai mana hadis merupakan pelengkap Alquran, tentunya menjadi salah satu penghalang berita hoax bisa merusak akidah.

Ijma, perkataan Ulama
Dilansir dari Detik News, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa yang berhubungan dengan hukum dan pedoman bermuamalah  melalui media sosial, seperti peraturan membuat postingan sampai memverifikasi. Fatwan nomor 24 tahun 2017, ditetapkan di Jakarta, 13 Mei 2017 oleh Komisi Fatwa.
“Menimbang bahwa banyak pihak yang menjadikan konten media digital yang berisi hoax, fitnah, gibah, naminah, desas-desus, kabar bohong, ujaran kebencian, aib, dan kejelakan seseorang, informasi pribadi yang diumbar ke publik, dan hal-hal lain sejenis sebagai sarana memperoleh simpati, lahan, pekerjaan, sarana provokasi, agitasi, dan sarana mencari keuntungan politik serta ekonomi, dan terhadap masalah tersebut muncul pertanyaan di tengah masyarakat mengenai hukum dan pedomannya.”
“Aktivitas buzzer di media sosial yang menyediakan informasi berisi hoax, gibah, fitnah, namimah, bulyying, aib, gosip dan hal-hal lain sejenis sebagai profesi untuk memperoleh keuntungan, baik ekonomi maupun non-ekonomi, hukumnya haram. Demikian juga orang yang menyuruh, mendukung, membantu,, memanfaatkan jasa dan orang yang memfasilitasinya.”[10]
Fatwa ulama di atas memberikan gambaran agar jangan sampai membantu apalagi mendukung berita hoax dengan mempercayainya. Bentuk pemikiran para ulama yang sistematis ini tentu saja salah satu tujuannya adalah agar jangan sampai berita hoax merusak akidah dan moral bagi penerimanya. Apalagi sudah jelas disebut bentuk mendukung, membantu berita hoax adalah keharaman.
Tentunya selaku pendidik, perlu pula pemberitahuan signifikan fatwa-fatwa ulama kepada siswa-siswi di sekolah, selain tujuannya menambah wawawan juga akan membantu mengambil jalan keputusan tentang sebuah permasalahan, termasuk dalam menanggapi berita-berita yang tidak jelas kebenarnya.

1.5. Simpulan
Dengan berpegang teguh kepada Alquran, sunnah dan Ijma maka hoax yang merajalelah di zaman kecanggihan ini tidak akan merusak akidah, justru semakin mengokohkan.

1.6. Ucapan Terimakasih
Ucapan Terima kasih kepada Tuhan yang senantiasa memberikan nikmat, berupa nikmat berpikir sehingga tulisan ini bisa terselesaikan.

1.7. Daftar Pustaka
Lissanul ‘Arab (IX/311: akidah) Karya Ibnu  Manzhur (wafat th. 711 H) t dan Mu’jamul Wasiith (II/614: akidah)

Lihat Buhuuts fii’ Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah (h. 11-12) oleh Dr. Nashir bin Abdul’ Karim al-‘Aql, cet. II/ Daarul ‘Ashimah/ th. 1419 H, Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah  (h. 13-14) karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd dan Mujmal Ushuul Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah fil ‘Aqidah oleh Dr. Nashir bin Abdul Karim al-‘Aql. 

Abu Usamah Abdurrahman, Meluruskan Aqidah Persiapan Menegakkan Hukum Allah (islam House.com: 2013)

https://id.wikipedia.org/wiki/Pemberitaan _palsu







[1]Lissanul ‘Arab (IX/311: akidah) Karya Ibnu  Manzhur (wafat th. 711 H) t dan Mu’jamul Wasiith (II/614: akidah)
[2]Lihat Buhuuts fii’ Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah (h. 11-12) oleh Dr. Nashir bin Abdul’ Karim al-‘Aql, cet. II/ Daarul ‘Ashimah/ th. 1419 H, Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah  (h. 13-14) karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd dan Mujmal Ushuul Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah fil ‘Aqidah oleh Dr. Nashir bin Abdul Karim al-‘Aql. 
[3]Abu Usamah Abdurrahman, Meluruskan Aqidah Persiapan Menegakkan Hukum Allah (islam House.com: 2013), h. 11
[4]https://id.wikipedia.org/wiki/Pemberitaan _palsu
[5]Ibid
[7]Ibid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar