
Muhdar
Parabaya Lapeo
Guru MA Atthahiriyah Lapeo
1.1.
Abstrak
Hoax
tidak hanya meresahkan dan membuat kerugian bagi orang-orang yang mudah
menerimanya, dengan menyampaikan berita-berita palsu dan zaman sekarang ini
hoax mengudara secanggih teknologi. Lantas jika hoax merusak akidah apa yang harus dilakukan sebagai tenaga
pendidik?
Kembali
kepada Alquran, sunnah dan ijma. Sumber hukum Islam ini adalah pegangan kuat
menghadapi serangan-serangan hoax yang sekarang merajalela. Alquran mengajarkan
kita bahwa prasangka buruk harus dihindari, apalagi kalau tanpa bukti jelas (hoax).
Hadis Rasulullah yang shahihpun selalu mengajarkan umat manusia selalu
khuznuzan baik kepada diri, orang lain apalagi Tuhan yang sudah menuliskan
suratan bagi semua hidup manusia. Sebab Allah mendahului prasangka hambanya.
Selama berprasangka baik niscaya kehidupan akan lebih baik, termasuk dalam
menyangkal berita hoax. Sementara Ijma, kesepakatan ulama harus pula menjadi
pedoman setelah Alquran dan sunnah, karena sudah menjadi kewajiban mutlak bagi
ummat percaya kepada fatwa para ulama, bukan para penyebar berita yang
meresahkan dan merugikan.
Kata
kunci: berita hoax, Alquran, Sunnah Nabi, Ijma..
1.2. Pendahuluan
Akidah
dalam defenisi Islami adalah iman. Sistem kepercayaan atau keyakina bisa
dianggap akidah. Pondasi akidah Islam memuat pengertian Islam, rukun Islam,
rukun iman, ihsan dan peristiwa hari akhir.
Secara
bahasa, akidah berakar dari kata al-‘aqdu
artinya ikatan, at-tausisqu artinya
kepercayaan, al-ikhkamu artinya
menetapkan dan ar-rabthu biquw-wah
artinya mengikat dengan kuat. Adapun menurut istilah adalah iman yang teguh,
pasti dan tidak ada keraguan.[1]
Sehingga
akidah Islamiyah adalah keimanan teguh berdasar pasti kepada Allah Swt., dengan
segala pelaksanaan kewajiban, taat, beriman kepada para malaikat-Nya,
Kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari kiama serta qadha dan qadar, mengimani
semua yang telah shahih ditetapkan dalam Ushuluddin atau dasar-dasar agam
Islam, hal-hal ghaib, percaya kepada kesepakatan para ulama (ijma) dari salafush shaleh, percaya pada
berita-berita pasti (qath’i), baik secara ilmiah ataupun amaliyah yang sudah
ditetapkan dalam Alquran, hadis serta ijma salaf
as-shalih.[2]
Allah
Swt mengutus Nabi dan Rasul untuk membawa risalah kepada manusia dan
menyampaikan kebenaran bahwa tidak ada yang wajib di sembah selain hanya Allah.
Sesuai QS An-Nah ayat 36 yang artinya:
“Sesungguhnya
Kami telah mengutus para Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan),
“Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thagut itu.” Maka di antara umat itu ada
orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya
orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka
bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan
(rasul-rasul).” (an-Nahl: 36)
Tugas
para Nabi salah satunya adalah memperbaiki akidah yang bengkok, meskpun
mendapatkan keras dari kaumnya. Bahkan, kaum Nabi Muhammad pernah berkata
“Sesungguhnya kami melihat Engkau berada dalam kesesatan yang nyata.”[3]
Mereka berkata-kata seolah-olah melihat Nabi dalam kesesatan, padahal statement
mereka hanyalah suggesti tanpa fakta yang jelas. Tujuannya mereka sudah jelas,
ingin merusak kepercayaan para pengikut Nabi Muhammad Saw, mereka ingin merusak
ajaran akidah yang dibawa oleh Nabi.
Mereka
memberikan informasi hoax seperti yang terjadi kepada umat manusia sekarang, banyak
sekali ditemukanbertebaran info dan berita hoax, baik di media sosial maupun di
dunia nyata termasuk masalah yang berkaitan dengan akidah. Salah satunya adalah
pesan spam yang memberikan informasi-informasi tidak akurat dan hanya
memberikan spekulasi semata yang argumentnya tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Kembali
kepada Alquran, sunnah dan ijma adalah solusi dalam menghadi serangan-serangan
hoax yang akan diulas dalam artikel ini.
1.3. Metode
Metode
yang digunakan penulis dalam menganalisis hoax
mampu merusak akidah adalah metode studi kasus atau kualitatif interaktif, dengan mengulas beberapa kasus hoax berupa
pesan-pesan yang bisa merusak akidah.
1.4.
Pembahasan
Pengertian
hoax dalam bahasa Indonesia adalah palsu, suatu informasil yang jelas tidak
benar, tetapi dibuat seolah-olah benar.[4] Tidak
sama dengan rumor, ilmu semu, maupun April
Mop.[5]
Hoax
umumnya bertujuan untuk having fun
atau humor, tetapi hoax juga bisa dijadikan sebagai alat propaganda dengan
tujuan politis.[6]
Adapun
tanda-tanda berita atau kabar hoax yang dilansir dari remoltea.com yakni
sebagai berikut:
1. Menimbulkan
kecemasan, kebencian dan permusuhan.
2. Sumber
berita yang tidak jelas.
3. Memuat
berita fanatisme atas nama ideologi, judul serta pengantarnya provokatif,
memberikan penghukuman serta memuat fakta dan data.
4. Banyaknya
huruf kapital
5. Banyak
huruf tebal
6. Banyak
menggunakan tanda seru
7. Tanpa
menggunakan referensi
8. Penyebar
hoax biasa pula ditandai dengan kalimat awal “Copas dari group sebelah” atau
“kiriman teman”[7]
Hoax
tumbuh pesat seiring dengan kecanggikan tekonologi, termasuk popularitas media
sosial.
Dampak
hoax sangat nyata dalam kehidupan sehari-hari dikutip dari cmsconnetc.com bahwa
diantara dampaknya sebagai berikut:
1. Mengakibatkan
kerugian bagi individu atau kelompok yang sedang bekerja dalam sebuah
perusahaan. Hoax bisa menimbulkan efek luar biasa mengejutkan sehingga dapat
mengurangi produktifitas di perusahaan tersebut.
2. Pengalihan
isu. Khususnya di jejaring sosial, cyber atau
para penjahat internet melancarkan hoax sebagai pelancar aksi kejahatan.
Contohnya mereka mengirimkan sebuah berita bohong tentang kerentanan sistem
yang telah terjadi dalam pelayanan internet, seperti gmail, ymail ataupun
aplikasi chatting seperti whats ap. Kemudian mereka mengirimkan link kepada
user atau para pengguna memuat saran untuk mengklik tautan tersebut yang merupakan
virus pembajak akun-akun pengguna tersebut atau biasa kita sebut dengan istilah
hacking.
3. Penipuan
publik. Penipuan ini bertujuan menarik simpati masyarakat yang mudah percaya
berita hiax dan anehnya ada saja beberapa orang yang mau menyumbangkan
uang tanpa memeriksa terlebih dahulu,
apakah berita yang didapatkan tersebut asli atau hanya penipu. Sudah banyak
bukti orang-orang yang kurang menelaah berita yang didapatkan, sehingga
terlanjur mengirimkan uang. Salah satunya dikutip dari indolinear.com
beberapa waktu lalu sebuah pesan singkat beredar lewat whatsapp memuat
pendaftaran CPNS nasional. Setelah berita itu viral, baru pemerintah
mengklarifikasi belum membuka pendaftaran CPNS pada waktu itu.
4. Pemicu
kepanikan publik. Salah satu fungsi hoax yang paling nyata adalah membuat
masyarkat panik dan resah setelahnya membacanya. Hoax ini merangsang kepanikan
khalayak publik, biasanya memuat tentang kekerasan atau musibah tertentu. Misalnya hoax tentang kecelakaan
hilangnya pesawat Garuda Indonesia dengan Tujuan Jakarta ke Palu beberapa waktu
lalu. Berita tersebut sangat cepat meluas, baik di media massa maupun media
online.[8]
5. Menjadi
bahan adu mulut bahkan pertengkaran hebat. Dampak ini merupakan pengalaman
pribadi dari menulis. Baru-baru pemerintah mewajibkan semua pengguna kartu
seluler untuk melakukan registrasi ulang kartu. Beredar hoax diinternet bahwa
batas registrasinya adalah sampai tanggal 31 Oktober 2017. Penulis dan keluarga
pun berlomba-lomba karena kebetulan hari terakhir, hanya saja hasilnya gagal
terus hanya mendapatkan pesan singkat cara registrasi ulang, meskipun
berkali-kali mengikuti alur pesan balasan tersebut hasilnya tetap sama. Kemudian,
saya tiba-tiba mendapatkan hoax lewat teman yang sangat saya percaya, berita
hoaxnya seperti menyampaikan bahwa tidak
benar ada intruksi dari pemerintah menyangkut registrasi ulang kartu itulah
hanya tipuan agar akun di bank bisa dilacak dan bagi yang banyak simpanannya
segera di cek. Penulis semakin percaya setelah membaca bahwa penyampaian
itu sudah disampaikan pemerintah di beberapa tv swasta. Otomatis penulis yang
tidak tahu bahwa pemerintah sudah secara resmi memberikan intruksi yang
disampaikan dengan sosialisasi dan diliput berita pagi stasiun tv Indosiar
mendapat sanggahan dari salah satu anggota keluarga yang melihat dan mendegar
sendiri berita aslinya.
6. Menurut
penulis hoax pun bisa merusak akidah. Seperti saat mendapat berita yang memuat
informasi yang kurang jelas, “Ada pesan
dari Makkah, seseorang yang katanya penjaga makam Rasulullah mengatakan bahwa
beliau menemuinya dan berpesan agar memberitahukan kepada semua umat Islam agar
memperbanyak ibadah, berzikir dan selalu berbuat baik kepada orang tua. Dan
kirimkan pesan ini kepada semua kontak yang ada di ponselmu. Kalau tidak maka
nasib buruk akan menimpamu di hari-hari besoknya.”
Bukan
hanya sekali kita menemukan pesan seperti ini, kerap kali bahkan ada yang
tertulis bersumpah atas nama Allah. Padahal dalam Islam penggunaan sumpah itu
sangat sakral, orang-orang yang mempermainkan sumpah tidak tanggung-tanggung
pula hukumannya sampai harus berpuasa satu atau dua bulan. (perlu diedit)
Lantas
kalau tidak mengirimkan pesan ini apakah takdir buruk akan menimpa? Bukankah ini
merusak akidah? Hidup ini diserahkan kepada Allah, bukan kepada sebuah berita
yang belum tentu kebenarannya? Meskipun di dalam pesannya ada kebaikan, maka
ambil saja kebaikan. Jangan mengambil hal dan melakukan sesuatu yang merusak
kepercayaan kita kepada Allah.
Penulis
adalah salah satu tenaga pendidik di salah satu sekolah agama swasta yang ada
di Kabupaten Polewali Mandar, tepat di kecamatan Campalagian yakni Madrasah
Aliyah Atthahiriyah Lapeo dengan mata pengajaran yang diampuh Aqidah Akhlak dan
Akhlak. Mata pelajaran ini memberikan siswa pemaparan pentingnya akidah yang
kuat, yang bisa menopang keimanan agar tidak kendor. Supaya tidak mudah percaya
dengan hal-hal atau berita yang belum tentuk kebenaranya.
Penting
sekali memberi pengetahuan siswa secara mendalam bahwa ada empat pegangan dalam
Islam, yang jika diikuti akidah tidak akan kendor dengan berita-berita apapun,
termasuk berta hoax yang sekarang merajalela, diantaranya Alquran, hadis, ijma
dan qiyas.
Alquran, Firman Allah Pembawa
kebenaran sejati
Dalam
QS Al-Hujurat ayat 6 disebutkan “Jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal
atas perbuatan itu.”
Jelas
bahwa ayat ini menugaskan kepada manusia tidak serta merta menerima berita yang
diterdengar atau tersebar luas di masyarakat, melainkan sebelumnya melakukan
penelitian atau pemeriksaan terlebih dahulu sesuai lafadz fatabayyauu yang artinya periksalah
dengan teliti.
Para
mufassir pun menjelaskan bahwa yang dimaksudkan berita pada ayat di atas
merujuk pada berita besar atau penting, bukan dengan khabar atau berita yang
secara umum.[9]
Oleh
karena itu, sebagai pendidik di sekolah agama, tentunya pendidikan Alquran
menjadi salah satu hal yang paling urgensi kepada para siswa. Tidak ada
kebenaran paling besar selain Alquran. Allah Swt berfirman dalam QS Al-Baqarah
ayat 2
“Sungguh Alquran tidak ada keraguan
padanya, petunjuk bagi orang-orang bertaqwa” QS A-Baqarah
ayat 2.
Sehingga
selama berpegang pada Alquran maka berita apapun yang didengar apalagi belum
tentu kebenaranya, hati akan selalu tenang.
Dalam
(QS Ar-Ra’d: 28)yang artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat
Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS Ar-Ra’d: 28)
Allah
menyatakan selama meningangatnya hati akan tenteram dan damai. Meskipun banyak
berita yang muncul, baik hoax maupun benar.
Hadis, Penguat Alquran
Rasulullah
pernah bersabda bahwa “Allah mendahului
prasangka hambanya.”
Ini
menandakan ketika seseorang mendapatkan sebuah kabar, dan ketika mendapatkan
kepercayaan penuh pada kabar tersebut maka sungguh akan terjadi dalam hidupnya.
Sebaliknya jika tidak percaya, maka tentu tidak akan merasakan pula dalam
kehidupannya, baik itu yang senang maupun buruk. Karena Allah mendahului
prasangka hamba-Nya. Oleh karena itu, ketika mendapatkan kabar buruk, jangan
langsung menanggapi bahwa itu akan benar terjadi apalagi dengan mengucapkannya
beberapa kali, karena untaian kalimat yang terlontar juga merupakan doa.
Sebaiknya Khuznuzaan kepada Allah, akan selalu memberikan kebaikan ke dalam
hidup. Tetapi perlu juga waspada, hanya saja jangan merusak aktivitas, baik
ibadah, muamalah bahkan sampai akidah.
Sebagai
tenaga pendidik, sangat perlu memberikan pengajaran-pengajaran hadis kepada
siswa-siswi sebagai mana hadis merupakan pelengkap Alquran, tentunya menjadi
salah satu penghalang berita hoax bisa merusak akidah.
Ijma, perkataan Ulama
Dilansir
dari Detik News, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa yang
berhubungan dengan hukum dan pedoman bermuamalah melalui media sosial, seperti peraturan
membuat postingan sampai memverifikasi. Fatwan nomor 24 tahun 2017, ditetapkan
di Jakarta, 13 Mei 2017 oleh Komisi Fatwa.
“Menimbang
bahwa banyak pihak yang menjadikan konten media digital yang berisi hoax, fitnah, gibah, naminah,
desas-desus, kabar bohong, ujaran kebencian, aib, dan kejelakan seseorang,
informasi pribadi yang diumbar ke publik, dan hal-hal lain sejenis sebagai
sarana memperoleh simpati, lahan, pekerjaan, sarana provokasi, agitasi, dan
sarana mencari keuntungan politik serta ekonomi, dan terhadap masalah tersebut muncul
pertanyaan di tengah masyarakat mengenai hukum dan pedomannya.”
“Aktivitas
buzzer di media sosial yang
menyediakan informasi berisi hoax, gibah,
fitnah, namimah, bulyying, aib, gosip
dan hal-hal lain sejenis sebagai profesi untuk memperoleh keuntungan, baik
ekonomi maupun non-ekonomi, hukumnya haram. Demikian juga orang yang menyuruh,
mendukung, membantu,, memanfaatkan jasa dan orang yang memfasilitasinya.”[10]
Fatwa
ulama di atas memberikan gambaran agar jangan sampai membantu apalagi mendukung
berita hoax dengan mempercayainya.
Bentuk pemikiran para ulama yang sistematis ini tentu saja salah satu tujuannya
adalah agar jangan sampai berita hoax merusak akidah dan moral bagi
penerimanya. Apalagi sudah jelas disebut bentuk mendukung, membantu berita hoax adalah keharaman.
Tentunya
selaku pendidik, perlu pula pemberitahuan signifikan fatwa-fatwa ulama kepada
siswa-siswi di sekolah, selain tujuannya menambah wawawan juga akan membantu
mengambil jalan keputusan tentang sebuah permasalahan, termasuk dalam menanggapi
berita-berita yang tidak jelas kebenarnya.
1.5. Simpulan
Dengan
berpegang teguh kepada Alquran, sunnah dan Ijma maka hoax yang merajalelah di zaman kecanggihan ini tidak akan merusak
akidah, justru semakin mengokohkan.
1.6. Ucapan Terimakasih
Ucapan
Terima kasih kepada Tuhan yang senantiasa memberikan nikmat, berupa nikmat
berpikir sehingga tulisan ini bisa terselesaikan.
1.7. Daftar Pustaka
Lissanul ‘Arab (IX/311: akidah) Karya Ibnu Manzhur (wafat th. 711 H) t dan Mu’jamul
Wasiith (II/614: akidah)
Lihat Buhuuts fii’ Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah (h.
11-12) oleh Dr. Nashir bin Abdul’ Karim al-‘Aql, cet. II/ Daarul ‘Ashimah/ th.
1419 H, Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah
(h. 13-14) karya Syaikh Muhammad bin
Ibrahim al-Hamd dan Mujmal Ushuul Ahlis Sunnah
wal Jamaa’ah fil ‘Aqidah oleh Dr. Nashir bin Abdul Karim al-‘Aql.
Abu Usamah Abdurrahman, Meluruskan
Aqidah Persiapan Menegakkan Hukum Allah (islam House.com: 2013)
https://id.wikipedia.org/wiki/Pemberitaan _palsu
[1]Lissanul
‘Arab (IX/311: akidah) Karya
Ibnu Manzhur (wafat th. 711 H) t dan
Mu’jamul Wasiith (II/614: akidah)
[2]Lihat
Buhuuts fii’ Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah (h. 11-12) oleh Dr. Nashir bin
Abdul’ Karim al-‘Aql, cet. II/ Daarul ‘Ashimah/ th. 1419 H, Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah (h. 13-14) karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim
al-Hamd dan Mujmal Ushuul Ahlis Sunnah
wal Jamaa’ah fil ‘Aqidah oleh Dr. Nashir bin Abdul Karim al-‘Aql.
[3]Abu
Usamah Abdurrahman, Meluruskan Aqidah
Persiapan Menegakkan Hukum Allah (islam House.com: 2013), h. 11
[4]https://id.wikipedia.org/wiki/Pemberitaan
_palsu
[5]Ibid
[7]Ibid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar